DRAFT
LAPORAN PRAKTIKUM
BUDIDAYA
TANAMAN TAHUNAN
ACARA
IV
PENAKSIRAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA
Disusun Oleh :
Nama
: Rivandi
Pranandita Putra
NIM
: 12175/
PN
Gol/Kel
: B2/
3
Asisten : 1.
Putri Wulandari
2. Rean Afina
3. Ria Arum Yuliana
LABORATORIUM MANAJEMEN DAN PRODUKSI
TANAMAN
PROGRAM
STUDI AGRONOMI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GAJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
ACARA
IV
PENAKSIRAN
PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA
I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kelapa
merupakan tumbuhan tropis. Komoditas ini mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Seluruh bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia,
sehingga kelapa disebut sebagai the tree of life (pohon kehidupan),
karena hampir seluruh bagian tanaman kelapa dapat digunakan untuk kebutuhan
manusia sehari-hari. Kelapa (Cocos nucifera L.) masuk kedalam kelas
Monocotyledonae, Ordo Palmales, dan Familia Palmae. Secara umun tanaman kelapa
dapat dibedakan menjadi 3 golongan yaitu kelapa dalam, kelapa genjah, dan
kelapa hibrida. Produktivitas kelapa
dalam saat ini sangat rendah bila dibandingkan dengan kemampuannya berproduksi.
Sebagian besar pertanaman kelapa rakyat belum memenuhi
standar budidaya, sehingga produktivitasnya rendah. Sebagian
besar kebun kelapa rakyat memiliki produktivitas yang rendah. Produktivitas
tanaman kelapa sampai dengan tahun 2005 baru mencapai 0,62-1,67 ton
kopra per hektar per tahun atau setara 2.500-6.500 butir kelapa.
Rendahnya
produktivitas disebabkan oleh pemeliharaan yang kurang dan rendahnya minat
masyarakat untuk memanfaatkan produk dari pohon kelapa. Kebanyakan petani kelapa belum menggunakan
bibit unggul dan kurangnya pemeliharaan akibat umur tanaman yang telah tua dan lingkungan tumbuh yang tidak
sesuai. Kecenderungan terjadinya eksploitasi monopsonistik oleh perusahaan inti
terhadap petani plasma merupakan salah satu penyebab penurunan areal pertanaman
tersebut. Hal lain yang menjadi faktor penyebab permasalahn tersebut adalah
kurangnya pengetahuan akan teknologi penerapan budidaya kelapa di kalangan
petani. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produktivitas kelapa dan pendapatan
petani, kelapa tua perlu diremajakan, kelapa yang relatif muda direhabilitasi
dan perlu adanya penerpan teknologi tepat guna dalam budiaya tanaman kelapa,
serta utamanya diperlukan pengkajian mengenai penaksiran produktivitas kelapa
di suatu daerah dalam satu satuan luas lahan per satu satuan waktu sehingga
dapat dilakukan upaya teknis lanjutan untuk peningkatan produktivitas kelapa
tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu, pengetahuan tentang penaksiran
produktivitas tanaman kelapa perlu diketahui mahasiswa pertanian yang akan
dilakukan dalam praktikum ini.
B. Tujuan
1. Mengetahui produktivitas tanaman kelapa di suatu daerah
dalam satu satuan luas lahan per satu satuan waktu.
2. Mempelajari penerapan teknologi budidaya kelapa
di tingkat petani.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa adalah satu jenis
tumbuhan
dari suku aren-arenan atau Arecaceae dan adalah
anggota tunggal dalam marga
Cocos. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia
sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga
adalah sebutan untuk buah
yang dihasilkan tumbuhan ini. Kelapa secara alami tumbuh di pantai dan
pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Kelapa berasal dari pesisir Samudera
Hindia, namun kini
telah tersebar di seluruh daerah tropika. Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 1000 m
dari permukaan laut, namun akan mengalami pelambatan pertumbuhan (Anonim,
2010).
Produktivitas tanaman kelapa di Indonesia, saat ini baru sekitar 50
persen dari potensinya atau hanya 1,1 ton/ha. Selain rendahnya produktivitas
tanaman persoalan lain dalam pengembangan kelapa di Indonesia yakni pemanfaatan
produk hilir maupun hasil sampingan belum banyak dilakukan. Selama ini
komoditas kelapa hanya dimanfaatkan produk primernya saja dalam bentuk kelapa
segar maupun kopra untuk bahan baku minyak goreng. Saat ini, Indonesia baru
mampu menghasilkan 22 ragam produk turunan kelapa, jauh di bawah Filipina yang
telah memproduksi lebih dari 100 jenis diversifikasi produk berbasis kelapa
(Anonim, 2008).
