Sabtu, 16 Juni 2012

Tugas DIPT: Penyakit Pasca Panen


MAKALAH PRESENTASI KELAS
DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT TUMBUHAN KELAS A
(PNH2230A)

PENYAKIT PASCA PANEN


Disusun Oleh:
                        Nama/ NIM  : 1. Zulham Aaron Mochammad          (12172)
                                                2. Rivandi Pranandita Putra               (12175)
                                                3. Jayeng Syahputra                           (12179)
                                                4. Devi Alvioliana                               (12183)
                                                5. Rahmad Syafrilianta                       (12226)
                                                6. Ahmad Zamzami                              (12227)
                        Dosen            : 1. Prof. Dr. Ir. Triwidodo Arwiyanto, M.Sc
                                                 2. Dr. Ir. Sri Sulandari, S.U.
                                                                                                                       
           
PROGRAM STUDI ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
JURUSAN PERLINDUNGAN TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
 


BAB I
PENDAHULUAN

            Beberapa tahun terakhir, masalah kehilangan pangan yang disebabkan oleh penurunan produk pasca panen menjadi pusat perhatian banyak negara di dunia. Kehilangan pasca panen mencapai 10-30% dari produksi total tanaman. Bahkan pada beberapa produk tanaman yang mudah rusak, kehilangan pasca panen dapat lebih besar dari 50% terutama di negara berkembang. Menurut perkiraan kasar, kehilangan pasca panen setiap tahunnya kemungkinan mencapai setengah dari pasokan pangan dan serat dunia. Sementara itu, populasi penduduk dunia terus bertambah. Hal ini membutuhkan 50% lebih bahan pangan yang terutama dipasok oleh produk pasca panen.
            Kehilangan produk pasca panen, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, terutama disebabkan oleh agensia hayati, yaitu jamur dan bakteri patogen. Infeksi dari patogen pasca panen kemungkinan besar dapat dimulai sejak produk masih berada di lahan sebelum dipanen atau selama periode pasca panen. Bahkan dari persentase infeksi yang secara relatif kecil dapat menyebabkan kehilangan produk yang besar, dan menyebabkan kerugian besar. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan kehilangan pasca panen dan dapat mengakibatkan kerugian yang besar. Penanganan pasca penen yang baik akan dapat mengurangi kerugian tersebut. Selain itu, pengetahuan tentang sifat patogen dan pengaruh kondisi lingkungan , terutama pada ruang penyimpanan, sangat diperlukan untuk memnentukan tindakan pencegahan ataupun pengendalian yang tepat.
 

BAB II
ISI

A. Arti Penting Penyakit Pasca Panen
            Produk pasca panen merupakan bagian tanaman yang dipanen dengan berbagai tujuan, terutama untuk memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi produsen maupun petani. Sejak bagian tanaman tersebut dipanen, berarti sejak itu pula bagian tanaman tersebut terputus hubungan fisiologi dengan inangnya. Dengan demikian, bagian tanaman tersebut tidak lagi mendapatkan pasokan hasil metabolisme dari tanaman, tetapi bagian tersebut masih melakukan aktivitas fisiologinya. Konfisi seperti inilah yang mengakibatkan mengapa bagian tanaman yang telah dipanen akan mudah rusak, selain dapat juga disebabkan oleh faktor luar.
            Produk pasca panen merupakan produk yang mudah rusak (perishable product) yang sering dihasilkan di daerah yang jauh dari pusat populasi. Produk pasca panen dapat berupa buah, bunga, sayuran, biji-bijian, maupun umbi yang dipanen setelah cukup umuratau tergantung pada permintaan pasar/konsumen. Produk pasca panen sering masak atau dipanen pada saat daya beli konsumen rendah atau saat produk tersebut melimpah di pasaran. Kondisi seperti ini membutuhkan waktu dari hitungan minggu sampai bulan, khususnya untuk penyimpanan maupun pengangkutan produk dari sentra produksi sampai ke konsumen. Kehilangan yang penting berupa busuknya produk pasca panen yang terjadi selama periode waktu ini, yang akan berpengaruh terhadap pendapatan petani atau produsen. Hal ini terjadi apabila produk tersebut tidak diperlakukan dengan bahan penghambat pertumbuhan mikrobia atau mendapatkan kondisi yang sesuai selama penyimpanan dan pengangkutan, bahkan sampai ke pemasarannya.
            Kehilangan pasca penen dapat mempengaruhi kuantitas panen, yaitu mengurangi jumlah atau berat produk pasca panen dan juga kualitas panen, yaitu menurunnya nilai nutrisi produk. Selain itu, akibat yang ditimbulkan oleh patogen pasca panen sering menyebabkan hal sebagai berikut:
1. Kehilangan sebagian atau total dari paket konsumsi akibat dari satu atau beberapa unit penyakit.
2. Munculnya bau tidak sedap dari produk pasca panenyang busuk sebagai akibat serangan patogen pasca panen.
3. Berkurangnya ketertarikan konsumen akibatterjadinya perubahan warna atau bentuk dari produk pasca panen sakit.
4. Terjadinya kontaminasi bahan pangan oleh mikotoksin yang dihasilkan oleh patogen tanaman.
5. Berkurangnya masa simpan produk tanaman yang mudah rusak akibat dari perpanjangan pemasakan dan penuaan yang dipacu oleh etilendari bagian buah yang sakit dalam ruang simpan.
6. Adanya metabolit toksik yang dihasilkan oleh jaringan tanaman sakit sebagai tanggapan terhadap serangan jamur atau pendedahan ke etilen.
 
