Jumat, 28 Februari 2014

Menikmati Salju Pertama Di Negeri Sakura

Halo teman-teman semua. Apa kabar? Sekarang saya mau bagi-bagi cerita nih, tentang pengalaman saya waktu jalan-jalan di Jepang dalam rangka konferensi internasional bulan Desember 2013 kemarin :D #latepost. Nah, kebetulan, panitia acara konferensi ICAST menyediakan 2 hari presentasi oral, dan 1 harinya buat field trip, ya kunjungan-kunjungan wisata gitu deh). Nah, untuk field trip ini optional, jadi ada juga delegasi yang gak ikut (balik ke negaranya masing-masing). Kebanyakan yang gak ikut dari jepang sendiri sih (udah bosen mungkin yaa :p). Kebetulan delegasi dari Indonesia dan China lumayan banyak yang ikut. Oke, dalam field trip ini, panitia nyediain 3 bis besar. Tujuannya ke 4 tempat ini: ke Mount Aso, Aso Farm Land, Daikanbo, dan yang terakhir Aso Grassland (saya lebih senang menyebutnya sebagai Bukit Teletubbies, hehe). Sebelumnya, semua partisipan diinstruksikan kumpul di Kumamoto University sepagi mungkin, jam 6 sudah harus di sana, mengingat waktu yang terbatas untuk kunjungan ke tempat yang banyak. Sampai disana, panitia langsung membagikan hand warmer (semacam penghangat gitu) sama tiket dan tabel agenda hari ini.  Setelah itu, kita naik bis sesuai absen. Dan, tak lama kemudian, bis berangkat. Destinasi pertama kita ke Mount Aso. Rombongan juga sempat istirahat sebentar di tengah perjalanan, untuk sekedar menawarkan jika ada yang mau ke toilet.
Nah, di sepanjang perjalanan kita ada tour guide (pemandu) yang ada di bis masing-masing. Seperti pemandu di Indonesia, mereka menceritakan banyak hal tentang wisata alam yang akan kita kunjungi. Karena pemandunya orang Jepang tulen yang gak bisa bahasa Inggris, jadi kita hanya mengandalkan salah seorang profesor yang kebetulan ikut yang membantu mentranslate ke bahasa Inggris. Kalau gak ada, gak bisa bayangin gak mudengnya kita :p
Kunjungan pertama ini takkan terlupakan buat saya, dan mungkin buat temen-temen yang dari Indonesia. Kenapa? Soalnya kita liat salju di puncak gunungnya, haha. Sesuatu yang gak bisa kitga temui di Indonesia. Fine, perjalanan ke Mount Aso ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam lebih. Di sepanjang perjalanan, pemandangan indah menyambut kita. Saat masuk willayah Mount Aso, terdapat jalan raya menuju ke puncak. Jalan yang menghubungkan lereng dan puncak ini berkelok-kelok dan menanjak. Di sekitar, kita bisa amati populasi cemara. Makin ke atas, makin putih cemara itu. Kok bisa? Iya, karena semakin ke atas, salju semakin nampak dan menyelimuti cemara itu.

Saya sendiri tak bisa menggambarkan betapa senangnya (dan noraknya?) saya dan teman-teman dari Indonesia saat pertama kali melihat salju. Sampai di puncak, ternyata ada bangunan megah, berisi kompleks pertokoan, museum, dan toilet, juga ticketing untuk naik kereta gantung. Kereta ini yang akan mengantar sampai ke bagian paling atas gunung. Karena biayanya ditanggung panitia, saya tidak tahu yaa tarif naik kereta ini berapa. Kami pun naik ke kereta, dan beberapa menit kemudian kereta membawa kami ke puncak, Di puncak, kita langsung turun di sebuah gedung yang ternyata ada pertokoannya!! Di gedung ini suhu masih hangat karena ada heater di ruangan itu. Hi-tech banget yah Jepang ini. #keren :D Setelah keluar gedung, suasana di luar pun berubah drastis! Sangat dingin sekali!! Apalagi buat kita kita dari Indonesia, wah lebih dingin dari suhu kulkas ya hehehe. Kita hanya diberi waktu oleh panitia untuk jalan-jalan selama kurang lebih 20 menit, karena selain memang alokasi waktu hari itu yang terbatas, kita juga bisa mengalami hipotermia yang tentunya berbahaya. Tak membuang kesempatan emas ini, kita pun langsung berfoto-foto dan jalan-jalan :p
 Nah, ternyata hand warmer yang dibagikan panitia lumayan berguna lho, buat ngehangetin tangan yang udah kaku kedinginan. Nah, setelah kunjungan ke Mount Aso, untuk destinasi selanjutnya kita ke Aso Farm Land. Tempatnya di lereng Aso, jadi bis kita turun lagi ke bawah tadi.
Untuk kisah saya di destinasi Daikanbo sama Aso Grassland a.k.a. Bukit Telettubies, akan saya lanjutkan besok yaa :D

Pengalaman Ikut Konferensi di Jepang!!


