DRAFT
LAPORAN PRAKTIKUM
BUDIDAYA
TANAMAN TAHUNAN
ACARA
V
ANALISIS
KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA
Disusun Oleh :
Nama
: Rivandi
Pranandita Putra
NIM
: 12175/
PN
Gol/Kel
: B2/
3
Asisten : 1.
Putri Wulandari
2. Rean Afina
3. Ria Arum Yuliana
LABORATORIUM MANAJEMEN DAN PRODUKSI
TANAMAN
PROGRAM
STUDI AGRONOMI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GAJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
ACARA
V
ANALISIS
KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA
I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kelapa
(Cocos nucifera L.) merupakan salah
satu tanaman tahunan yang produknya banyak dimanfaatkan oleh manusia.
Permintaan akan kelapa yang terus meningkat tidak diimbangi oleh
peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas tanaman kelapa
dilakukan dengan peremajaantanaman-tanaman kelapa tua dan perluasan lahan. Perluasan
lahan untuk meningkatkan produktivitas perlu memerhatikan banyak hal, seperti
kesesuaian lahan. Klasifikasi
kesesuaian lahan (suitability rules)
adalah aturan yang harus diikuti dalam evaluasi lahan. Aturan tersebut disusun
dan ditetapkan menjadi suatu sistem evaluasi lahan yang merupakan kesepakatan
tentang kaidah yang akan dipakai dalam proses tersebut. Evaluasi lahan
merupakan suatu pendekatan atau cara untuk menilai potensi sumber daya lahan. Kesesuaian lahan secara kuantitatif adalah penilaian kesesuaian lahan
secara fisik dilanjutkan dengan penilaian kesesuaian lahan secara ekonomi.
Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan atau
arahan penggunaan lahan yang diperlukan, sehingga dapat memberikan nilai
harapan produksi. Selain itu, hasil evaluasi lahan secara
ekonomi akan memberikan gambaran keuntungan atau resiko kerugian dari suatu
komoditas yang diusahakan di suatu areal pada tingkat manajemen tertentu.
Kesesuaian lahan secara ekonomi akan menunjukkan keberhasilan suatu komoditas
yang diusahakan tidak hanyak diekspresikan oleh produksi fisik ton per ha,
tetapi juga dari aspek komersial. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penerapan teknologi yang tepat guna untuk mengoptimalkan penggunaan Sumber Daya
Lahan secara terarah dan efesien digunakan data yang lengkap mengenai keadan
iklim, tanah, dan sifat fisik lingkungan lainnya, serta persyaratan tumbuh
tanaman yang akan diusahakan, terutama tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang
baik melalui survei dan pemetaan kepabilitas atau kemampuan lahan. Dengan demikian, mahasiswa pertanian perlu mengetahui analisis
kesesuaian lahan yang akan dilakukan pada praktikum ini.
B. Tujuan
1. Mempelajari
kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa di DIY.
2. Mempelajari aspek teknis budidaya yang
diterapkan di lapangan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kelapa termasuk tanaman yang memiliki ukuran batang dari sedang
sampai tinggi berkisar antara 10-20 m dan terkadang dapat juga mencapai 30 m.
batang tanaman kelapa berdiameter hingga 50 cm dan berbentuk lurus atau juga
dapat berbelok tergantung pada kondisi lahan tanaman kelapa ditanam. Tanaman
kelapa memiliki syarat tumbuh dengan toleransi yang relatif luas tetapi
berkembang optimal pada kondisi tanah yang memiliki fraksi tanah yang banyak
dan dalam, serta pH antara 5,5 sampai dengan 8. Walaupun mampu tumbuh pada
ketinggian di atas 1200 mdpl untuk daerah tropis dan 900 mdpl pada daerah
subtropis, pada umumnya tanaman kelapa dapat tumbuh dan berproduksi optimal
pada ketinggian 600 mdpl atau di bawahnya (Allen, 1989).
Kelapa membutuhkan air tanah pada kondisi tersedia yaitu
bila kandungan air tanah sama dengan laju evapotranspirasirasi atau bila
persediaan air ditambah curah hujan selama 1 bulan lebih besar atau sama
dengan potensi evapotranspirasi, maka air tanah cukup tersedia. Keseimbangan
air tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah terutama kandungan bahan
organik dan keadaan penutup tanah. Jeluk atau kedalaman tanah yang
dikehendaki minimal 80-100 cm. Kelapa menyukai sinar matahari dengan lama
penyinaran minimum 120 jam/bulansebagai sumber energi fotosintesis. Bila
dinaungi, pertumbuhan tanaman muda dan buah akan terlambat. Kelapa juga sangat
peka pada suhu rendah dan tumbuh paling baik pada suhu 20-27 derajat C. Pada
suhu 15 derajat C, akan terjadi perubahan fisiologis dan morfologis tanaman
kelapa (Cramer and Kosloski, 1960).
