Sabtu, 01 Juni 2013

Manajemen Rumput Lapangan Sepak Bola


TUGAS MANAJEMEN TANAMAN
MANAJEMEN RUMPUT LAPANGAN BOLA
Zoysia matrella (L.) Merr



Disusun oleh:
       1.      Amal Wira Nurhanafi              (12164/ PN)
2.      Zulham Aaron Mochamad       (12172/ PN)
3.      Rivandi Pranandita Putra          (!2175/ PN) 
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Ir. Tohari, M.Sc.



PROGRAM STUDI AGRONOMI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013



BAB I.
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Rumput dapat digunakan sebagai karpet alami pada lapangan bola, golf, taman, wilayah terbuka pada perkotaan, dan sebagainya. Perawatan dan manajemen rumput lapangan mungkin masih dianggap relatif mudah untuk sebagian orang karena tidak melibatkan crane, atau jenis operasi skala besar dari seluruh pembangunan stadion baru. Namun pada kenyataannya, hal tersebut tidak benar. Detail dan perencanaan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan sepak bola profesional menuntut budidaya dan perawatan khusus rumput menjadi perhatian serius. Pertama, adalah penting untuk memperoleh pemahaman tentang bagaimana sering lapangan diperlukan. Sebuah lapangan yang digunakan untuk pertandingan selama sepuluh jam seminggu membutuhkan pendekatan yang berbeda untuk lapangan yang digunakan untuk pertandingan setiap lima belas hari. Rumput lapangan adalah salah satu elemen inti dari proyek stadion baru, membutuhkan perawatan dan perhatian agar dalam kondisi pertandingan yang sempurna.
Kesehatan dan keindahan suatu padang rumput sangat tergantung pada bagaiman teknik budidaya yang dilakukannya. Di luar negeri, jasa agronom sangat dibutuhkan dalam perhatian khusus terkait seni/arsitektur dan agronomi. Setiap masalah yang terkait dengan desain, dari irigasi gerakan tanah dan pemeliharaan, telah ditangani oleh teknisi ahli menggunakan bahan-bahan khusus, seni penanaman, dan teknologi (Anonim, 2011).
B.     Tujuan
Mengetahui teknik pembudidayaan dan perawatan rumput lapangan bola secara umum.


BAB II.
PELAKSANAAN SURVEI LAPANGAN

Survei lapangan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 25 Mei 2013 di Stadion Maguwoharjo, Depok, Yogyakarta. Survei dilakukan dalam bentuk wawancara dan pengamatan rumput lapangan. Wawancara dilakukan dengan Bapak Riyanto, pengelola rumput stadion tersebut. Alat yang diperlukan adalah alat tulis, sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah daftar pertanyaan sebagai berikut:
1.      Jenis rumput apa yang dibudidayakan di stadion ini?
2.      Bagaimana sejarah penanaman rumput di stadion ini?
3.      Bagaimana proses penanamannya?
4.      Bagaimana proses pembuatan lapangan, dimulai dari pemasangan pipa dan pembuatan saluran drainase untuk keperluan irigasi?
5.      Darimana sumber air untuk irigasi diperoleh?
6.      Bagaimana pemeliharaan dilakukan (pengairan, pemangkasan, pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama, dll) ?
7.      Berapa banyak biaya yang dibutuhkan untuk perawatan?


