Selasa, 14 Mei 2013

Draft BTT Acara 5


DRAFT LAPORAN PRAKTIKUM
BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN

ACARA V
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA



Disusun Oleh :
                                                  Nama      : Rivandi Pranandita Putra
                                                  NIM       : 12175/ PN
                                                  Gol/Kel   :  B2/ 3
                                                  Asisten    : 1. Putri Wulandari
                                                                   2. Rean Afina
                                                                   3. Ria Arum Yuliana
                                                            


LABORATORIUM MANAJEMEN DAN PRODUKSI TANAMAN
PROGRAM STUDI AGRONOMI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GAJAH MADA
YOGYAKARTA
2013



ACARA V
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA

I.       PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan salah satu tanaman tahunan yang produknya banyak dimanfaatkan oleh manusia. Permintaan akan kelapa yang terus meningkat tidak diimbangi oleh peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas tanaman kelapa dilakukan dengan peremajaantanaman-tanaman kelapa tua dan perluasan lahan. Perluasan lahan untuk meningkatkan produktivitas perlu memerhatikan banyak hal, seperti kesesuaian lahan.            Klasifikasi kesesuaian lahan (suitability rules) adalah aturan yang harus diikuti dalam evaluasi lahan. Aturan tersebut disusun dan ditetapkan menjadi suatu sistem evaluasi lahan yang merupakan kesepakatan tentang kaidah yang akan dipakai dalam proses tersebut. Evaluasi lahan merupakan suatu pendekatan atau cara untuk menilai potensi sumber daya lahan. Kesesuaian lahan secara kuantitatif adalah penilaian kesesuaian lahan secara fisik dilanjutkan dengan penilaian kesesuaian lahan secara ekonomi.
Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan atau arahan penggunaan lahan yang diperlukan, sehingga dapat memberikan nilai harapan produksi. Selain itu, hasil evaluasi lahan secara ekonomi akan memberikan gambaran keuntungan atau resiko kerugian dari suatu komoditas yang diusahakan di suatu areal pada tingkat manajemen tertentu. Kesesuaian lahan secara ekonomi akan menunjukkan keberhasilan suatu komoditas yang diusahakan tidak hanyak diekspresikan oleh produksi fisik ton per ha, tetapi juga dari aspek komersial. Oleh karena itu, perlu dilakukan penerapan teknologi yang tepat guna untuk mengoptimalkan penggunaan Sumber Daya Lahan secara terarah dan efesien digunakan data yang lengkap mengenai keadan iklim, tanah, dan sifat fisik lingkungan lainnya, serta persyaratan tumbuh tanaman yang akan diusahakan, terutama tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang baik melalui survei dan pemetaan kepabilitas atau kemampuan lahan. Dengan demikian, mahasiswa pertanian perlu mengetahui analisis kesesuaian lahan yang akan dilakukan pada praktikum ini.



B. Tujuan
1.      Mempelajari kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa di DIY.
2.      Mempelajari aspek teknis budidaya yang diterapkan di lapangan.