Kesesuaian lahan atau land
suitability adalah kecocokan atau kemampuan adaptasi suatu lahan dengan
tujuan penggunaan tertentu, melaui penentuan nilai (kelas) lahan serta pola
tata guna lahan yang dihubungkan dengan potensi wilayahnya, sehingga dapat
dilakukan usaha penggunaan lahan yang lebih terarah dan
terciptanya pemeliharaan kelestarian. Dengan melakukan analisis kesesuaian
lahan, maka kita dapat menentukan dan melokasikan lahan yang sesui untuk
usaha pertanian, serta menentukan rekomendasi penggunaan lahan (tanah) sesuai
dengan kepabilitasnya atau kemampuannya dengan mengindahkan kelestarian
kesuburan tanah yang dapat meningkatkan produksi/ha dan pendapatan serta
kesejahteraan petani (Fauzi et al., 2009).
Di Indonesia, sistem klasifikasi kesesuaian lahan yang
sering dipakai ada dua macam, yaitu klasifikasi kemampuan lahan USDA (Klingebiel
& Montgomery, 1961) dan Klasifikasimenurut FAO (1976). Klasifikasi
kemampuan lahan menurut Amerika Serikat membagilahan menjadi kelas I, II, III,
IV, V, VI, VII, dan VIII, di mana semakin tinggi kelasmenunjukkan kualitas
tanah semakin jelek, sehingga pilihan penggunaannya makin terbatas.Tanah yang
cocok untuk pertanian adalah tanah kelas I-IV, sedang kelas V-VIII tidak
cocok untuk pertanian. Klasifikasi kesesuaian lahan FAO membagi lahan
menjadi kelas S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marjinal), N1
(tidak sesuai untuk saat ini), N2 (tidak sesuai selamanya), atau dapat
juga dibagi menjadi S1, S2, S3, N1, N2. kedua sistem tersebut hanya
menjelaskan garis besar metode klasifikasinya, sedang rincian tentang
faktor-faktor yang dinilai, pengharkatan dan lain-lain harus dikembangkan
sendiri-sendiri (Notohadiprawiro et al.,
1999).
Kelas kesesuaian lahan untuk pertanaman kelapa pada dasarnya didasarkan
atas horizon di mana tanaman kelapa akan ditanam, sifat fisika tanah, dan
kemampuan tanah dalam menahan air. Kebaradaan air di dala tanah merupakan dasar
pengkelasan kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa karena berpengaruh terhadap
penggunaan air khususnya ketika masa kekeringan. Air tanah tersedia juga
berpengaruh terhadap luas daun tanaman kelapa dan kapasitas penyimpanan air di
batang yang keduanya berpengaruh terhadap laju transpirasi tanaman. Perbedaan
varietas tanaman kelapa juga memiliki perbedaan dalam kebutuhan air tanaman
yang juga nantinya berpengaruh terhadap kesesuain lahan yang diperlukan tanaman
kelepa (Madurapperuna and Jayasekara, 2009).
Tanaman perkebunan (kelapa) tumbuh baik pada gambut dangkal sampai
gambut dalam (1-3 m). Ketebalan gambut lebih dari 3 m tidak disarankan untuk
pertanian, dan lebih sesuai untuk kawasan hutan lindung atau konservasi.
Pengembangan tanaman kelapa terutama kelapa hubrida di lahan gambut pasang
surut banyak dilakukan di Propinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan
Barat, dan Kalimantan Selatan (Mahmud dan Allolerung, 1998).
Penggunaan lahan untuk pertanian secara umum dapat dibedakan atas:
pengugnaan lahan semusim, tahunan, dan permanen. Penggunaan lahan tanaman
tahunan merupakan penggunaan tanaman jangka panjang yang pergilirannya
dilakukan setelah hasil tanaman tersebut secara ekonomi tidak produktif lagi,
seperti pada tanaman perkebunan. Dalam evaluasi lahan penggunaan lahan harus
dikaitkan dengan tipe penggunaan lahan (Land
Utilization Type) yaitu jenis-jenis oenggunaan lahan yang diuraikan secara
lebih detail karena menyangkut pengelolaan, masukan yang diperlukan dan
keluaran yang diharapkan secara spesifik. Setiap jenis penggunaan lahan dirinci
ke dalam tipe-tipe penggunaan lahan. Tipe penggunaan lahan bukan merupakan
tingkat kategori dar klasifikasi penggunaan lahan, tetapi mengacu pada penggunaan
lahan tertentu yang tingkatannya di bawah kategori penggunaan lahan secara
umum, karena berkaitan dengan aspek masukan, teknologi, dan keluarannya
(Coleman and Mechlich, 1957).
Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa
dilakukan berdasarkan karakteristik lingkungan fisik dan lahan seperti
temperatur, ketersediaan air, media perakaran, retensi hara, kegaraman,
toksisitas, hara tersedia, kemudahan pengolahan, dan terrain/potensi
mekanisasi. Inti evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta
untuk tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan dengan sifat atau
kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan tersebut. Kesesuaian lokasi tanaman
kelapa dianalisis menggunakan pencocokan karakteristik lahan dengan persyaratan
tumbuh tanaman kelapa (Basmar, 2008).