B. Penyakit Pasca Panen dan Pengendalian Secara Umum
Komoditas
Nama Penyakit
Patogen
Apel, pir
a. Kapang Biru
b. Kapang Abu-abu
c. Busuk Hitam
d. Busuk Pahit
e. Busuk Putih
f. Busuk Mata Sapi
Penicillium expansum
Botrytis cinerea
Physaiospora obtusa
Glomerella cingulata
Botryosphaeria ribis
Pezicula malicorticis
Kentang
a. Hawar Akhir
b. Busuk Umbi Fusarium
c. Layu Fusarium
d. Tiris
e. Puru Akar
f. Busuk Lunak Bakteri


g. Busuk Lunak Berlendir
h. Busuk Mahkota
i. Busuk Cincin
j. Nekrosis Jaring
Phytophthora infestans
Fusarium spp.
Fusarium spp.
Pythium sp.
Meloidogyne spp.
Erwinia carotovora pv.carotovora dan pv. Atroseptica dan genus lain.

Clostridium spp.
Ralstonia solanacearum
Corynebacaterium sepedonicum
Virus gulung daun kentang
Ubi Jalar
a. Busuk Hitam
b. Busuk Rhizopus
Endoconidiophora fimbriata
Rhizopus sp.
Tomat, cabai
a. Busuk Alternaria
b. Busuk Phytopthora
c. Kapang Abu-abu
d. Hawar Akhir
e. Busuk Rhizopus
f. Busuk Asam
Alternaria alternata
Phytophthora sp.
Botrytis cinerea
Phytopthora infestans
Rhizopus stolonifer
Geotrichum candidum
Jeruk
a. Busuk Alternaria
b. Kapang Biru
c. Kapang Hijau
d. Busuk Asam
e. Busuk Ujung Pangkal
f. Busuk Ujung Tangkai
Alternaria citri
Penicullium italicum
Penicullium digitatum
Geotrichum candidum
Phomposis citri
Diplodia natalensis
Anggur dan buah kecil
a. Kapang Biru
b. Kapang Abu-abu
c. Busuk Rhizopus
d. Busuk Cladosporium
Penicillium sp.
Botrytis cinerea Pers.: Fr.
Rhizopus stolonifer Ehrc.: Fr.
Cladosporium hebarum Lk.: Fr.
Buah Berbiji
a.Busuk mahkota
b. Busuk Rhizopus
c. Kapang abu-abu
d. Kapang Biru
e. Busuk asam
f. Busuk Altenaria
Monilinia fructicola Wint.
Rhizopus stolonifer Ehrc.: Fr.
Botrytis cinerea Pers.: Fr.
Penicillium sp.
Geotrichum candidum Ferr.: Coferri
Altenaria sp.
Sayur-sayuran daun, umbi, bawang, melon, buncis
a. Kapang abu-abu
b. Busuk Rhizopus
c. Busuk lunak berair
d. Tiris berkapas
e. Busuk Wortel
f. Busuk Fusarium
Botrytis cinerea Pers.:Fr.
Rhizopus sp.
Sclerotinia sclerotiorum Lib.: d. By
Phytium butleri Subr.
Rhizoctonia carotae Rader
Fusarium sp.

Untuk mengendalikan penyakit tanaman pasca panen, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pencegahan infeksi
     Penyemprotan dengan senyawa antimikrobia/fungisida selama pertumbuhan.
2.Pemberantasan / penyembuhan infeksi
    - Radiasi / penyinaran.
     - Pencucian/perendaman dalam air panas atau air yang mengandung antimikrobia.
3. Penghambatan meluasnya penyakit
     - Pendinginan dan penyimpanan dengan udara terkendali.