II.                TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kelapa termasuk tanaman yang memiliki ukuran batang dari sedang sampai tinggi berkisar antara 10-20 m dan terkadang dapat juga mencapai 30 m. batang tanaman kelapa berdiameter hingga 50 cm dan berbentuk lurus atau juga dapat berbelok tergantung pada kondisi lahan tanaman kelapa ditanam. Tanaman kelapa memiliki syarat tumbuh dengan toleransi yang relatif luas tetapi berkembang optimal pada kondisi tanah yang memiliki fraksi tanah yang banyak dan dalam, serta pH antara 5,5 sampai dengan 8. Walaupun mampu tumbuh pada ketinggian di atas 1200 mdpl untuk daerah tropis dan 900 mdpl pada daerah subtropis, pada umumnya tanaman kelapa dapat tumbuh dan berproduksi optimal pada ketinggian 600 mdpl atau di bawahnya (Allen, 1989). 
Kelapa membutuhkan air tanah pada kondisi tersedia yaitu bila kandungan air tanah sama dengan laju evapotranspirasirasi atau bila persediaan air ditambah curah hujan selama 1 bulan lebih besar atau sama dengan potensi evapotranspirasi, maka air tanah cukup tersedia. Keseimbangan air tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah terutama kandungan bahan organik dan keadaan penutup tanah. Jeluk atau kedalaman tanah yang dikehendaki minimal 80-100 cm. Kelapa menyukai sinar matahari dengan lama penyinaran minimum 120 jam/bulansebagai sumber energi fotosintesis. Bila dinaungi, pertumbuhan tanaman muda dan buah akan terlambat. Kelapa juga sangat peka pada suhu rendah dan tumbuh paling baik pada suhu 20-27 derajat C. Pada suhu 15 derajat C, akan terjadi perubahan fisiologis dan morfologis tanaman kelapa (Cramer and Kosloski, 1960).
Kesesuaian lahan atau land suitability adalah kecocokan atau kemampuan adaptasi suatu lahan dengan tujuan penggunaan tertentu, melaui penentuan nilai (kelas) lahan serta pola tata guna lahan yang dihubungkan dengan potensi wilayahnya, sehingga dapat dilakukan usaha penggunaan lahan yang lebih terarah dan terciptanya pemeliharaan kelestarian. Dengan melakukan analisis kesesuaian lahan, maka kita dapat menentukan dan melokasikan lahan yang sesui untuk usaha pertanian, serta menentukan rekomendasi penggunaan lahan (tanah) sesuai dengan kepabilitasnya atau kemampuannya dengan mengindahkan kelestarian kesuburan tanah yang dapat meningkatkan produksi/ha dan pendapatan serta kesejahteraan petani (Fauzi et al., 2009).
Di Indonesia, sistem klasifikasi kesesuaian lahan yang sering dipakai ada dua macam, yaitu klasifikasi kemampuan lahan USDA (Klingebiel & Montgomery, 1961) dan Klasifikasimenurut FAO (1976). Klasifikasi kemampuan lahan menurut Amerika Serikat membagilahan menjadi kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, dan VIII, di mana semakin tinggi kelasmenunjukkan kualitas tanah semakin jelek, sehingga pilihan penggunaannya makin terbatas.Tanah yang cocok untuk pertanian adalah tanah kelas I-IV, sedang kelas V-VIII tidak cocok untuk pertanian. Klasifikasi kesesuaian lahan FAO membagi lahan menjadi kelas S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marjinal), N1 (tidak sesuai untuk saat ini), N2 (tidak sesuai selamanya), atau dapat juga dibagi menjadi S1, S2, S3, N1, N2. kedua sistem tersebut hanya menjelaskan garis besar metode klasifikasinya, sedang rincian tentang faktor-faktor yang dinilai, pengharkatan dan lain-lain harus dikembangkan sendiri-sendiri (Notohadiprawiro et al., 1999).
Kelas kesesuaian lahan untuk pertanaman kelapa pada dasarnya didasarkan atas horizon di mana tanaman kelapa akan ditanam, sifat fisika tanah, dan kemampuan tanah dalam menahan air. Kebaradaan air di dala tanah merupakan dasar pengkelasan kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa karena berpengaruh terhadap penggunaan air khususnya ketika masa kekeringan. Air tanah tersedia juga berpengaruh terhadap luas daun tanaman kelapa dan kapasitas penyimpanan air di batang yang keduanya berpengaruh terhadap laju transpirasi tanaman. Perbedaan varietas tanaman kelapa juga memiliki perbedaan dalam kebutuhan air tanaman yang juga nantinya berpengaruh terhadap kesesuain lahan yang diperlukan tanaman kelepa (Madurapperuna and Jayasekara, 2009).
Tanaman perkebunan (kelapa) tumbuh baik pada gambut dangkal sampai gambut dalam (1-3 m). Ketebalan gambut lebih dari 3 m tidak disarankan untuk pertanian, dan lebih sesuai untuk kawasan hutan lindung atau konservasi. Pengembangan tanaman kelapa terutama kelapa hubrida di lahan gambut pasang surut banyak dilakukan di Propinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan (Mahmud dan Allolerung, 1998). 
Penggunaan lahan untuk pertanian secara umum dapat dibedakan atas: pengugnaan lahan semusim, tahunan, dan permanen. Penggunaan lahan tanaman tahunan merupakan penggunaan tanaman jangka panjang yang pergilirannya dilakukan setelah hasil tanaman tersebut secara ekonomi tidak produktif lagi, seperti pada tanaman perkebunan. Dalam evaluasi lahan penggunaan lahan harus dikaitkan dengan tipe penggunaan lahan (Land Utilization Type) yaitu jenis-jenis oenggunaan lahan yang diuraikan secara lebih detail karena menyangkut pengelolaan, masukan yang diperlukan dan keluaran yang diharapkan secara spesifik. Setiap jenis penggunaan lahan dirinci ke dalam tipe-tipe penggunaan lahan. Tipe penggunaan lahan bukan merupakan tingkat kategori dar klasifikasi penggunaan lahan, tetapi mengacu pada penggunaan lahan tertentu yang tingkatannya di bawah kategori penggunaan lahan secara umum, karena berkaitan dengan aspek masukan, teknologi, dan keluarannya (Coleman and Mechlich, 1957).
Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa dilakukan berdasarkan karakteristik lingkungan fisik dan lahan  seperti temperatur, ketersediaan air, media perakaran, retensi hara, kegaraman,  toksisitas, hara tersedia, kemudahan pengolahan, dan terrain/potensi mekanisasi.  Inti evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta untuk tipe  penggunaan lahan yang akan diterapkan dengan sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan tersebut. Kesesuaian lokasi tanaman kelapa dianalisis menggunakan pencocokan karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman kelapa (Basmar, 2008).
 