III. METODE PRAKTIKUM
Praktikum Budidaya Tanaman
Tahunan Acara V yang berjudul Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa dilaksanakan
pada hari Selasa, tanggal 7 Mei 2013 di beberapa kabupaten di DIY meliputi Kabupaten Sleman, Bantul, atau Kulon
Progo. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kebun kelapa milik petani
di Daerah Istimewa Yogyakarta. Alat-alat yang digunakan antara lain
alat tulis, kendaraan, dan komputer/ laptop dengan koneksi internet.
Cara kerja pada praktikum ini
dimulai dengan datang ke kebun milik petani di kabupaten yang terpilih di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian
dilakukan pengamatan keadaan lingkungan di lokasi, yang dapat digunakan sebagai
kriteria penentuan kelas kesesuaian lahan. Kriteria tersebut diantaranya
ketinggian tempat, jenis tanah, kedalaman air tanah, suhu udara rata-rata
tahunan, panjang penyinaran, dan tekstur tanah. Pendekatan-pendekatan ilmiah
digunakan untuk menentukan beberapa kriteria di lokasi, misalnya kedalaman air
tanah dapat dilihat dari kedalaman sumur milik petani yang bersangkutan. Suhu
udara rata-rata dapat dihitung dengan rumus Braak (berdasarkan ketinggian
tempat). Tekstur tanah dapat didekati dengan metode perabaan (praktis dilakukan
di lapangan). Untuk menentukan ketinggian
tempat (altitude) dan latitude (letak garis lintang), dilakukan pemanfaatan
teknologi informasi. Dengan mengetahui nama desa/ kecamatan/ kabupaten – nya,
altitude dan latitude dapat dengan mudah diketahui dengan pemanfaatan wikimapia
(www.wikimapia.org) atau
Google Earth (http://earth.google.com) di
internet. Bahkan dapat juga ditampilkan peta wilayah tersebut apabila dilihat
dari ketinggian tertentu. Selanjutnya dilakukan dokumentasi kegiatan yang telah
dilakukandengan menunjukkan
foto dan gambar yang menyertakan praktikan sehingga menunjukkan bahwa praktikan
telah melaksanakan kegiatan praktikum lapangan. Dari data kesesuaian lahan yang
berhasil dikumpulkan, dilakukan penentuan kelas kesesuaian lahan lokasi yang
dipilih untuk budidaya tanaman kelapa. Setelah itu, dibuat laporan tentang
perbandingan antara kondisi ideal (lampiran syarat tumbuh kelapa) dan kenyataan
di lapangan, dalam kaitannya dengan budidaya tanaman kelapa.
DAFTAR PUSTAKA
Allen,
J.A. 1989. Arecaceae (Palm Family). Paul Smiths College, New York.
Basmar,
A. 2008. Arahan Pengembangan Kawasan Usaha Agro Terpadu Berbasis Komoditas Kelapa di Kabupaten Lampung Barat <http://kelapaindonesia2020.wordpress.com/penelitian-tentang-kelapa/agustanto basmar/3-metode-penelitian/>. Diakses pada tanggal 10 Mei 2013.
Coleman,
N. T., and A. Mechlich. 1957. Soil in the Yearbook of Agriculture. The
United States Government Printing Office,
Washington D.C.
Cramer, P.J., and
T.T. Kosloski. 1960. Physiology of Trees. Tata Mc Graw Hill Book Co.Inc, New York.
Fauzi, Y., B.
Susilo, dan Z. M. Mayasari. 2009. Analisis kesesuaian lahan wilayah kota Bengkulu
melalui perancangan model spasial dan sistem informasi geografis (SIG). Jurnal Forum Geografi 23 : 101-111.
Madurrapperuma W.S. and C.
Jayasekara 2009. Estimation of water use of mature coconut cultivars grown in the low country
intermediate zone using the compensation heat pulse
method. Journal of the National Science Foundation of Sri Lanka 37: 175 -186.
Mahmud, Z. dan D. Allolerung.
1988. Teknologi peremajaan, rehabilitas, dan perluasan tanaman kelapa dalam prosiding pertemuan komisi penelitian
pertanian bidag perkebunan.
peremajaan, rehabilitasi, dan perluasan tanaman perkebunan: kelapa, kelapa sawit, karet, kopi, kakao, teh, lada,
pala, jambu mete. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan dan Perkebunan Bogor 4: 116-130.
Notohadiprawiro, T, R. Sutanto,
A. Maas, dan S. Yasni. 1999. Kebutuhan Riset, Inventarisasi, dan Koordinasi Pengeloaan Sumber Daya Tanah di
Indonesia. Kantor Menteri
Negara, Riset dan Teknologi & Dewan Riset Nasional, Jakarta.