BAB III.
BUDIDAYA RUMPUT LAPANGAN BOLA
A.    Jenis Rumput Budidaya
Rumput yang ditanam untuk menutup permukaan lapangan sepak bola tidak bisa sembarangan. Rumput itu harus memenuhi kriteria mampu merambat, rapat menutup tanah, berusia tahunan, tahan injakan, serta membentuk jaringan di bawah daun dan di atas akar. Dari lebih kurang 10.000 spesies rumput di dunia, yang dimanfaatkan untuk lapangan sepak bola tidak lebih dari 15 jenis. Rumput- rumput penutup lapangan sepak bola ada yang berasal dari daerah tropis dan subtropis. Beberapa jenis rumput tropis bisa ditemui di Indonesia, seperti rumput bermuda atau grinting (Cynodon dactilon), rumput karpet (Axonopus compresus), serta rumput Zoysia matrella dan Zoysia japonica yang mirip rumput jepang, tetapi berdaun lebih lebar (Rejeki, 2012).
B.     Pengenalan Rumput Zoysia matrella (L.) Merr
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di Stadion Maguwoharjo, rumput yang dibudidayakan adalah rumput Zoysia matrella (L.) Merr, dengan taksonomi sebagai berikut:
Kingdom: Plantae
    Divisi: Spermatophyta
        Sub-Divisi : Angiosperms
            Kelas: Monokotil
                Sub-Kelas: Commelinids
                    Ordo: Poales
                        Famili: Poaceae
                            Subfamili: Chloridoideae
                                 Genus: Zoysia
                                     Species: Zoysia matrella (L.) Merr.
Rumput tersebut adalah salah satu rumput yang hidup di daerah tropis dan telah mendapat pengakuan nasional maupun internasional untuk di pakai di lapangan sepak bola.
Hal ini disebabkan karena rumput tersebut mempunyai karakteristik yang dibutuhkan untuk suatu lapangan sepak bola yang bertaraf internasional  yaitu  berdaun halus  ( lebar daun sekitar 1.5 - 2.5 mm)  tumbuh tegak  sehingga memberi kesan padat, tebal  dan tidak licin. Selain rumput tersebut, biasanya juga digunakan rumput Rumput Paitan (Axonopus compressus [Swartz] Beauv.). Rumput jenis ini disebut juga rumput Manila. Jenis rumput ini biasanya menutupi tanah di bawah perkebunan kelapa di tanah pantai pasir. Pembiakan secara alami dilakukan menggunakan biji. Merupakan pengikat pasir yang baik dan ditanam untuk rumput halaman rumah. Rumput ini akan semakin banyak memamerkan kehijauannya ketika tanah yang ditempatinya adalah tanah berlempung dan keras. Bila rumput ini berada di tanah berpasir, rumput ini akan cenderung melanjutkan pengembaraan bawah tanahnya dengan membentuk rimpang di bawah tanah sepanjang mungkin. Ketika waktu tiba, ketika tanpa sengaja ujung rimpang mendekati permukaan tanah dan merasakan sinar matahari, rumput ini akan muncul dan membentuk daun-daun hijaunya Pertumbuhan rumput manila ini tergolong sangat lambat. Dalam pemeliharaannya, rumput manila tergolong rumput yang mudah dipelihara, karena cukup terkena sinar matahari dan sebenaranya tidak perlu pemangkasan secara berkala. Rumput ini banyak digunakan di lapangan sepakbola di Eropa, termasuk lapangan Arsenal. Di Indonesia, sudah ada beberapa stadion yang menggunakan rumput manila ini. Selain itu, Zoysia matrella juga dimanfaatkan untuk pakan ternak pada tanah-tanah berpasir di wilayah pantai dimana rerumputan lain tidak dapat beradaptasi dengan kondisi lahan pantai  (Steven, 2012).
Zoysia matrella (L.) Merr, merupakan salah satu jenis rumput hias yang banyak sekali dipakai terutama dalam pertamanan dan untuk berbagai bangunan lainnya. Rumput ini berkesan dan berpenampilan lembut, tumbuh dengan rata, padat, dan kuat sehingga diklarifikasikan sebagai jenis rumput yang berkualitas tinggi. Kelebihan lain yang dimiliki jenis rumput ini adalah mempunyai kecepatan tumbuh yang lambat, tidak adanya cacat yang cukup signifikan akibat serangan hama dan penyakit tanaman serta pengganggu lainnya, toleran terhadap kekeringan, serta suhu dan kadar garam yang relatif tinggi. Salah satu sifat utama dari rumput ini adalah rendahnya kecepatan pertumbuhannya, sehingga tidak memerlukan kecepatan waktu perawatan yang diperlukan, dengan demikian perlu dilakukan teknik budidaya tertentu yang bisa memacu pertumbuhannya secara baik dan berkualitas, seperti memberikan pupuk dan sejenisnya sehingga waktu dan laju pertumbuhan dapat relatif dipercepat tetapi tetap akan mempertahankan kualitas estetik atau penampilan visualnya. Memiliki sifat yang tidak berpengaruh pada jarak tanam akan tetapi mempunyai peubah pada keseragaman pertumbuhan. Semakin besar ukuran lempeng maka waktu penutupan semakin cepat dan keseragaman pertumbuhannya semakin baik. Secara statistik, ukuran lempeng sangat berpengaruh terhadap persentase penutupan tanah, kecepatan penutupan tanah, kualitas penampilan dan keseragaman tumbuh. Dengan demikian,  kombinasi perlakuan yang memperlihatkan hasil terbaik pada jenis rumput Zoysia matrella adalah bahwa jarak tanam hanya akan  berpengaruh pada keseragaman pertumbuhannya saja tidak memberikan pengaruh pada peubah lainnya (kualitas warna daun dan penampilan) (Perdana, 2012).
C.     Perbanyakan (Reproduksi) Rumput Zoysia matrella (L.) Merr
Rumput umumnya membiak dengan dua cara yaitu generative (biji) dan vegetatif. Generatif (Biji) Perbanyakan tanaman melalui biji, akan menghasilkan individu baru yang bergantung pada sifat kedua induknya. Perkembangbiakan dengan cara ini kadang-kadang menghasilkan anak yang tidak menyerupai induknya. Untuk penanaman rumput yang berasal dari biji maka terlebih dahulu harus disemai pada petak semaian atau bak kecambah. Ukuran petak semaian beraneka ragam bergantung dari berapa luasan yang akan ditanami dan jenis rumputnya. Ada baiknya meletakkan tanah top soil dan bahan organik dengan ketebalan 2 inchi, bahan organik ini akan membantu pertumbuhan dan meningkatkan porositas tanah sehingga memudahkan pindah tanam. Tanaman rumput baru dapat dipindah tanam, setelah berumur lebih kurang 2 (dua) bulan.
Perkembangbiakan secara vegetatif dapat dilakukan melalui bahagian-bahagian tertentu rumput tersebut. Biasanya stolon atau rhizome. Cara ini biasa dilakukan untuk rumput-rumput hybrid yang biasanya menghasilkan bunga dan tidak dapat menghasilkan biji (steril atau mandul). Cara ini akan menghasilkan tumbuhan anak yang mempunyai sifat sama dengan induknya. Stolon ialah sejenis akar yang menjalar di atas permukaan tanah, sedangkan rhizom ialah akar yang menjalar di bawah permukaan tanah. Tiap jenis rumput akan mempunyai sifat “stoloniferous” atau “rhizomatous” yang akan menunjukkan bagaimana ia paling mudah dibiakkan.Pucuk daun atau akar akan keluar dari buku Jika stolon atau rhizom yang mempunyai buku ini jatuh pada habitat yang sesuai, maka akan tumbuh akar untuk memulai kehidupan sebagai suatu tumbuhan yang baru. Penanaman juga dapat dilakukan dengan cara memisahkan anakan.
D.    Budidaya Rumput Zoysia matrella (L.) Merr
Secara umum, budidaya rumput lapangan bola di Stadion Maguwoharjo meliputi:
A. Penanaman
B. Pemeliharaan
Ø  Pemupukan
Ø  Pengairan
Ø  Pemangkasan
Ø  Pengendalian Gulma
Ø  Pengendalian Hama
C.     Penyulaman