Desember 2013 lalu, kebetulan saya berkesempatan mengikuti The 8th International Student Conference on Advanced Science and Technology (ICAST) di Kumamoto University, Kumamoto, Jepang. Berikut ini saya akan berbagi pengalaman saya selama mengikuti ICAST 2013. Check it out!! :D
A.    Apa sih The 8th ICAST (International Conference Student Advanced Science and Technology) Kumamoto University itu?                                                                    
The 8th ICAST Kumamoto (International Student Conference on Advanced Science and Technology) ini diadakan oleh Kumamoto University sebagai salah satu ranah pengembangan research dan penyatuan kerjasama antar universitas diseluruh penjuru. Membuka hubungan kerjasama dan terjalinnya kegiatan student exchange, pemberian beasiswa JASSO bagi mahasiswa yang ingin studi ke Kumamoto University, Jepang. Dalam acara ini, ada lebih dari 200 paper dipresentasikan dalam The 8th International Student Conference on Advanced Science and Technology (ICAST) pada tanggal 12-14 Desember 2013 kemarin. Bertempat di Kumamoto University, acara ini diadakan oleh GSST (Graduate School of Science and Technology), Kumamoto University. Acara ini diinisasi pertama kali oleh Graduate School Action Scheme for Internationalization of University Student Kumamoto University pada tahun 2008. ICAST sendiri pada dasarnya merupakan acara tahunan (annual event) yang diadakan setiap tahunnya pada tempat yang berbeda dengan tujuan utama memfasilitasi peneliti muda dari berbagai negara untuk dapat melakukan riset dan kerjasama di bidang penelitian. Menurut saya pribadi, program ini secara keseluruhan terdiri dari kegiatan presentasi oral maupun presentasi poster dalam rangka berbagi ide, pemikiran, gagasan, ilmu, maupun pengalaman penelitian antara para partisipan ICAST. Tahun 2013 kemarin, ICAST diselenggarakan di Graduate School of Science and Technology, Kumamoto University, Jepang setelah sebelumnya sempat diselenggarakan di Peking University, Shandong University, Ewha Womans University, University of Seoul, dan Ege University. Bagi mahasiswa yang berminat dan bermimpi meraih gelar master maupun doktor di Kumamoto University, Jepang bisa memanfaatkan kesempatan ini menjadi jembatan menuju hal tersebut, karena dengan adanya kegiatan ini akan memberikan kesempatan mengenal sensei dan kampus secara dekat, kesempatan memperoleh beasiswa dari universitas utamanya Kumamoto University yang memiliki akreditasi pendidikan yang baik dan bermutu.
B.     Peserta ICAST dan Tatacara Pendaftaran Konferensi
Peserta ICAST ini pada dasarnya adalah mahasiswa, baik mahasiswa S1, S2, atau S3 dari seluruh penjuru dunia boleh mendaftar acara ini. Bahkan kemarin setahu saya juga ada dosen lmuda yang ikut oh!! Siapapun boleh, namun harus terikat dengan kegiatan akademik, mulai mahasiswa S1 hingga S2 dengan bidang studi yang disesuaikan dengan tema yang  ada di dalam daftar kegiatan. Pada ICAST tahun 2013 ini peserta yang ada adalah dari universitas sebagai berikut:
1.      University of Kumamoto, Jepang.
2.      Shandong University, China.
3.      Yonsei University, Korea.
4.      Telkom University, Indonesia.
5.      Gadjah Mada University, Indonesia.
6.      Brawijaya University, Malang, Indonesia
7.      Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya
8.      Sun Yat Sen University, China.
9.      Yogyakarta State University, Indonesia.
10.  Bogor Agriculture University, Indonesia.
11.  Sichuan University, China.
12.  University Techology Petronas, Malaysia
13.  Politeknik Caltex Riau, Indonesia.
14.  Ateneo de Manila, Philippines.
Hehe banyak yah yang dari Indonesia :p  
Kebetulan, kemarin selain saya, ada beberapa mahasiswa lain dari UGM, yang berasal dari Fakultas Biologi, Teknik, MIPA, Geografi, dan saya sendiri dari Pertanian. Hehehehe. Nah, untuk mengikuti kegiatan konferensi ini, pertama-tama yang saya lakukan adalah update informasi dan cari tahu mengenai informasi kegiatan ini. Kebetulan kemarin saya memperoleh informasi mengenai kegiatan ini melalui website Kantor Urusan Internasional UGM (http://oia.ugm.ac.id/) atau bias langsung dicek di (http://www.gsst.kumamoto-u.ac.jp/html) insyallah akan membantu. Setelah itu, dilanjutkan memikirkan penelitian apa yang ingin didalami, utamakan searah dengan bidang studi dan keinginan keberlanjutan bidang studi, bisa dilakukan secara individu maupun kelompok. Jika sudah, bisa dicoba untukdi apply dan tunggu hasil seleksinya. Jika hasil seleksi sudah didapat dan diterima, panitia akan mengirimkan invitation letter atau surat undangan yang bisa digunakan untuk mencari sponsor dana dan juga untuk mempermudah pembuatan Japan VISA. Selain itu, panitia juga akan mengirimkan nomor urut presentasi kita. Semua dokumen itu dikirimkan langsung dari Kumamoto University ke Indonesia melalui EMS (hmm, semacem electronic mail gitu deh). Sebelum menghadiri kegiatan ini, semua hal harus dipersiapkan sebaik dan sematang mungkin, seperti tiket pesawat, VISA, dan yang paling penting adalah persiapan presentasi baik power point atau poster. Proses pembuatan Japan VISA cukup mudah, membutuhkan waktu proses hanya 4 hari kerja. Pembuatan VISA dapat dilakukan melalui agent ataupun langsung di Kedutaan Besar Jepang di Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat. Kalau saya kemarin sih, langsung di Kedutaan Besar Jepang di Jakarta. Tapi saya sarankan, kalau misal temen-temen gak punya waktu banyak, mending lewat agent aja ya bro, sist, soalnya lumayan ribet!!
C.    Funding (Pendanaan/ Biaya)
Nah ini dia yang penting. Masalah pendanaan ini cukup penting untuk mahasiswa yang kebetulan diterima sebagai partisipan dan harus berangkat. Oleh karena biaya yang dikeluarkan cukup banyak, maka saya mamilih untuk melakukan fundraising (pencarian bantuan dana) ke Direktorat Kemahasiswaan Universitas Gadjah Mada. Sebenarnya masih ada banyak alternative lokasi untuk fundraising selain Dirmawa, misalnya ke institusi pemerintahan (untuk pertanian bias mengajukan ke Dinas Pertanian) ataupun institusi swasta (misalnya Bank, Apotek, Perusahaan Pertanian, dan lain sebagainya). Dalam mengajukan dana ke Dirmawa UGM (atau ke institusi lain), hal yang perlu dipersiapkan adalah surat pengantar dari Fakultas (dari wakil dekan bidang akademik dan kemahasiswaan) dan proposal hard copy. Proposal harus mencakup minimal halaman pengesahan (ada tanda tangan dari dekan atau wakil dekan bidang akademik dan kemahasiswaan), latar belakang acara, semua hal tentang acara, pendanaan (dana yang dibutuhkan), penutup, serta lampiran (invitation letter). Setelah semuanya lengkap, ikuti semua prosedur pengajuan dana yang ditetapkan dirmawa, seperti pendaftaran onine, penyerahan hardcopy dan surat pengantar dari fakultas, untuk selanjutnya diproses lebih lanjut oleh staff dirmawa. Namun ingat, pengajuan dana harus dilakukan minimal 10 hari sebelum kegiatan berjalan. Kebetulan, acara ini tidak dipungut biaya alias gratis. The Global Joint Education Center for Science and Technology (GJEC) ofd Graduate School of Science and Technology (GSST), Kumamoto University, Jepang mengadakan acara ICAST ini dengan pembiayan gratis hanya pada kegiatan konferensi untuk seluruh peserta, sedangkan akomodasi, transportasi tidak difasilitasi (hiks).
D.    Pelaksanaan Kegiatan Konferensi
Secara garis bear, acara ini berlangsung selama 3 hari, yaitu 2 hari untuk kegiatan konferensi ilmiah dan 1 hari untuk kegiatan fieldtrip. Kegiatan konferensi masih dibagi lagi menjadi 3 sesi, yaitu research session, general session, dan poster session.  Saya sendiri terdaftar sebagai peserta di general session, dengan paper berjudul Developing Verticulture Park as a Strategy to Reduce Air Pollution in Cities and Global Warming Effect. Menurut saya, acara konferensi ini merupakan sebuah forum yang sangat tepat untuk mengembangkan kerjasama antara Indonesia, terutama Universitas Gadjah Mada, dengan negara lain di bidang penelitian.  Selain presentasi ilmiah, panitia acara ICAST juga menyelenggarakan student exchange party serta fieldtrip ke Mount Aso, Farmland, Daikanbo, dan Grassland yang terletak di Kumamoto, Jepang. Student exchange party dihadiri oleh undergraduate maupun graduate student dari Indonesia, China, Korea, Kirgiztan, Oman, Malaysia, Jepang, India, Filipina, Benin, dan juga Perancis. Alhamdulillah kegiatan konferensi yang saya ikuti kemarin berlangsung lancar dan sangat tertib. Konferensi dilakukan di beberapa ruangan yang berbeda sesuai dengan sesi yang diikuti dan nomor urut presentasi. Presentasi berjalan dalam beberapa tahap, dipimpin oleh 2 orang chairperson yang bertugas sebagai pemimpin jalannya konferensi. Nah ini merupakan jadwal rinci kegiatan ICAST 2013 yang dilaksanakan di Kumamoto University, Kumamoto, Jepang
No.
Tanggal
Acara
Keterangan
1.
12 Desember 2012
Konferensi Hari Pertama
08.00-12.00
Research Session dan General Session
2.
13 Desember 2013
Konferensi Hari Kedua
08.00-12.00
Research Session dan General Session
13.00-16.00
Poster Session
3.
14 Desember 2013
Field Trip
08.00-17.00
Berkunjung ke Mount Aso, Farm Land, Daikanbo, dan Grassland

E.     Manfaat?
Nah sudah saya ulas banyak hal tentang konferensi ini ya. Terus apa sih manfaatnya? Banyak kok, misalnya paper yang kita ajukan bisa masuk dalam penerbitan jurnal penelitian internasional secara gratis, mengingat biasanya kegiatan penerbitan jurnal penelitian memerlukan biaya registrasi, namundidalam event ini semua free, selain itu akomodasi kegiatan selama disana ditanggung oleh Kumamoto University. Selain itu, kita juga bisa melancong ke Jepang dan mengetahui kultur dan kebudayaan Jepang secara langsung. Selain itu, melalui kegiatan ini juga kita bisa menambah link pertemanan. Making friends dengan temen-teman dari seluruh penjuru dunia tentunya. Relasi dan link yang didapat tentunya dalam hal pertukaran ilmu dan ide-ide kreatif akan sangat membantu dalam kegiatan ini, terutama dalam usaha pengembangan ilmu dan penerapannya, terutama teman-teman yang ikut kegiatan ini adalah mahasiswa terbaiknya, baik dari universitas penyelenggara maupun peserta lain yang lolos seleksi. Mahasiswa penyelenggara yang mengikuti kegiatan ini beberapa telah melakukan banyak research dan juga mengikuti kegiatan program student exchange kebeberapa negara Eropa dan Asia. Selain itu, kesempatan mengenal universitas penyelenggara dan universitas lainnya semakin lebih dekat, mengenal professor dan sensei terutama bagi yang memiliki cita-cita dan mimpi untuk melanjutkan studi di Jepang. Kesempatan untuk mengenal program beasiswa JASSO dan juga peluang kita untuk mendapatkan beasiswa di Kumamoto University semakin lebih besar dan insyallah semakin memudahkan. Yang tak kalah penting adalah kita dapatkan memperkenalkan almamater kebanggan saya, UGM, menjadi lebih dekat dan menjalin kerjasama lebih spesifik guna pengembang ilmu secara internasional.:D
                                                                                

Kamis, 20 Juni 2013

Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Lampung Tengah, Indonesia


TUGAS MATAKULIAH PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH KELAS B (PNU3205B)
PENGEMBANGAN WILAYAH LAMPUNG TENGAH, INDONESIA


Disusun oleh:
Nama               : Rivandi Pranandita Putra
NIM               : 10/ 304773/ PN/ 12175
Program Studi : Agronomi
Dosen              : Dr. Ir. Sri Nuryani HU, M.P., M.Sc.


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013



BAB I.
KONDISI FISIK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
A.    Keadaan Umum Wilayah Lampung Tengah
Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Gunung Sugih. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 9.189,50 km² dan berpenduduk sebanyak 1.109.884 jiwa (tahun 2004). Merupakan salah satu kabupaten yang terkurung daratan/land lock di provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah telah mengalami 2 kali pemekaran, sehingga wilayah yang semula memiliki luas 16.233,21 km² dan sekarang luasnya sekitar 9.189,50 km². Pemekaran wilayah yang pertama adalah Kabupaten Lampung Timur berdasarkan UU RI Nomor 12 Tahun 1999, sehingga Kabupaten ini berkurang 10 kecamatan yakni, Sukadana, Metro Kibang, Pekalongan, Way Jepara, Labuhan Meringgai, Batanghari, Sekampung, Jabung, Purbolinggo, dan Raman Utara. Pemekaran kedua dengan terbentuknya Kota Madya Metro dengan disetujuinya UU RI Nomor 12 Tahun 1999, yang dulunya dikenal sebaga ibukota Kabupaten Lampung Tengah yang memiliki status sebagai Kota Administratif dan pada tahun 1999 statusnya ditingkatkan sebagai Kota Madya. Wilayah Lampung Tengah mengalami pengurangan 5 Kecamatan yaitu, Metro Barat, Metro Utara, Metro Pusat, Metro Selatan, dan Metro Timur. Saat itu Lampung Tengah hanya memiliki 13 Kecamatan yaitu, Gunung Sugih, Terbanggi Besar, Anak Tuha, Bumi Ratu Nuban, Kota Gajah, Way Seputih, Bekri, Bandar Mataram, Anak Ratu Aji, Way Pengubuan, Kalirejo, Trimurjo, dan Pubian (Anonim, 2013).
Letak Kabupaten Lampung Tengah cukup strategis dalam konteks pengembangan wilayah. Sebab selain dilintasi jalur lintas regional, baik yang menghubungkan antar provinsi maupun antar kabupaten/kota di Provinsi Lampung, juga persimpangan antara jalur Sumatera Selatan via Menggala dan jalur Sumatera Selatan serta Bengkulu via Kotabumi. Bagian selatan jalur menuju ke Kota Bandar Lampung, bagian timur menuju jalan ASEAN, Kabupaten Lampung Timur dan Kotamadya Metro. Sementara bagian barat jalur menuju Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Tanggamus serta jalur lintas kereta api jurusan Bandar Lampung-Kertapati, Palembang (Anonim, 2013).
B.     Keadaan Umum Perekonomian Yang Sudah Ada
Daerah yang merupakan penghasil utama dari pertanian bahan pangan adalah daerah yang subur, mudah dibuka, mudah diairi sebagai tanah sawah, yaitu di Lampung Selatan dan Lampung Tengah, mulai dari Tanjong Karang — Gedong Tataan ¾ Metro — Sukadana terus ke utara, daerah ini dikenal sebagai daerah transmigrasi utama.
Sungai Tulang Bawang, Way Seputih, Way Sekampung, yang mengalir ke laut Jawa dari Bukit Barisan adalah potensi yang besar bagi pengembangan pertanian di Lampung, terutama pertanian bahan pangan. Daerah yang akan dapat memanfaatkan potensi ini dengan baik adalah Lampung sebelah timur. Pemanfaatan potensi persawahan ini baru meliputi ± 30% saja. Dari jumlah itu sendiri baru beberapa bagian saja yang secara baik dapat di-BIMAS-kan.
Lahan yang tersedia untuk pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Lampung Tengah seluas 134.758 ha. Sebagian besar lahan yang tersedia ini termasuk dalam kategori sesuai (S) untuk komoditas padi, ubi kayu dan jagung, hanya sebagian kecil saja yang termasuk dalam ketegori tidak sesuai (N). Untuk komoditas padi, 298 ha termasuk kelas S1 (sangat sesuai), 17.377 ha kelas S2 (cukup sesuai), 116.426 ha kelas S3 (sesuai marjinal), dan 658 ha termasuk kelas N (tidak sesuai). Untuk komoditas jagung, 298 ha termasuk kelas S1, 31.928 ha kelas S2, 101.875 ha kelas S3, dan 658 ha tidak sesuai. Untuk komoditas ubi kayu, 418 ha termasuk kelas S1, 80.922 ha kelas S2, 50.171 ha kelas S3, dan 3.248 ha tidak sesuai. Dari AHP diperoleh bahwa masyarakat Kabupaten Lampung Tengah memilih komoditas padi sebagai komoditas unggulan prioritas pertama, sedangkan prioritas yang kedua adalah jagung dan yang ketiga adalah ubi kayu. Hasil analisis kelayakan usahatani memberikan gambaran bahwa komoditas padi, jagung, dan ubi kayu secara ekonomi layak untuk diusahakan dengan nilai R/C ratio untuk komoditas padi sebesar 3,38; untuk komoditas jagung sebesar 2,86; dan untuk komoditas ubi kayu sebesar 2,27. Berdasarkan beberapa pertimbangan perencanaan yang digunakan, pengembangan komoditas padi dialokasikan seluas 54.218 ha dengan sentra pengembangan di Kecamatan Trimurjo, Punggur, Kota Gajah, Padang Ratu,Seputih Agung, Terbanggi Besar, Seputih Mataram, dan Way Seputih, sedangkan untuk jagung seluas 41.271 ha dengan sentra pengembangan di Kecamatan Gunungsugih, Seputih Raman, dan Seputih Banyak, dan untuk ubi kayu seluas 38.852 ha dengan sentra pengembangan di Kecamatan Anak Tuha, Way Pengubuan, dan Rumbia (Baehaqi, 2010).

 
BAB II.
RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH YANG INGIN DILAKUKAN
Di wilayah asal saya di Lampung Tengah, saya memiliki keinginan untuk mengembangkan wilayah saya ini terutama dalam hal pembangunan pertanian. Pemanfaatan aliran sungai, areal alang-alang, serta areal  lebak (pasang surut) akan membuat daerah Lampung Tengah merupakan daerah produksi bahan pangan yang penting. Potensi pengembangan untuk areal perkebunan di lereng gunung sebelah barat dapat dikatakan masih cukup besar sehingga produksinya masih bisa dikembangkan terus; dan kemungkinan peningkatan mutu dari produksi yang ada (kopi, lada, tembakau, cengkeh) masih akan dapat ditingkatkan.  Dalam hubungan itu maka industri kecil berupa sortasi kopi, lada, cengkeh dan pengolahan gaplek dari bentuk yang  sederhana (chips) menjadi butiran gaplek (pellets) dapat dikembangkan. Tersedianya tanah, serta arus transmigrasi spontan merupakan potensi untuk pengembangan wilayah. Secara garis besar, saya ingin mengembangkan Lampung Tengah melalui 2 hal, yaitu:
1.      Pengembangan Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan, yaitu dengan cara meningkatkan pengelolaan SDA dan pelestarian lingkungan secara berkelanjutan yang akan diwujudkan melalui strategi pokok sebagai berikut:
a.       Peningkatan produksi tanaman pangan.
b.      Pemanfaatan lahan dengan gulma dominan alang-alang.
c.       Pengembangan sistem agroforestry (wanatani).
d.      Peningkatan pelestarian dan pengendalian lingkungan hidup.
e.       Peningkatan kualitas sistem pengelolaan sumber daya alam.
2.      Pengembangan Industri Agribisnis, yaitu meningkatkan aktivitas perekonomian berbasis agribisnis yang berorientasi ekonomi kerakyatan yang didukung oleh dunia usaha yang akan diwujudkan melalui strategi pokok sebagai berikut:
a.       Meningkatkan dan mengembangkan agribisnis yang berdaya saing, terutama pada komoditas unggulan di wilayah Lampung Tengah.
b.      Meningkatkan aktivitas usaha ekonomi produktif yang dilakukan masyarakat maupun dunia usaha.
c.       Meningkatkan penataan struktur industri, sistem perdagangan, kepariwisataan, dan jasa.

1.      Pengembangan Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan
Supaya pengembangan daerah dapat dilakukan secara optimum, maka penentuan tata guna tanah (land use) adalah usaha yang perlu mendapat perhatian. Dalam pada itu sekalipun jaringan jalan hubungan utara-selatan dapat dikatakan cukup baik (Tanjung Karang-Blambangan Umpu), akan tetapi jaringan timur-barat, dimana  pada wilayah-wilayah tersebut terdapat pusat produksi yang kuat, belum memadai. Demikian pula jalan yang menghubung­kan pusat dengan permukiman penduduk di pedesaan masih perlu diperbaiki. Sebagai akibat dekatnya jarak Lampung dengan Jawa, maka Lampung akan mengalami perkembangan yang khusus, oleh karena itu memerlukan perencanaan yang tepat dan kebijak­sanaan yang jelas, dan hal tersebut mengakibatkan pula cepatnya urbanisasi, sehingga perkembangan kota terutama Teluk Betung/Tanjung Karang perlu ditangani secara sungguh­sungguh. Dilihat dari potensi pengembangan Lampung untuk pertanian bahan pangan yang sangat besar, maka pemanfaatan aliran sungai, pemanfaatan areal alang-alang, lebak akan memerlukan koordinasi perencanaan dengan penyediaan tenaga kerja, pembebasan tanah, modal kerja untuk pembukaan sawah. Dari sifat para transmigran yang berorientasi kepada pertanian padi, maka pengumpulan para transmigran pada daerah padi yang subur akan segera menyebabkan ketidak seimbangan antara tanah dan penduduk yang terutama terjadi di daerah Lampung Selatan dan Tengah. Masalah lain yang perlu mendapat perhatian ialah masalah penyelamatan tanah dan air, sebagai akibat penggundulan hutan, dan penyelesaian masalah agraria, antara lain hak tanah di daerah transmigrasi.
Akibat mundurnya mutu tanah, atau kurang tersedianya air bagi areal padi, maka penduduk melakukan penanaman tanaman pangan lainnya, yaitu ketela pohon dan jagung. Karena dirasakan kegiatan ini memberikan keuntungan yang cukup baik, lambat laun penduduk mengkhususkan pada tanaman bahan pangan tersebut. Keadaan ini menyebabkan makin tidak seimbangnya kebutuhan akan padi karena per­tambahan penduduk yang cepat dengan peningkatan hasil padi sendiri, yang berarti Lampung yang digambarkan sebagai lumbung beras bahkan mengalami kekurangan beras.
Menurut saya, pengembangan produksi tanaman pangan perlu dilakukan tidak cukup hanya di wilayah Jawa saja, tetapi perlu dicarikan alternatif pengembangan di luar Jawa terutama di wilayah Sumatera. Kabupaten Lampung Tengah memiliki potensi dan peluang untuk tujuan ini. Pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan harus didasarkan pada pertimbangan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial untuk menjamin keberlanjutan dari sistem produksi komoditas ini. Secara ekologi, pemilihan komoditas disesuaikan dengan daya dukung lahan yang dapat dilihat dari kesesuaian lahan untuk komoditas tersebut. Aspek ekonomi mempertimbangkan keuntungan atau nilai tambah komoditas ini bagi petani. Sedangkan aspek sosial mempertimbangkan aspirasi dan penguasaan teknologi oleh petani. Diperlukan penentuan ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk komoditas basis tanaman pangan. Ketersediaan lahan didasarkan pada rencana tata ruang wilayah, status penguasaan lahan, dan jenis penggunaan lahan saat ini. Kesesuaian lahan merupakan pembandingan antara karakteristik lahan dengan kriteria kesesuaian lahan untuk komoditas tanaman pangan.
Dalam rangka pengembangan kesejahteraan wilayah di Lampung Tengah, saya juga ingin merehabilitasi dan memanfaatkan memanfaatkan lahan alang-alang (Imperata cylindrica) yang banyak dijumpai di wilayah Lampung Tengah. Sebelumnya, lahan alang-alang berupa lahan hutan hujan tropik dengan kesuburan rendah, kecuali di bagian alluvial. Lahan alang-alang ini biasanya tidak produktif sehingga lahan menjadi tidak termanfaatkan secara optimal. Padahal, lahan alang-alang ini bisa ditanami tanaman perkebunan seperti tanaman karet, kelapa sawit, tebu, kakao, dan kopi dengan investasi yang cukup tinggi. Salah satu lahan kering potensial yang selama ini ditelantarkan adalah lahan kering yang ditumbuhi oleh alang-alang, disingkat lahan alang-alang. Lahan alang-alang sendiri merupakan lahan hutan yang setelah kayunya ditebang dan seresahnya dibakar, tumbuhan pionir yang didominasi alang-alang mengambil alih peran pepohonan. Lahan alang-alang merupakan lahan pinggiran hutan yang dari tahun ke tahun semakin luas. Dengan semakin luasnya hutan yang dibakar, lalu lahan yang ditlantarkan semakin banyak. Prinsip dasar mengelola lahan alang-alang adalah dengan memulihkan ekosistem yang telah rusak akibat eksploitasi SDA secara berlebihan tanpa perhatian terhadap kelestariannya, serta dengan menyusun strategi pemanfaatan SDA yang berlandaskan kepada optimalisasi manfaat dengan memperhatikan potensi dan kontribusinya kepada kepentingan masyarakat, daerah, dan nasional.      Contoh lahan alang-alang yang berhasil dikonversi menjadi perkebunan nanas seluas 30.000 hektar dapat ditemui di Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Perkebunan nanas ini dikelola oleh perusahaan swasta Great Giant Pineapple dengan produk olahan berupa nanas kalengan dan kulit nanas yang diolah menjadi pakan ternak diekspor ke luar negeri.
Prospek ke dapan yang bisa dilakukan, antara lain:
a.       Inventarisasi Potensi
a.1. Mengoptimalkan pemanfaatan SDA yang diawali dengan identifikasi dan inventarisasi potensinya bagi pembangunan nasional.
a.2. Memperhatikan karakteristik berbagai jenis SDA dan mengupayakan peningkatan nilai tambah dari produk yang dihasilkan. Adapun karakterisasi teknik dan kelembagaan yang dilakukan dengan pemanfaatan lahan alang-alang, yaitu:
- Pengumpulan data dan informasi, meteorologi/ klimatologi, hidrologi, pengelolaan lahan, akses ke pasar dan permodalan.
- Survei potensi SDA, sumber daya air (neraca air), sumber daya lahan (tingkat kesesuaian lahan), kemampuan masyarakat (tingkat pendidika, teknologi, kearifan lokal).
- Verifikasi teknologi, teknik reklamasi lahan, konservasi tanah dan air, perbaikan kesuburan tanah (pemupukan organic dan anorganik), teknik budidaya, penanaman tanaman pakan ternak, penggembalaan, penggunaan air (irigasi atau konservasi air).
- Model farm, optimalisasi SDA dicapai dengan pendekatan diversifiakasi usahtani, berupa wanatani atau sistem integrasi tanaman ternak; faktor yang menentukan model adalah kesesuaian lahan dan pasar.
b. Inventarisasi Teknologi
Pemanfaatan lahan alang-alang pada tanah podzolik merah-kuning di daerah transmigrasi di Lampung Tengah telah diteliti oleh Lembaga Pusat Penelitian Pertanian, sekarang menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, dan terbukti sangan prospektif sehingga cocok dikembangkan di wilayah Lampung Tengah. Dengan demikian, sistem usahatani yang menjanjikan itu perlu diversifikasi di lahan alang-alang yang akan direhabilitasi. Sebagai tumbuhan pionir, alang-alang memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelemahan itu harus diketahui dan digunakan untuk mengendalikan atau memberantasnya. Misalnya, alang-alang memiliki kelemahan tidak tahan naungan. Dengan demikian, petani bisa diarahkan untuk menanam pepohonan yang dapat mengendalikan alang-alang dan memiliki nilai ekonomis tinggi, seperti kayu untuk mebel, kayu untuk bahan bakar, daun untuk pakan ternak atau pakan hijau, bahkan untuk biopestisida.
Dalam rangka pengembangan SDA di wilayah Lampung Tengah, saya juga akan melakukan sistem agroforestry. Agroforestry disini lebih ditujukan untuk mendapatkan keuntungan dari interaksi pohon dan tanaman pertanian dalam usaha memperbaiki produktivitas lahan dan atau untuk mengendalikan isu lingkungan (pertanian berkelanjutan) atau isu sosial untuk mengoptimalkan keuntungan produk dan lingkungan. Ke depannya, dalam mengembangkan sistem agroforestry diharapkan memperhatikan prospek pasar, karena saya rasa hal ini akan memberikan pengaruh yang besar sekali terhadap respon petani di Lampung Tengah dalam menerapkan atau mengadopsi agroforestry.
Teknologi agroforestry pada dasarnya merupakan sebagian solusi masalah lahan kering. Agroforestry di Lampung Tengah dapat menerapkan:
-          Teknologi setempat atau existing yang sudah dikenal oleh petani.
-          Praktek dengan memodifikasi atau memperbaiki teknologi setempat oleh petani atau dari luar.
-          Menerapkan hasil penelitian dari pihak luar.
Secara lebih rinci, untuk mendukung pengembangan agroforestry di Lampung Tengah dapat dilakukan usaha seperti penyusunan program kehutanan dan peningkatan SDM. Teknologi agroforestry ini dapat diperkenalkan ke masyarakat Lampung Tengah melalui penelitian dan plot demonstrasi.
            Selain pengembangan kawasan pertanian secara luas (SDA), saya juga akan tetap mengembangkan pengelolaan lingkungan hidup di wilayah Lampung Tengah. Usaha-usaha yang bisa dilakukan menjaga pelestarian kekayaan alam dari kerusakan lingkungan antara lain sebagai berikut.
a. Rehabilitasi dan Reklamasi Lahan Kritis
Misalnya lahan alang-alang seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Usaha pengendalian lahan kritis dilaksanakan melalui beberapa usaha sebagai berikut.
1) Penghijauan dan Reboisasi
Untuk lebih mempercepat usaha mengurangi lahan kritis, lahan tersebut justru dimanfaatkan untuk keperluan pembangunan perkebunan, transmigrasi, peternakan, dan bentuk pembangun an lainnya sekaligus untuk rehabilitasi.
2) Resettlement dan Pengendalian Peladang Berpindah
Untuk mengendalikan peladang berpindah diperlukan pendekatan yang lebih menyeluruh. Dalam hubungan ini perlu dikembangkan pendekatan dengan cara pendekatan fisik dan alam, pendekatan sosioantropologi, dan pendekatan pengembangan institusi. Setelah pendekatan-pendekatan tersebut berhasil, baru dilakukan penataan pemukiman (resettlement).

b. Program Kali Bersih
Untuk meningkatkan daya dukung lingkungan demi menunjang keberhasilan kegiatan pembangunan di semua sektor maka ditempuh usaha program kali bersih. Program kali bersih ini mempunyai beberapa tujuan antara lain sebagai berikut.
1) Mencegah penurunan kualitas dan daya guna air sekaligus menaikkan kualitas dan daya guna air. Program kali bersih ditujukan khususnya pada sumber-sumber air yang kualitasnya sangat buruk.
2) Persiapan bagi pelaksanaan peraturan pemerintah tentang pengendalian pencemaran air.
3) Pengembangan kelembagaan pengelolaan lingkungan hidup

c. Usaha Menjaga Kelestarian dan Meningkatkan Sumber Daya
Dalam rangka menjaga kelestarian dan mening katkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia maka kebijaksanaan pembangunan harus mencakup hal-hal berikut.
1) Penciptaan dan perluasan mata pencaharian khususnya di daerah yang mengalami tekanan ekonomi yang berat.
2) Perlindungan terhadap pendapatan petani, nelayan, dan pengumpul hasil hutan.
3) Pengkajian ilmiah terhadap pengikisan lapisan atas tanah dan pengambilan sumber daya hutan agar tidak melebihi laju perbaikan produktivitasnya.
4) Peningkatan produktivitas lahan dengan cara memperhatikan pengendalian penggunaan pupuk organik, pestisida, dan tata air.
5) Penelitian terhadap kebutuhan kayu bakar dan hasil hutan dengan memperhatikan aspek lingkungan.
6) Pelestarian dan penggunaan energi secara efisien.
7) Pencegahan dan pengurangan pencemaran udara, tanah, dan air sedini mungkin.
8) Pengembangan teknologi dengan memperhatikan kelestarian lingkungan

2.      Pengembangan Industri Agribisnis
Lampung Tengah sebenarnya kaya akan berbagai komoditas pertaniannya, seperti pisang dan durian. Namun selama ini masyarakat belum optimal memasarkannya. Misal pada pisang, untuk meningkatkan posisi tawar petani pisang dalam memasarkan hasil, maka perlu dikembangkan sistem kelembagaan di tingkat petani pisang seperti dibentuknya kelompok tani atau asosiasi petani pisang. Hal ini selain untuk lebih memperkuat petani pisang, juga dapat mempermudah koordinasi dalam pengadaan sarana produksi seperti pupuk, pestisida serta akses ke sumber pendanaan. Dalam pengelolaan kebun pisang baik yang dikelola masyarakat maupun perusahaan harus merujuk pada prosedur operasional yang standar untuk menghasilkan produk yang bermutu. Produk pisang yang bermutu apakah pisang segar ataupun yang sudah berbentuk olahan harus dipromosikan agar dapat diterima oleh konsumen luar negeri dan juga dapat meningkatkan tingkat konsumsi domestik.
Ada dua strategi utama yang bisa dilakukan untuk pengembangan pisang yaitu:
1. Pengembangan usaha agribisnis skala kecil yang berdaya saing; dan
2. Pengembangan usaha agribisnis skala kebun yang berdaya saing.
Untuk itu perlu diciptakan iklim yang kondusif untuk pengembangan usaha agribisnis pisang yang berdaya saing tinggi melalui penerapan inovasi teknologi.
Program yang bisa dilakukan dalam pengembangan industry agribisnis di Lampung Tengah, antara lain:
1.                   1. Penggunaan Varietas Unggul
           Penggunaan varietas unggul adalah salah satu kunci keberhasilan usahatani pisang. Varietas unggul
           yang dimaksud adalah varietas yang toleran atau tahan terhadap hama dan penyakit penting pisang, 
           mampu berproduksi tinggi serta mempunyai kualitas buah yang bagus dan disukai masyarakat luas.
           Varietas yang dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya pada komoditas pisang,untuk 
           keperluan ekspor menggunakan varietas yang disukai oleh negara pengimpor seperti Cavendish
           Untuk memenuhi kebutuhan industri pedesaan sebagai bahan baku kripik digunakan pisang Nangka,  
Tanduk dan Sepatu Amora (Kepok).
2. Pengembangan Teknologi Perbanyakan Benih Berkualitas
Benih merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan suatu usahatani. Benih berkualitas artinya benih yang true-to-type, bebas hama dan penyakit dan sehat. Teknologi perbanyakan benih pisang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: secara in vitro (kultur jaringan) dan secara konvensional. Perbanyakan benih secara in vitro memerlukan modal awal yang cukup besar serta ketrampilan khusus sehingga hanya mampu dilakukan oleh perusahaan besar yang pada umumnya juga berperan sebagai pekebun skala besar. Untuk menghindari terjadinya off-type pada tanaman hasil perbanyakan in vitro, maka diperlukan Prosedur Operasional Standar (POS) sistem perbanyakan ini. Perbanyakan benih secara konvensional adalah dengan cara mengembangkan teknologi perbanyakan yang telah ada untuk menghasilkan benih sehat dalam waktu yang relatif lebih cepat tetapi mudah dilakukan oleh petani. Sistem perbanyakan konvensional ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan benih skala pekarangan dan skala kecil (< 5 ha).
3.      Pemberdayaan Pertanian Rakyat
Kebanyakan petani di Lampung Tengah berusahatani pisang dengan sistem pekarangan dan skala kecil. Sistem ini terbukti sangat menolong kesejahteraan petani karena tidak tergantung pada satu komoditas saja, disamping itu ekologi pekarangan dapat terjaga dengan baik dengan adanya multi-komoditas. Meskipun demikian untuk menunjang agroindustri pedesaan, perlu diseragamkan penggunaan varietas pisang yang ditanam, karena pada umumnya sistem pekarangan menggunakan varietas yang bermacam-macam baik antar petani maupun dalam kebun petani itu sendiri. Agar hasil produksi pisang sistem pekarangan dapat berproduksi optimal, maka diperlukan GAP maupun SPO khusus untuk sistem pekarangan ini, karena sampai sekarang aturan-aturan tersebut belum ada.
4.      Pemberdayaan Pertanian Skala Besar
            Produsen komoditas unggulan Lampung Tengah seperti pisang, ketela pohon, dan durian berskala
            komersial tidak berani mengambil resiko untuk menggunakan varietas yang belum tentu disukai oleh
            masyarakat apalagi untuk ekspor. Pada pisang,  untuk keperluan ekspor varietas yang diterima pasar
            adalah Cavendish, sedangkan untuk keperluan industri tepung digunakan Sepatu Amora. Untuk
            industri obat tradisional dengan memanfaatkan -karotine digunakan varietas Tongkat Langit.
5.         5.   Reklamasi Lahan Kritis
Lahan kritis di Indonesia, termasuk di wilayah Lampung Tengah cukup luas. Luasan lahan kritis akan semakin bertambah apabila tidak dilakukan usaha konservasi, beberapa tanaman perkebunan seperti pisang mempunyai potensi untuk reklamasi, terutama karena perakaran yang rapat, batangnya sukulen dan menahan air. Meskipun lahan kritis pada awalnya mempunyai daya dukung terhadap pertumbuhan yang berada di bawah rata-rata, dengan program pemupukan yang baik produktivitas buah masih menguntungkan bagi masyarakat sekitarnya apabila dimanfaatkan secara optimal. Untuk komoditi pisang, varietas yang dipilih adalah yang daya adaptasinya cukup bagus dan mampu menunjang industri pedesaan, yaitu Kepok atau Sepatu Amora yang sesuai untuk pisang olah, yaitu kripik pisang. Untuk memperbaiki agroekosistem diperlukan tanaman pioneer yang mampu bertahan pada kondisi yang kurang menguntungkan tersebut. Tanaman pisang adalah salah satu tanaman yang mempunyai daya adaptasi yang cukup bagus untuk tujuan tersebut, disamping merupakan komoditi yang mampu mendatangkan hasil buahnya. Varietas yang dipakai adalah yang mempunyai daya adaptasi yang cukup luas yaitu Kepok atau Sepatu Amora.
6.               6. Pengembangan Sentra Produksi dan Perwilayahan Komoditas Unggulan
Perbaikan-perbaikan lebih dititik-beratkan pada peningkatan produktivitas, mutu dan kontinyuitas pasokan serta pemasaran melaui upaya penerapan teknologi inovatif, penerapan kaidah budidaya yang baik dan benar (berdasarkan POS yang ada), penguatan kelembagaan di tingkat petani, penyediaan sarana dan prasarana kebun dan penyaluran hasil, dukungan pemerintah dalam penyaluran kredit usaha dan perbaikan sarana penyaluran hasil ke pasar. Penentuan dan penetapan wilayah komoditi unggulan bertujuan untuk mengembangkan secara komersial daerah sentra baru komoditi unggulan yang mempunyai potensi yang tinggi tetapi belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal.
7.      Diseminasi Inovasi Teknologi
Diseminasi hasil pengkajian dan penerapan teknologi pengelolaan kebun komoditi unggulan sehat berupa review hasil, temu lapang, lokakarya dan seminar. Kegiatan ini didukung oleh instansi dan lembaga yang ada di daerah setempat. Pelaksanaan temu lapang merupakan wahana komunikasi langsung antara pelaku/pengguna teknologi dalam hal ini petani dengan penghasil teknologi atau petugas lapang yang dilakukan secara periodik sesuai dengan tingkat perkembangan pertanaman yang ada, karena dari sinilah proses komunikasi yang terjadi bukan hanya antar penyampai dan pengguna teknologi, tetapi juga dengan obyek teknologi, yaitu tanaman itu sendiri. Selain temu lapang juga dilaksanakan lokakarya yang diikuti oleh para pelaku agribisnis, penghasil teknologi dan pengambil kebijakan, yang bertujuan untuk mengevaluasi keberhasilan dan hambatan proses alih teknologi sehingga akan bermanfaat bagi pengguna. Dalam proses diseminasi dikemukakan teknologi-teknologi inovatif baik berupa forum diskusi atau training tentang agribisnis komoditi unggulan local di Lampung Tengah.
8.      Penerapan Sistem Kendali Mutu
Dengan memperhatikan syarat-syarat produk hortikultura yang akan diterima pasar global, maka sistem kendali mutu lebih ditekankan pada norma-norma budidaya yang baik dan benar (Good Agriculture Practises – GAP), penerapan pengelolaan hama terpadu (Integrated Pest Management – IPM) yang ramah lingkungan serta jaminan mutu (quality assurance system) yang mengacu pada prinsip Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). Penerapan sistem tersebut tentunya berdasarkan pada sistem pengusahaan apakah sistem pekarangan atau sistem skala luas (monokultur) yang memang berbeda.
9.      Penetapan Kelembagaan Petani
Kelembagaan petani merupakan titik strategis dalam usaha pengembangan kawasan yang perlu mendapat prioritas untuk meningkatkan profesionalisme dan posisi tawar petani. Fokus dari kelembagaan petani adalah pada manajemen produksi, kebutuhan sarana produksi, permodalan dan industri pengolahan. Bentuk kelembagaan kelompok tani, paguyuban, asosiasi atau koperasi, dan lain-lain. Dalam aspek pemasaran kelembagaan petani dapat melaksanakan secara mandiri atau melalui kerjasama dengan pihak swasta/pengusaha kebun.
10.  Pengembangan Sistem Distribusi Benih
Misalnya, dengan mewabahnya penyakit utama pada komoditas pisang yaitu layu Fusarium dan bakteri, maka perlu adanya dukungan pemerintah mengenai peraturan distribusi benih pisang untuk mencegah meluasnya penyakit tersebut. Hal ini juga dituntut adanya kerjasama antara pemerintah dan partisipasi pelaku agribisnis dalam penerapannya di lapang. Tanpa adanya kerjasama dari pihak-pihak terkait, penyebaran penyakit tersebut tidak akan terbendung lagi.
           11. Promosi 
           Untuk lebih memasyarakatkan dan meningkatkan konsumsi komoditi unggulan Lampung Tengah,
           misal pisang, perlu dilakukan promosi berupa kampanye makan buah pisang dengan menonjolkan
          keunggulan-keunggulan pisang berupa kandungan karbohidrat, tinggi kalori tetapi rendah lemak
          sehingga baik untuk makanan diet, kandungan vitamin dan mineralnya yang baik untuk kesehatan,
          kebugaran, kecantikan dan menghambat penuaan jaringan tubuh. Promosi diselenggarakan baik di 
          dalam maupun di luar negeri.

BAB III.
PENUTUP
Letak Kabupaten Lampung Tengah cukup strategis dalam konteks pengembangan wilayah. Sebab selain dilintasi jalur lintas regional, baik yang menghubungkan antar provinsi maupun antar kabupaten/kota di Provinsi Lampung, juga persimpangan antara jalur Sumatera Selatan via Menggala dan jalur Sumatera Selatan serta Bengkulu via Kotabumi. Bagian selatan jalur menuju ke Kota Bandar Lampung, bagian timur menuju jalan ASEAN. Keadaan pertanian disana sudah cukup baik, sehingga pengembangan wilayah yang masih perlu dilakukan ditekankan kepada 2 hal, yaitu pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan dan pengembangan industri agribisnis. Pengembangan SDA dan lingkungan yaitu meningkatkan pengelolaan SDA secara berkelanjutan yang  akan diwujudkan melalui strategi pokok: a) peningkatan pelestarian dan pengendalian lingkungan hidup; b) peningkatan kualitas sistem pengelolaan sumber daya alam; c) peningkatan produksi tanaman pangan; d) pemanfaatan lahan dengan gulma dominan alang-alang; serta e) pengembangan sistem agroforestry (wanatani). Pengelolaan lingkungan hidup dilakukan melalui rehabilitasi dan reklamasi lahan kritis, program kali bersih, dan upaya meningkatkan kelestarian dan sumber daya. Sementara itu, pengembangan industri agribisnis, yaitu meningkatkan aktivitas perekonomian berbasis agribisnis yang berorientasi ekonomi kerakyatan yang didukung oleh dunia usaha yang akan diwujudkan melalui strategi pokok: a) meningkatkan dan mengembangkan agribisnis yang berdaya saing, terutama pada komoditas unggulan di wilayah Lampung Tengah; b) meningkatkan aktivitas usaha ekonomi produktif yang dilakukan masyarakat maupun dunia usaha; serta c) meningkatkan penataan struktur industri, sistem perdagangan, kepariwisataan, dan jasa.
 
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Kabupaten Lampung Tengah. <http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Lampung_Tengah>. Diakses pada tanggal 1 Juni 2013.
Baehaqi, A. 2010. Pengembangan Komoditas Unggulan Tanaman Pangan di Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah. 2012. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan. <http://www.lampungtengahkab.go.id/pemerintahan/arahke bijakan-pembangunan.html>. Diakses pada tanggal 1 Juni 2013.