C. Beberapa Penyakit Penting Pasca Panen Komoditas Tomat
1. Penyakit Busuk Alternaria
            Gejalanya, pada daun terdapat bercak-bercak kecil, bulat, dan bersudut, berwarna coklat tua sampai hitam. Di sekitar bercak nekrotik terdapat halo sempit.Pada serangan berat banyak terdapat bercak, daun akan layu dan gugur sebelum waktunya.Gejala pada batang ditandai dengan bercak gelap yang mempunyai lingkaran-lingkaran terpusat. Gejala pada buah umumnya melalui batang atau calyx, terjadi bercak dengan lingkaran-lingkaran terpusat. Buah yang terinfeksi akan gugur sebelum masak.
            Daun tomat yang terserang tampak bulat coklat atau bersudut, dengan diameter 2-4 mm, dan berwarna coklat sampai hitam. Bercak itu menjadi jaringan nekrosis yang mempunyai garis-garis lingkaran sepusat. Jaringan nekrosis ini dikelilingi lingkaran yang berwarna kuning (sel klorosis). Bila serangan mengganas, bercak akan membesar dan kemudian bersatu sehingga daun menjadi kuning, layu dan mati. Bunga yang terinfeksi akan gugur. Buah muda atau masak yang terserang penyakit ini menjadi busuk, berwarna hitam, dan cekung, serta meluas ke seluruh buah. Penyakit ini biasanya dimulai dari pangkal buah (ujung tangkai) yang berwarna coklat tua dan cekung, bergaris tengah 5-20 mm dan tertutup massa spora hitam seperti beledu.
            Pengendalian yang dapat dilakukan adalah:
(1) menanam biji yang bebas penyakit atau biji terdesinfeksi;
(2) tanaman yang sakit segera dicabut dan dibakar;
(3) bekas tanaman tomat, terung, kentang, dan tanaman yang termasuk Solanase tidak boleh dipendam di areal pertanaman tomat, tapi harus dikumpulkan di tempat lain dan dibakar;
(4) melakukan rotasi tanaman;
(5) penyiraman harus menggunakan air bersih yang tidak tercemar penyakit;
(6) drainase harus diatur dengan baik agar tanaman tidak tergenang air;
(7) gulma di areal pertanaman harus selalu dibersihkan;
(8) pembibitan dan penanaman jangan terlalu rapat;
(9) disemprot dengan carbamat, zineb atau maneb.
            Tindakan pengendalian lain yang dapat dilakukan adalah dengan treatment pemanasan buah pada suhu 55 C selama 7 menit. Hal ini menyebabkan spora Alternaria alternata tersebut gagal tumbuh (Tohamy et al., 2004).
2. Penyakit Busuk Phytophthora
            Gejalanya, pada buah cabai mula-mula becak kecil kebasah-basahan, berwarna hijau suram, yang meluas dengan cepat sehingga meliputi seluruh buah. Buah mengering dengan cepat dan menjadi mummi. Biji terserang menjadi coklat dan keriput.
            Penyebab penyakit ini adalah patogen Phytophthora capsici Leonian. Sporangiofor bialin, bercabang tidak menentu, bentuknya mirip dengan hifa biasa. Bentuk dan ukuran sporangium sangat bervariasi, bulat sampai jorong memanjang, hialin, dengan 1-3 buah papil yang menonjol, 35-105 x 21-56 µm. Biasanya berkecambah membentuk zoospora, atau dalam keadaan yang kurang menguntungkan membentuk pembuluh kecambah. Di dalam biakan murni, jamur membentuk oogonium, dengan Ø 25-35 µm (Rumahlewang, 2008).
            Pengendaliannya adalah dengan menanam tomat yang dengan jarak tanam yang cukup, membersihkan gulma dan memelihara drainase, buah-buah yang sakit dipetik dan dipendam. Jika perlu, tanaman disemprot dengan fungisida, misalnya Dithane M-45.
3. Penyakit Hawar Akhir
            Becak yang berwarna hijau kelabu kebasah-basahan meluas menjadi becak yang bentuk dan besarnya tidak tertentu. Pada buah tomat hijau, bercak berwarna tua, agak keras, dan berkerut. Becak mempunyai batas yang cukup tegas dan batas ini tetap berwarna hijau pada waktu bagian buah yang tidak sakit matang ke warna yang biasa. Kadang-kadang becak mempunyai cincin-cincin. Dalam proses pengangkutan pasca-panen, penyakit dapat menyebabkan busuk lunak dan berair, yang mungkin disebabkan oleh jasad sekunder (Anonim, 2009).
4. Penyakit Busuk Rhizopus
        Gejala khas berupa bercak kebasahan yang meluas sedikit demi sedikit dan diselimuti oleh miselium dan sporanggiofor cendawan berwarna putih dan cokelat kehitaman. Infeksi berat menyebabkan buah hancur, berair, dan berbau busuk (Soesanto, 2006).
            Nama patogennya Rhizopus stolonifer (Ehrenb.:Fr.) Vuill. Rhizopus stolonifer merupakan salah satu dari jenis jamur Zygomycotina. Jenis jamur ini memiliki hifa pendek bercabang-cabang dan berfungsi sebagai akar (rizoid) untuk melekatkan diri serta menyerap zat-zat yang diperlukan dari substrat. Cendawan ini mempunyai geragih dan rhizoid. Selain itu, terdapat pula sporangiofor (hifa yang mencuat ke udara dan mengandung banyak inti sel, di bagian ujungnya terbentuk sporangium (sebagai penghasil spora), serta terdapat stolon (hifa yang berdiameter lebih besar daripada rizoid dan sporangiofor). Sporangiofor berdiameter hingga mencapai 34 µm dengan panjang 1-3,5 µm, berdinding halus, tidak bersekat, berwarna cokelat muda, dan tidak bercabang. Sporangium berdiameter 100-350 µm, berbentuk bulat atau oval, berwarna putih hingga kehitaman, dan mengandung banyak sporangiospora. Sporangiospora berbentuk bulat atau oval, berukuran 8-20 µm, tidak teratur, bersel 1, dan berwarna hitam kecokelatan. Cendawan ini hidup sebagai saprofit atau patogen luka. Invasi terjadi melalui luka-luka. Pemencaran cendawan ini diuga melalui bantuan lalat buah Dorsophila. 
            Rhizopus stolonifer dapat hidup / tumbuh pada roti atau buah-buahan lunak. Dalam hal ini Rhizopus stolonifer terutama banyak dijumpai pada roti dan menyebabkan kerusakan pada roti tersebut. Hal tersebut dikarenakan spora tersebut berada pada udara, tanah ataupun diri kita, yang kemudian apabila jatuh pada roti maka spora tersebut akan tumbuh dengan sangat cepat. Pengendalian dapat dilakukan dengan penyimpanan buah pada suhu 10 C atau kurang.


BAB III
PENUTUP

            Kehilangan produk pasca panen dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik fisik, kimia, hayati, maupun faktor lainnya yang dapat dikelompokkan menjadi faktor luar dan dalam. Kehilangan produk pasca panen dapat menjadi lebih besar karena pengaruh gabungan faktor penyebabnya. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa produk pasca panen sangat rentan terhadap kerusakan apapun selama pasca panen.
            Penyakit pasca panen merupakan momok bagi para pengusaha komoditas pertanian. Penyakit pasca panen ini dapat menyebabkan kehilangan sebesar 10-30% dari produksi total tanaman. Bahkan, pada beberapa produk tanaman yang mudah rusak, kehilangan hasil dapat mencapai 50%. Penyakit pasca panen yang menyebabkan kehilangan hasil panen, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif, disebabkan oleh agensia hayati, yaitu patogen jamur, bakteri, atau virus. Secara khusus, kehilangan produk pasca panen yang disebabkan oleh penyebab hayati, yaitu mikroba patogen, akan sangat besar pengaruhnya bagi petani.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Phythophthora infestans. <http://pinkterritory.blogspot.com/2009/03/phytophthorainfestan.html> Diakses pada tanggal 16 Juni 2012.

Bautista, Ofelia K., et al., 1983. Introduction to Tropical Horticulture. Departement of  Horticulture College of Agriculture University of The Philippines, Filipina.

Kader, Adel A. 1985. Postharvest Technology of Horticultural Crops. Cooperative Extension Univ. Of California, California. 

Martoredjo, Toekidjo, 1983. Ilmu Penyakit Lepas Panen. Ghalia Indonesia, Bogor.

Rumahlewang, W. 2008. Penyakit Penting Tanaman Sayuran.  <http://kliniktanaman.blogspot.com/2008/04/penyakit-pentingtanamansayuran.html>. Diakses pada tanggal 16 Juni 2012.

Soesanto, L. 2006. Penyakit Pascapanen: Sebuah Pengantar. Kanisius, Yogyakarta.

Tohamy, M.R.A., G.A. Helal, K.I. Ibrahim, dan Shadia A. Abd-El-Aziz. 2004. Control of            postharvest tomato fruit rots: II. Using heat treatments. Egypt Journal of Phytopathology 32 : 129 – 138.

Wills, R.B.H. 1989. Postharvest – An Introduction to The Physiology and Handling of     Fruit and Vegetables. An AVI Book, London.