Selain faktor-faktor tersebut, dalam mendesain lapangan bola hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Iklim daerah : bila iklim tropis seperti di Indonesia paling cocok emang rumput alami dikarenakan sinar matahari yang lumayan terik dan panas hampir sepanjang tahun menjaga kesuburan dan regenerasi rumput di sebuah stadion. Mengapa tidak rumput sintetis ? rumput sintetis sangat tidak cocok dengan hawa panas karena bisa mencapai suhu 69 derajat celcius sedangkan rumput alami yang memang sangat membutuhkan cahaya dapat mencapai suhu puncak 32 derajat celcius.
2. Media Tanam : Dalam mendesain lapangan bola hal yang sangat vital bukan hanya rumput itu sendiri tapi sistem penanamannya dan media tanam , hal ini disebabkan media tanam berfungsi sekaligus untuk drainase sebuah lapangan bola. Di Stadion Gedebage menggunakan pasir dengan kandungan clay sedikit sehingga mengalirkan air dan menyerap air lebih baik sehingga diharapkan bila hujan tidak sempat menggenang dan langsung dialirkan ke drainase bawah lapangan.
3. Drainase : Di lapangan bola faktor ini merupakan faktor yang paling vital bagaimana membuat drainase untuk rumput bekerja dengan baik membutuhkan desain yang matang selain pemilihan material yang tepat.

A.     Penanaman
Semua rumput di stadion Maguwoharjo ditanam pada tahun 2005. Penanaman dilakukan sepenuhnya pada ukuran lapangan 10 m x 68 m. Syarat syarat standar lapangan sepak bola sebenarnya  banyak sekali, tetapi syarat utama lapangan sepak bola dapat digunakan adalah kerataannya, kerataan berkaitan dengan bola yang menggelinding dengan baik. Cara penanamannya adalah disemai kecil-kecil dari bibit impor yang didatangkan secara khusus dari Italia. Media tanamnya adalah pasir pantai.Sebelum penanaman, pasit tersebut diberikan pupuk dasar yaitu urea dan pupuk kandang. Penenaman dilakukan dengan jarak tanam sekitar 2 cm x 3 cm antar rumput. Adapun rumput ini membutuhkan waktu 6 bulan sejak awal penanaman hingga siap digunakan untuk permainan sepakbola.
Penanaman menggunakan sistem pola tertentu. Untuk merapikan sisi dasar rumput yang sebelumnya sudah berlumpur dan keras, pengelola mengeruk lapangan sedalam 20 cm sesuai pola yang direncanakan. Untuk menjaga drainase tetap bekerja maksimal, bagian lapangan yang sudah keruk dimasukan pasir. Setelah dilakukan pemadatan, rumput sudah bisa diletakan di atasnya.
Urutan kegiatan penanaman rumput di stadion pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Tahap Penggalian parit sebagai tempat Pipa HDPE sebagai saluran bawah tanah
Setelah menyerap lewat pasir (media tanam), maka air akan dialirkan ke Pipa HDPE (pipa Horizontal Drain) setelah itu dialirkan ke drainase utama stadion. Pipa HDPE disini merupakan pipa perforated dan berlobang / berpori sehingga air lebih mudah terserap dan dialirkan.Sedangkan untuk geotextile digunakan sebagai pemisah antara tanah asli dengan media drainase dan tumbuh sehingga tidak bercamput saat hujan.
2. Pemasangan Geotextile non woven di parit untuk pemisah dengan lapisan tanah asli setelah itu dipasang Pipa HDPE dan ditutup dengan split butiran kasar sebagai penyaluran air ke pipa . Untuk lapisan terakhir digunakan geotextile non woven lagi sebagai pemisah dengan pasir sebagai media tanam dan drainase. 
3. Tahap pembentukan elevasi kemiringan sebagai run off air sehingga air dapat dialirkan masuk ke parit dan dialirkan oleh Pipa HDPE. untuk kemiringan menggunakan alat baby roller sehingga lebih mudah.
4. Tahap Pengurugan pasir pilihan sebagai media tanam.

5. Setelah tahap pengurugan media tanam maka dibuat tahap pembentukan lahan sehingga didapatkan kemiringan yang sesuai dengan rencana antara 0,2% - 0,5 % sehingga diharapkan didapatkan pengaliran air permukaan. 

6. Tahap ke 6 adalah penanaman stolon (batangan ) rumput dengan jarak yang telah ditentukan sehingga diharapkan tumbuh sempurna dan mendapatkan supply air dan cahaya yang cukup perstolon.


B.      Pemupukan
Di Stadion Maguwoharjo Yogyakarta, pemupukan dilakukan dengan pupuk kimiawi, yaitu urea, NPK, dan ZA dengan perbandingan 2 : 1: 1. Dalam sekali pemupukan menghabiskan sekitar 60 kuintal pupuk urea, NPK, dan ZA. Kegiatan pemupukan dilakukan secara rutin setiap 2 minggu sekali, setiap selesai pemangkasan. Aplikasi pupuk dilakukan dengan secara langsung dengan cara ditabur di atas permukaan rumput.  Setelah pemupukan dilakukan, maka sesegera mungkin harus dilakukan pengairan/ irigasi supaya pupuknya dapat segera larut.
C.      Pengairan/ Irigasi
Jumlah total distribusi musiman curah hujan tidak selalu cukup untuk menjaga kualitas hijau.  Bila terdapat kekurangan air untuk menjaga kerapatan dan warna rumput yang diinginkan, maka diperlukan usaha irigasi atau penyiraman.  Air ini sangat penting karena air merupakan bagian terbesar (80-85%) dari total berat tanaman rumput.  Dengan adanya irigasi ini maka iklim mikro didaerah berumput yang disiram akan berubah.  Tanah dan udara disekitar tempat yang disiram menjadi lebih dingin.  Kelembaban relative lingkungan atmosferiknya juga menjadi lebih tinggi.
          Irigasi merupakan salah satu aspek budidaya rumput yang sangat penting namun sulit.  Kegiatan irigasi adalah hal vital dalam pembangunan lapangan sepak bola, dapat dibuat secara manual dan otomatis. Diperlukan pemasangan instalasi air yang materialnya adalah paralon air khusus untuk menyalurkan air bertekanan. Sumber air yang volumenya tinggi harus diperhitungkan dengan cermat  Pompa air khusus yang sesuai spesifikasi tekanannya dengan keperluan air untuk penyiraman lapangan sepak bola. Valve, springkle, nozle adalah peralatan yang diperukan untuk penyiraman agar rumput yang sudah terpasang di lapangan bola dapat tersirami dengan cepat merata.
Sekali irigasi dilakukan pada musim kemarau, maka hal ini harus dilakukan selama musim itu.  Irigasi sporadik tidaklah efektif dan bahkan dapat merugikan rumput dalam hal penurunan cadangan karbohidrat, ketegaran, dan ketahanan terhadap kekeringan.  Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan program irigasi antara lain :
(a)  frekuensi irigasi
(b) jumlah air yang diberikan,
(c)  sumber air
(d)  kualitas air
(e)  cara irigasi.
Untuk antisipasi penggunaan lapangan yang padat, missal menjelang turnamen atau hari Minggu, irigasi harus dijadwalkan supaya kelembaban tanah tidak terlalu tinggi.  Dengan kelembaban tanah yang cukup rendah sebelum puncak pemakaian lapangan, maka masalah pemadatan tanah dapat dikurangi. Jumlah air yang diaplikasikan tergantung pada (a) jumlah air dalam tanah, (b) sifat-sifat retensi air tanah, dan (c) kecepatan perkolasi dan infiltrasi tanah.  Jumlah air irigasi yang diaplikasikan berhubungan dengan ukuran dan lamanya aplikasi.  Irigasi dilakukan sampai membasahi sebagian besar daerah perakaran, normalnya sampai kedalaman sekitar 20 cm.
Irigasi yang cukup dalam akan merangsang perakaran yang dalam dan menghasilkan hamparan rumput yang berkualitas tinggi dan tegar.  Namun jumlah irigasi yang berlebihan akan menurunkan kandungan oksigen dalam tanah, menghambat perakaran, meningkatkan perkembangan penyakit, meningkatkan kecenderungan pemadatan, dan merupakan pemborosan karena air akan hilang melalui aliran permukaan dan mungkin membawa nutrisi keluar.  Irigasi yang terlalu sering dapat menurunkan ketegaran dan kualitas rumput sebagaimana irigasi yang kurang sering.  Penurunan kualitas ini ditunjukkan oleh adanya pengurangan pertumbuhan tajuk dan akar.  Kemudian rumput menjadi lebih hijau pucat dan kurang tahan terhadap stres lingkungan. Frekuensi irigasi yang berlebihan sulit didefinisikan karena variasi yang besar dalam tanah dan tingkat pemakaian air.  Irigasi tiga kali seminggu mungkin terlalu sering pada tanah lempung liat didaerah yang dingin dan lembab, sementara frekuensi irigasi ini tidak cukup pada tanah berpasir didaerah panas yang kering.  Pada tanah –tanah yang bertekstur kasar dimana daya retensi air rendah diperlukan irigasi dengan frekuensi lebih banyak, namun total air yang diaplikasikan per irigasi lebih sedikit. Irigasi yang berlebihan ini harus dihindarkan, terutama pada tanah yang drainase internalnya buruk atau tidak cukup.