 
             III. METODE PRAKTIKUM

Praktikum Budidaya Tanaman Tahunan Acara V yang berjudul Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 7 Mei 2013 di beberapa kabupaten di DIY meliputi Kabupaten Sleman, Bantul, atau Kulon Progo. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kebun kelapa milik petani di Daerah Istimewa Yogyakarta. Alat-alat yang digunakan antara lain alat tulis, kendaraan, dan komputer/ laptop dengan koneksi internet.
Cara kerja pada praktikum ini dimulai dengan datang ke kebun milik petani di kabupaten yang terpilih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian dilakukan pengamatan keadaan lingkungan di lokasi, yang dapat digunakan sebagai kriteria penentuan kelas kesesuaian lahan. Kriteria tersebut diantaranya ketinggian tempat, jenis tanah, kedalaman air tanah, suhu udara rata-rata tahunan, panjang penyinaran, dan tekstur tanah. Pendekatan-pendekatan ilmiah digunakan untuk menentukan beberapa kriteria di lokasi, misalnya kedalaman air tanah dapat dilihat dari kedalaman sumur milik petani yang bersangkutan. Suhu udara rata-rata dapat dihitung dengan rumus Braak (berdasarkan ketinggian tempat). Tekstur tanah dapat didekati dengan metode perabaan (praktis dilakukan di lapangan). Untuk menentukan ketinggian tempat (altitude) dan latitude (letak garis lintang), dilakukan pemanfaatan teknologi informasi. Dengan mengetahui nama desa/ kecamatan/ kabupaten – nya, altitude dan latitude dapat dengan mudah diketahui dengan pemanfaatan wikimapia (www.wikimapia.org) atau Google Earth (http://earth.google.com) di internet. Bahkan dapat juga ditampilkan peta wilayah tersebut apabila dilihat dari ketinggian tertentu. Selanjutnya dilakukan dokumentasi kegiatan yang telah dilakukandengan menunjukkan foto dan gambar yang menyertakan praktikan sehingga menunjukkan bahwa praktikan telah melaksanakan kegiatan praktikum lapangan. Dari data kesesuaian lahan yang berhasil dikumpulkan, dilakukan penentuan kelas kesesuaian lahan lokasi yang dipilih untuk budidaya tanaman kelapa. Setelah itu, dibuat laporan tentang perbandingan antara kondisi ideal (lampiran syarat tumbuh kelapa) dan kenyataan di lapangan, dalam kaitannya dengan budidaya tanaman kelapa.


DAFTAR PUSTAKA

Allen, J.A. 1989. Arecaceae (Palm Family). Paul Smiths College, New York. 

Basmar, A. 2008. Arahan Pengembangan Kawasan Usaha Agro Terpadu Berbasis Komoditas Kelapa di Kabupaten Lampung Barat <http://kelapaindonesia2020.wordpress.com/penelitian-tentang-kelapa/agustanto    basmar/3-metode-penelitian/>. Diakses pada tanggal 10 Mei 2013.

Coleman, N. T., and A. Mechlich. 1957. Soil in the Yearbook of Agriculture. The United  States Government Printing Office, Washington D.C. 

Cramer, P.J., and T.T. Kosloski. 1960. Physiology of Trees. Tata Mc Graw Hill Book Co.Inc, New York.

Fauzi, Y., B. Susilo, dan Z. M. Mayasari. 2009. Analisis kesesuaian lahan wilayah  kota Bengkulu melalui perancangan model spasial dan sistem informasi geografis (SIG). Jurnal Forum Geografi 23 : 101-111.

Madurrapperuma W.S. and C. Jayasekara 2009. Estimation of water use of mature coconut cultivars grown in the low country intermediate zone using the compensation heat pulse method. Journal of the National Science Foundation of Sri Lanka 37: 175 -186. 

Mahmud, Z. dan D. Allolerung. 1988. Teknologi peremajaan, rehabilitas, dan perluasan     tanaman kelapa dalam prosiding pertemuan komisi penelitian pertanian bidag perkebunan. peremajaan, rehabilitasi, dan perluasan tanaman perkebunan: kelapa,  kelapa sawit, karet, kopi, kakao, teh, lada, pala, jambu mete. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan Bogor 4: 116-130.

Notohadiprawiro, T, R. Sutanto, A. Maas, dan S. Yasni. 1999. Kebutuhan Riset,   Inventarisasi, dan Koordinasi Pengeloaan Sumber Daya Tanah di Indonesia. Kantor Menteri Negara, Riset dan Teknologi & Dewan Riset Nasional, Jakarta.

Tidak ada komentar: