MAKALAH PRESENTASI KELAS
DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT TUMBUHAN KELAS
A
(PNH2230A)
PENYAKIT PASCA PANEN
Disusun Oleh:
Nama/ NIM : 1. Zulham Aaron Mochammad (12172)
2.
Rivandi Pranandita Putra (12175)
3. Jayeng Syahputra (12179)
4. Devi Alvioliana (12183)
5. Rahmad Syafrilianta (12226)
6. Ahmad Zamzami (12227)
Dosen : 1. Prof. Dr. Ir. Triwidodo
Arwiyanto, M.Sc
2. Dr. Ir. Sri Sulandari, S.U.
PROGRAM STUDI ILMU HAMA DAN PENYAKIT
TUMBUHAN
JURUSAN PERLINDUNGAN TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa tahun terakhir, masalah
kehilangan pangan yang disebabkan oleh penurunan produk pasca panen menjadi
pusat perhatian banyak negara di dunia. Kehilangan pasca panen mencapai 10-30%
dari produksi total tanaman. Bahkan pada beberapa produk tanaman yang mudah rusak,
kehilangan pasca panen dapat lebih besar dari 50% terutama di negara
berkembang. Menurut perkiraan kasar, kehilangan pasca panen setiap tahunnya
kemungkinan mencapai setengah dari pasokan pangan dan serat dunia. Sementara
itu, populasi penduduk dunia terus bertambah. Hal ini membutuhkan 50% lebih
bahan pangan yang terutama dipasok oleh produk pasca panen.
Kehilangan produk pasca panen, baik
secara kualitatif maupun kuantitatif, terutama disebabkan oleh agensia hayati,
yaitu jamur dan bakteri patogen. Infeksi dari patogen pasca panen kemungkinan
besar dapat dimulai sejak produk masih berada di lahan sebelum dipanen atau
selama periode pasca panen. Bahkan dari persentase infeksi yang secara relatif
kecil dapat menyebabkan kehilangan produk yang besar, dan menyebabkan kerugian
besar. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan kehilangan pasca panen dan
dapat mengakibatkan kerugian yang besar. Penanganan pasca penen yang baik akan
dapat mengurangi kerugian tersebut. Selain itu, pengetahuan tentang sifat patogen
dan pengaruh kondisi lingkungan , terutama pada ruang penyimpanan, sangat
diperlukan untuk memnentukan tindakan pencegahan ataupun pengendalian yang
tepat.
BAB II
ISI
A.
Arti Penting Penyakit Pasca Panen
Produk pasca panen merupakan bagian tanaman
yang dipanen dengan berbagai tujuan, terutama untuk memberikan nilai tambah dan
keuntungan bagi produsen maupun petani. Sejak bagian tanaman tersebut dipanen,
berarti sejak itu pula bagian tanaman tersebut terputus hubungan fisiologi
dengan inangnya. Dengan demikian, bagian tanaman tersebut tidak lagi
mendapatkan pasokan hasil metabolisme dari tanaman, tetapi bagian tersebut
masih melakukan aktivitas fisiologinya. Konfisi seperti inilah yang
mengakibatkan mengapa bagian tanaman yang telah dipanen akan mudah rusak,
selain dapat juga disebabkan oleh faktor luar.
Produk pasca panen merupakan produk
yang mudah rusak (perishable product)
yang sering dihasilkan di daerah yang jauh dari pusat populasi. Produk pasca
panen dapat berupa buah, bunga, sayuran, biji-bijian, maupun umbi yang dipanen
setelah cukup umuratau tergantung pada permintaan pasar/konsumen. Produk pasca
panen sering masak atau dipanen pada saat daya beli konsumen rendah atau saat
produk tersebut melimpah di pasaran. Kondisi seperti ini membutuhkan waktu dari
hitungan minggu sampai bulan, khususnya untuk penyimpanan maupun pengangkutan
produk dari sentra produksi sampai ke konsumen. Kehilangan yang penting berupa
busuknya produk pasca panen yang terjadi selama periode waktu ini, yang akan berpengaruh
terhadap pendapatan petani atau produsen. Hal ini terjadi apabila produk
tersebut tidak diperlakukan dengan bahan penghambat pertumbuhan mikrobia atau
mendapatkan kondisi yang sesuai selama penyimpanan dan pengangkutan, bahkan
sampai ke pemasarannya.
Kehilangan pasca penen dapat
mempengaruhi kuantitas panen, yaitu mengurangi jumlah atau berat produk pasca
panen dan juga kualitas panen, yaitu menurunnya nilai nutrisi produk. Selain
itu, akibat yang ditimbulkan oleh patogen pasca panen sering menyebabkan hal
sebagai berikut:
1.
Kehilangan sebagian atau total dari paket konsumsi akibat dari satu atau
beberapa unit penyakit.
2.
Munculnya bau tidak sedap dari produk pasca panenyang busuk sebagai akibat
serangan patogen pasca panen.
3.
Berkurangnya ketertarikan konsumen akibatterjadinya perubahan warna atau bentuk
dari produk pasca panen sakit.
4.
Terjadinya kontaminasi bahan pangan oleh mikotoksin yang dihasilkan oleh
patogen tanaman.
5.
Berkurangnya masa simpan produk tanaman yang mudah rusak akibat dari
perpanjangan pemasakan dan penuaan yang dipacu oleh etilendari bagian buah yang
sakit dalam ruang simpan.
6.
Adanya metabolit toksik yang dihasilkan oleh jaringan tanaman sakit sebagai
tanggapan terhadap serangan jamur atau pendedahan ke etilen.
B.
Penyakit Pasca Panen dan Pengendalian Secara Umum
Komoditas
|
Nama Penyakit
|
Patogen
|
Apel, pir
|
a. Kapang Biru
b. Kapang Abu-abu
c. Busuk Hitam
d. Busuk Pahit
e. Busuk Putih
f. Busuk Mata Sapi
|
Penicillium
expansum
Botrytis
cinerea
Physaiospora
obtusa
Glomerella
cingulata
Botryosphaeria
ribis
Pezicula
malicorticis
|
Kentang
|
a. Hawar Akhir
b. Busuk Umbi Fusarium
c. Layu Fusarium
d. Tiris
e. Puru Akar
f. Busuk Lunak Bakteri
g. Busuk Lunak Berlendir
h. Busuk Mahkota
i. Busuk Cincin
j. Nekrosis Jaring
|
Phytophthora
infestans
Fusarium
spp.
Fusarium
spp.
Pythium
sp.
Meloidogyne
spp.
Erwinia
carotovora pv.carotovora dan pv. Atroseptica dan genus lain.
Clostridium
spp.
Ralstonia
solanacearum
Corynebacaterium
sepedonicum
Virus gulung daun kentang
|
Ubi Jalar
|
a. Busuk Hitam
b. Busuk Rhizopus
|
Endoconidiophora
fimbriata
Rhizopus
sp.
|
Tomat, cabai
|
a. Busuk Alternaria
b. Busuk Phytopthora
c. Kapang Abu-abu
d. Hawar Akhir
e. Busuk Rhizopus
f. Busuk Asam
|
Alternaria
alternata
Phytophthora
sp.
Botrytis
cinerea
Phytopthora
infestans
Rhizopus
stolonifer
Geotrichum
candidum
|
Jeruk
|
a. Busuk Alternaria
b. Kapang Biru
c. Kapang Hijau
d. Busuk Asam
e. Busuk Ujung Pangkal
f. Busuk Ujung Tangkai
|
Alternaria
citri
Penicullium
italicum
Penicullium
digitatum
Geotrichum
candidum
Phomposis
citri
Diplodia
natalensis
|
Anggur dan buah kecil
|
a. Kapang Biru
b. Kapang Abu-abu
c. Busuk Rhizopus
d. Busuk Cladosporium
|
Penicillium
sp.
Botrytis
cinerea Pers.: Fr.
Rhizopus
stolonifer Ehrc.: Fr.
Cladosporium
hebarum Lk.: Fr.
|
Buah Berbiji
|
a.Busuk mahkota
b. Busuk Rhizopus
c. Kapang abu-abu
d. Kapang Biru
e. Busuk asam
f. Busuk Altenaria
|
Monilinia
fructicola Wint.
Rhizopus
stolonifer Ehrc.: Fr.
Botrytis
cinerea Pers.: Fr.
Penicillium
sp.
Geotrichum
candidum Ferr.: Coferri
Altenaria
sp.
|
Sayur-sayuran daun, umbi, bawang,
melon, buncis
|
a. Kapang abu-abu
b. Busuk Rhizopus
c. Busuk lunak berair
d. Tiris berkapas
e. Busuk Wortel
f. Busuk Fusarium
|
Botrytis
cinerea Pers.:Fr.
Rhizopus
sp.
Sclerotinia
sclerotiorum Lib.: d. By
Phytium
butleri Subr.
Rhizoctonia
carotae Rader
Fusarium
sp.
|
Untuk mengendalikan penyakit
tanaman pasca panen, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pencegahan infeksi
Penyemprotan dengan senyawa
antimikrobia/fungisida selama pertumbuhan.
2.Pemberantasan / penyembuhan
infeksi
- Radiasi / penyinaran.
- Pencucian/perendaman dalam air panas
atau air yang mengandung antimikrobia.
3. Penghambatan meluasnya
penyakit
- Pendinginan dan penyimpanan dengan udara
terkendali.
C.
Beberapa Penyakit Penting Pasca Panen Komoditas Tomat
1.
Penyakit Busuk Alternaria
Gejalanya,
pada daun terdapat bercak-bercak kecil, bulat, dan bersudut, berwarna coklat
tua sampai hitam. Di sekitar bercak nekrotik terdapat halo sempit.Pada serangan
berat banyak terdapat bercak, daun akan layu dan gugur sebelum waktunya.Gejala
pada batang ditandai dengan bercak gelap yang mempunyai lingkaran-lingkaran
terpusat. Gejala pada buah umumnya melalui batang atau calyx, terjadi bercak
dengan lingkaran-lingkaran terpusat. Buah yang terinfeksi akan gugur sebelum
masak.
Daun
tomat yang terserang tampak bulat coklat atau bersudut, dengan diameter 2-4 mm,
dan berwarna coklat sampai hitam. Bercak itu menjadi jaringan nekrosis yang
mempunyai garis-garis lingkaran sepusat. Jaringan nekrosis ini dikelilingi
lingkaran yang berwarna kuning (sel klorosis). Bila serangan mengganas, bercak
akan membesar dan kemudian bersatu sehingga daun menjadi kuning, layu dan mati.
Bunga yang terinfeksi akan gugur. Buah muda atau masak yang terserang penyakit
ini menjadi busuk, berwarna hitam, dan cekung, serta meluas ke seluruh buah.
Penyakit ini biasanya dimulai dari pangkal buah (ujung tangkai) yang berwarna
coklat tua dan cekung, bergaris tengah 5-20 mm dan tertutup massa spora hitam
seperti beledu.
Pengendalian
yang dapat dilakukan adalah:
(1) menanam biji yang bebas
penyakit atau biji terdesinfeksi;
(2) tanaman yang sakit segera
dicabut dan dibakar;
(3) bekas tanaman tomat, terung,
kentang, dan tanaman yang termasuk Solanase tidak boleh dipendam di areal
pertanaman tomat, tapi harus dikumpulkan di tempat lain dan dibakar;
(4) melakukan rotasi tanaman;
(5) penyiraman harus menggunakan
air bersih yang tidak tercemar penyakit;
(6) drainase harus diatur dengan
baik agar tanaman tidak tergenang air;
(7) gulma di areal pertanaman harus
selalu dibersihkan;
(8) pembibitan dan penanaman jangan
terlalu rapat;
(9) disemprot dengan carbamat,
zineb atau maneb.
Tindakan
pengendalian lain yang dapat dilakukan adalah dengan treatment pemanasan buah
pada suhu 55 C selama 7 menit. Hal ini menyebabkan spora Alternaria alternata tersebut gagal tumbuh (Tohamy et al., 2004).
2.
Penyakit Busuk Phytophthora
Gejalanya, pada buah
cabai mula-mula becak kecil kebasah-basahan, berwarna hijau suram, yang meluas
dengan cepat sehingga meliputi seluruh buah.
Buah
mengering dengan cepat dan menjadi mummi. Biji
terserang menjadi coklat dan keriput.
Penyebab penyakit ini adalah patogen Phytophthora capsici
Leonian. Sporangiofor bialin, bercabang tidak menentu,
bentuknya mirip dengan hifa biasa. Bentuk dan
ukuran sporangium sangat bervariasi, bulat sampai jorong memanjang, hialin,
dengan 1-3 buah papil yang menonjol, 35-105 x 21-56 µm. Biasanya berkecambah
membentuk zoospora, atau dalam keadaan yang kurang menguntungkan membentuk
pembuluh kecambah. Di dalam
biakan murni, jamur membentuk oogonium, dengan Ø 25-35 µm (Rumahlewang, 2008).
Pengendaliannya adalah dengan menanam tomat
yang dengan jarak tanam yang cukup, membersihkan gulma dan memelihara drainase,
buah-buah yang sakit dipetik dan dipendam. Jika perlu, tanaman disemprot dengan
fungisida, misalnya Dithane M-45.
3.
Penyakit Hawar Akhir
Becak yang berwarna hijau kelabu
kebasah-basahan meluas menjadi becak yang bentuk dan besarnya tidak tertentu.
Pada buah tomat hijau, bercak berwarna tua, agak keras, dan berkerut. Becak
mempunyai batas yang cukup tegas dan batas ini tetap berwarna hijau pada waktu
bagian buah yang tidak sakit matang ke warna yang biasa. Kadang-kadang becak
mempunyai cincin-cincin. Dalam proses pengangkutan pasca-panen, penyakit dapat
menyebabkan busuk lunak dan berair, yang mungkin disebabkan oleh jasad sekunder
(Anonim, 2009).
4.
Penyakit Busuk Rhizopus
Gejala khas
berupa bercak kebasahan yang meluas sedikit demi sedikit dan diselimuti oleh
miselium dan sporanggiofor cendawan berwarna putih dan cokelat kehitaman.
Infeksi berat menyebabkan buah hancur, berair, dan berbau busuk (Soesanto,
2006).
Nama patogennya Rhizopus
stolonifer (Ehrenb.:Fr.) Vuill. Rhizopus stolonifer merupakan salah
satu dari jenis jamur Zygomycotina. Jenis jamur ini memiliki hifa pendek
bercabang-cabang dan berfungsi sebagai akar (rizoid) untuk melekatkan diri
serta menyerap zat-zat yang diperlukan dari substrat. Cendawan
ini mempunyai geragih dan rhizoid. Selain itu, terdapat pula
sporangiofor (hifa yang mencuat ke udara dan mengandung banyak inti sel, di
bagian ujungnya terbentuk sporangium (sebagai penghasil spora), serta terdapat
stolon (hifa yang berdiameter lebih besar daripada rizoid dan sporangiofor). Sporangiofor
berdiameter hingga mencapai 34 µm dengan panjang 1-3,5 µm, berdinding halus,
tidak bersekat, berwarna cokelat muda, dan tidak bercabang. Sporangium
berdiameter 100-350 µm, berbentuk bulat atau oval, berwarna putih hingga
kehitaman, dan mengandung banyak sporangiospora. Sporangiospora berbentuk bulat
atau oval, berukuran 8-20 µm, tidak teratur, bersel 1, dan berwarna hitam
kecokelatan. Cendawan ini hidup sebagai saprofit atau patogen luka. Invasi
terjadi melalui luka-luka. Pemencaran cendawan ini diuga melalui bantuan lalat
buah Dorsophila.
Rhizopus stolonifer dapat hidup / tumbuh pada roti atau
buah-buahan lunak. Dalam hal ini Rhizopus
stolonifer terutama banyak dijumpai pada roti dan menyebabkan kerusakan
pada roti tersebut. Hal tersebut dikarenakan spora tersebut berada pada udara,
tanah ataupun diri kita, yang kemudian apabila jatuh pada roti maka spora
tersebut akan tumbuh dengan sangat cepat. Pengendalian
dapat dilakukan dengan penyimpanan buah pada suhu 10 C atau kurang.
BAB III
PENUTUP
Kehilangan produk pasca
panen dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik fisik, kimia, hayati, maupun
faktor lainnya yang dapat dikelompokkan menjadi faktor luar dan dalam.
Kehilangan produk pasca panen dapat menjadi lebih besar karena pengaruh
gabungan faktor penyebabnya. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa produk pasca
panen sangat rentan terhadap kerusakan apapun selama pasca panen.
Penyakit pasca panen
merupakan momok bagi para pengusaha komoditas pertanian. Penyakit pasca panen
ini dapat menyebabkan kehilangan sebesar 10-30% dari produksi total tanaman.
Bahkan, pada beberapa produk tanaman yang mudah rusak, kehilangan hasil dapat
mencapai 50%. Penyakit pasca panen yang menyebabkan kehilangan hasil panen,
baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif, disebabkan oleh agensia
hayati, yaitu patogen jamur, bakteri, atau virus. Secara khusus, kehilangan
produk pasca panen yang disebabkan oleh penyebab hayati, yaitu mikroba patogen,
akan sangat besar pengaruhnya bagi petani.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009.
Phythophthora infestans. <http://pinkterritory.blogspot.com/2009/03/phytophthorainfestan.html>
Diakses pada tanggal 16 Juni 2012.
Bautista, Ofelia
K., et al., 1983. Introduction
to Tropical Horticulture. Departement of Horticulture
College of Agriculture University of The Philippines, Filipina.
Kader, Adel A. 1985. Postharvest Technology of
Horticultural Crops. Cooperative Extension
Univ. Of California, California.
Martoredjo, Toekidjo, 1983. Ilmu Penyakit Lepas Panen.
Ghalia Indonesia, Bogor.
Rumahlewang, W. 2008. Penyakit Penting Tanaman Sayuran. <http://kliniktanaman.blogspot.com/2008/04/penyakit-pentingtanamansayuran.html>. Diakses
pada tanggal 16 Juni 2012.
Soesanto, L. 2006. Penyakit Pascapanen: Sebuah Pengantar.
Kanisius, Yogyakarta.
Tohamy, M.R.A., G.A. Helal, K.I. Ibrahim, dan Shadia A.
Abd-El-Aziz. 2004. Control of postharvest
tomato fruit rots: II. Using heat treatments. Egypt Journal of Phytopathology 32 : 129 – 138.
Wills, R.B.H. 1989.
Postharvest – An Introduction to The Physiology and Handling of Fruit and Vegetables. An AVI Book, London.