Tanah-tanah sangat beragam dalam kecepatan infiltrasinya, tergantung pada tekstur, struktur, tingkat kepadatan, kemiringan tanah.  Tanah yang padat, bertekstur halus dan strukturnya yang jelek biasanya mempunyai kecepatan infiltrasi yangsangat rendah, berkisar dari 0.1 sampai 0.3 cm perjam.  Bahkan ada yang sangat lambat sehingga sulit untuk membasahi daerah perakaran dengan satu kali irigasi.  Tanah yang demikian memerlukan irigasi ringan yang lebih sering. Dalam penyiraman atau irigasi ini dikenal adanya istilah syiringing, yaitu penyiraman dengan jumlah air yang sedikit dengan tujuan untuk, (a) mencegah layu (b) mengurangi penguapan, (c) mendinginkan permukaan rumput, atau (d) menghilangkan embun ataupun air eksudasi.  Syringing ini hanya dilakukan bila diperlukan saja, jadi bukan merupakan praktek yang rutin
Sumber air yang berkualitas baik dengan jumlah air yang cukup dan independen sangatlah penting bagi lapangan bola yang harus disiram secara teratur.  Jumlah air yang tersedia harus cukup sehingga tidak membatasi penyampaian air oleh system irigasi, dan sistem irigasi dapat dioperasikan pada kapasitas penuh sesuai dengan disain awalnya.  Sumber air harus terletak dekat dengan pusat eilayah yang akan diairi.
 Tiga sumber air irigasi lapangan bola yang umum adalah
(a)  air tanah yang diperoleh dengan sumur-sumur dangkal maupun dalam,
(b) danau, reservoir atau kolam,
(c)  sungai
Di masa yang akan datang mungkin akan digunakan air selokan  atau air industri yang diolah.  Air dari berbagai sumber ini harus bersih dari ganggang, gulma, Lumpur dan kotoran lainnya.  Suatu filter mungkin perlu dipasang untuk mencegah bahan-bahan yang tidak diinginkan masuk kedalam sistem irigasi.
Air irigasi biasanya mengandung bahan-bahan yang terlarut, kadang-kadang dalam jumlah yang dukup banyak.  Penentuan kualitas air biasanya meliputi analisis (a) total konsentrasi bahan-bahan terlarut, (b) proporsi relatif sodium terhadap kation yang lain, (c) konsentrasi boron dan unsure-unsur beracun lainnya, dan (d) konsentrasi bikarbonat.  Total konsentrasi garam-garam terlarut dalam air irigasi biasanya dinyatakan dengan electrical conductivity (EC).  Nilai EC 1000mmhos per cm setara dengan 650 ppm garam terlarut.  Air yang mengandung kurang dari 650 ppm garam terlarut cukup baik untuk berbagai kondisi rumput.  Sedangkan tingkat diatas 2000 ppm tidaklah diinginkan dan dapat merusak.
Beberapa bahan terlarut seperti nitrat, potassium, calcium dan magnesium adalah bahan yang dapat digunakan untuk pertumbauhan rumput.  Namun, chloride, sodium dan sulfat dapat merugikan.  Irigasi yang terus berlanjut dengan menggunakan air yang mengandung berbagai garam mungkin mengakibatkan akumulasi sampai tingkat yang beracun, bila drainase tanahnya buruk atau tidak cukup air diaplikasikan untuk mencuci garam-garam kebawah keluar dari daerah perakaran. Kualitas air untuk system irigasi harus juga meliputi bahan-bahan yang tersuspensi.  Dalam air irigasi sebaiknya bebas dari pasir, Lumpur, ganggang dan partikel asing lainnya yang dapat merusak, khususnya terhadap system yang otomatis.
Terdapat tiga cara irigasi yang utama untuk rumput, yaitu (a) irigasi diatas permukaan (overhead), (b) irigasi permukaan, dan (c) irigasi dibawah permukaan (subirrigation).  Cara yang pertama digunaan dengan sprinkler merupakan cara yang paling umum digunakan di lapangan bola. Pada irigasi dengan sprinkler, air yang diaplikasikan dalam bentuk penyemprotan menyerupai curah hujan alami.  Air disalurkan melalui pipa-pipa dengan tekanan tinggi (diatas 60 psi) atau rendah (15-30 psi). Keuntungan irigasi sprinkler antara lain (a) dapat digunakan pada areal yang tidak rata, hasil cukup merata dan kurang menimbulkan erosi. (b) dapat digunakan pada tanah yang banyak mengandung pasir tanpa banyak kehilangan air akibat perkolasi yang dalam; (c) jumlah air yang diberikan mudah diatur dan dirasionalisasikan pemakaiannya. (d) dapat diotomatisasi.  Kerugian yang  utama adalah biaya yang tinggi pada awal pemasangannya. Aspek-aspek dalam irigasi ini khususnya irigasi sprinkler, cukup luas dan memerlukan pendalaman khusus bagi orang-orang yang terlibat langsung dalam masalah ini.  Misalnya saja mengenai tipe kepala sprinkler, jarak dan pola pemasangannya, lebih tepat dibahas oleh ahlinya dalam forum yang lebih teknis dan spesifik. 
Sistem drainase untuk lapangan olah raga bertujuan untuk mengeringkan lapangan olah raga agar tidak terjadi genangan air apabila terjadi hujan. Genangan akan mengganggu dan membahayakan pemakai lapangan. Drainase berguna sebagai pengaturan peresapan air dengan tujuan agar lapangan sebagai sarana olah raga sepak bola tetap berfungsi. Volume penyerapan air dengan baik dan cepat adalah kunci agar lapangan tidak becek saat digunakan untuk bermain. Drainase perlu mempertimbangkan media agar dapat tetap berfungsi dengan baik supaya tanaman rumput bisa tumbuh dengan baik. Konstruksi sistem drainase diusahakan agar dapat mengeringkan dengan cepat, tetapi tidak mengganggu pertumbuhan rumput. Daerah yang akan ditangani cukup luas dan tidak memungkinkan untuk dibuat suatu lubang pemasukan (inlet). Limpasan permukaan sekecil mungkin, erosi tidak dibolehkan. Infiltrasi diharapkan terjadi sebesar mungkin. Piping dicegah dengan jalan memberi filter pada sambungan-sambungan pipa. Pembebanan air dari luar dihilangkan dengan membuat saluran di sekeliling lapangan.
D.     Pemangkasan
Dalam rangka pemeliharaan tanaman, diperlukan teknis pemangkasan khusus dan dilakukan dengan peralatan khusus, dan juga oleh tenaga yang khusus juga. Tindakan pemangkasan rumput dilakukan rutin setiap 2 minggu sekali. Namun, pemangkasan tidak dilakukan jika ada pertandingan/ event. Rumput dikatakan tinggi apabila tingginya mencapai 2-3 cm (Standar PSSI). Pemangkasan dilakukan menggunakan alat potong, yaitu jenis dorong (di Maguwo ada 3 unit) dan jenis mobil (di Maguwo ada 1 unit).
E.      Pengendalian Gulma
Gulma yang paling sering muncul dan mengganggu pertumbuhan rumput lapangan bola adalah gulma jenis tekian. Di lapangan sendiri, pengendalian dilakukan secara mekanis. Pengendalian ini rutin dilakukan oleh pekerja. Sementara itu, untuk gulma yang tumbuh di wilayah gravel (tepi), pengendaliannya dilakukan secara kimiawi menggunakan Roundup.
F.       Pengendalian Hama
Di stadion Maguwoharjo, ada dua hama utama yang sering mengganggu pertumbuhan rumput, yaitu belalang dan semut. Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan menggunakan furadan dan gramax.  Penyemprotan dilakukan sejarang mungkin dengan melihat situasi, kadang 1 bulan sekali.
G.     Penyulaman
Penyulaman sering dilakukan pada gap/ lubang di wilayah dekat gawang. Gap atau lubang ini disebabkan karena rumput di dekat gawang seringkali terinjak-injak oleh keeper atau penjaga gawang dalam permainan sepakbola. Penyulaman dilakukan dengan mengukur luasan gap, lalu ditambal (di transplanting) dengan rumput baru. Rumput baru diambil dari ujung-ujung lapangan.
 
BAB IV.
KEBUTUHAN BIAYA
¨  Total biaya pembelian rumput, penanaman, pembangunan saluran drainase, serta bangunan pengolahan air sebesar 3 M pada awal pembangunan.
¨  Rumput Zoysia matrella (Linn) Merr yang diimpor dari Italia dengan harga Rp 100.000 per meter persegi.
¨  Biaya saat ini termasuk biaya pengairan, listrik, dan herbisida untuk OPT, pupuk, dan tenaga kerja.

BAB V.
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Rerumputan mempunyai struktur tersendiri yang memungkinkan untuk bersaing di alam bebas dengan tumbuhan lain dan menang. Rumput banyak digunakan sebagai penutup tanah pada lapangan bola, golf, tempat tinggal, super mall dan sebagainya. Lapangan rumput merupakan bagaian yang amat penting dari suatu lanskap untuk mendukung keindahannya. Beberapa jenis rumput tropis bisa ditemui di Indonesia, seperti rumput bermuda atau grinting (Cynodon dactilon), rumput karpet (Axonopus compresus), serta rumput Zoysia matrella dan Zoysia japonica yang mirip rumput jepang, tetapi berdaun lebih lebar.
Rumput Zoysia matrella yang merupakan rumput kelas 1 standar FIFA dinilai lebih mendukung permainan karena lebih tebal sehingga dapat melindungi pemain dari cedera. Rumput ini memiliki kerapatan tajuk yang lebih tinggi dan lebih tahan kering.
Secara umum, budidaya rumput Zoysia matrella meliputi penanaman, pemeliharaan (Pemupukan, Pengairan, Pemangkasan, Pengendalian Gulma, dan Pengendalian Hama), serta  Penyulaman
B.     Saran
Sebaiknya manajemen rumput dilakukan sesuai standar yang ada dengan menghadirkan tenaga ahli (agronom, ahli teknik sipil, dll) terutama untuk irigasi supaya rumput di lapangan sepak bola tetap terjaga kehijauan dan kesegarannya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Lapangan, Menjadi Prioritas Utama. <http://juventus.co.id/berita-7-8-4371            Lapangan,-menjadi-prioritas-utama.html>. Diakses pada tanggal 25 Mei 2013.
Perdana, 2012. Rumput Stadion. <http://www.detonmitraperdana.com/id            id/layanan/generalsupplier/rumputstadion.aspx>. Diakses pada tanggal 25 Mei 2013.
Rejeki, S. 2012. Rumput Indonesia Dipakai di Korea. <http://bola.kompas.com            /read/2012/08/02/15491980/Rumput.Indonesia.Dipakai.di.Korea>. Diakses pada tanggal   25 Mei 2013.
Steven, F. 2012. Zoysia matrella- Rumput Peking. <http://d2landscape.      birojasabali.com/2012/07/zoysia-matrella-rumput-peking.html>. Diakses pada tanggal 25         Mei 2013.


3 komentar:

apitozz mengatakan...

wah mahal berarti ya untuk merawat rumput stadion.. thanks sudah post informasi bermanfaat ini bro

ijoasri mengatakan...

informasi yang menarik, menejemen rumput lapangan sepak bola. Trimakasih

Unknown mengatakan...

Bagusan mana rumput Manila apa rumput Bermuda ya untuk lapangan bola