Produktivitas
kelapa menurun sejalan dengan meningkatnya umur tanaman. Lebih lanjut,
rendahnya produktivitas kelapa antara lain disebabkan oleh fungsi akar yang
menurun dan batang yang terlalu tinggi. Potensi produksi kelapa dalam
unggul yang sudah dilepas berkisar antara 2,8-3,3 ton kopra/ha/tahun. Pada tahun 2005, luas areal
perkebunan rakyat mencapai 3.786.063 ha dengan komposisi tanaman belum
menghasilkan (TBM) 16,47%
(0,62 juta ha), tanaman menghasilkan (TM) 73,75% (2,79 juta ha), dan tanaman
tidak menghasilkan/tanaman rusak (TTM/TR) 9,77% (0,37 juta ha) (Effendi, 2008).
Keterbatasan sumber daya yang dimiliki petani sangat berpengaruh
terhadap kemampuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman kelapa. Salah satu
upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman adalah mengganti atau
meremajakan tanaman kelapa. Peremajaan kelapa sudah berlangsung lama, namun
hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu aspek yang sangat
berpengaruhTeknologi yang dibutuhkan dalam program peremajaan sesuai dengan
kondisi kelapa rakyat saat ini adalah: (1) teknologi yang dapat memperkecil
atau menghilangkan dampak peremajaan terhadap pendapatan petani; (2) teknologi
yang dapat mengoptimalkan pemanfaatan lahan dengan tanaman sela; (3) teknologi
pemeliharaan tanaman yang meliputi pemupukan, pengendalian gulma serta hama dan
penyakit; (4) teknologi perbenihan untuk memenuhi kebutuhan benih unggul; dan
(5) teknologi pemanfaatan kayu kelapa untuk mebel dan bahan bangunan
(Maliangkay dan Hutapea 2006).
Jenis tanaman kelapa cukup banyak, namun pada umumnya komoditas tersebut
digolongkan dalam 2 kelompok. Kelompok yang pertama adalah jenis kelapa berumur
dalam atau Tall variety dan berumur
genjah atau Dwarf variety.
Golongan yang pertama biasanya diserbukan oleh angin dan serangga, sedangkan
kelompok genjah menyerbuk secara sendiri. Disamping, kedua kelompok tersebut masih terdapat
golongan yang lain yaitu kelapa hibrida (Bahri, 1996).
Varietas hibrida adalah tipe kultivar yang berupa keturunan langsung dari
persilangan antara dua atau lebih populasi pemuliaan. Populasi pemuliaan yang
dipakai dapat berupa varietas bersari bebas (baik sintetik maupun komposit)
ataupun galur atau lini. Varietas hibrida dibuat untuk mengambil manfaat dari
munculnya kombinasi yang baik dari tetua yang dipakai. Jagung hibrida dan padi
hibrida memiliki daya tumbuh yang lebih tinggi, relatif lebih tahan penyakit,
dan potensi hasilnya lebih tinggi. Ini terjadi karena munculnya gejala
heterosis yang hanya dapat terjadi pada persilangan. Pada kelapa hibrida,
gejala heterosis tidak dimanfaatkan, tetapi dua sifat baik dari kedua tetua
yang tergabung pada keturunannya dimanfaatkan. Kelapa sawit yang dibudidayakan
juga merupakan hibrida dengan alasan yang sama (Menon, 1960).
Walaupun kelapa hibrida lebih cepat berbuah, ternyata pada 1-3 tahun
pertama ditemukan masalah patah tandan muda. Masalah ini ditemukan baik pada
kelapa hibrida local (KHINA) maupun introduksi (PB-121). Hasil pengamatan buah
yang gugur dari tandan yang patah beragam antara 5-10 bulan, dan persentase gugur
beragam antara 8,59-29,95%. Penyebabnya adalah jumlah dan berat buah/tandan.
Penanggulangan patah tandan muda telah berhasil ditemukan teknologinya yaitu
dengan menggunakan tali berpengait (Mahmud et
al., 1990).
Petani umumnya lebih memilih kelapa Dalam dibandingkan hibrida
dengan beberapa pertimbangan, yaitu: (1) walaupun potensi produksi kelapa
hibrida lebih tinggi dibanding kelapa Dalam, kelapa hibrida membutuhkan
pemeliharaan intensif, terutama pemupukan dan pengendalian penyakit untuk
mencapai hasil yang maksimal dan stabil; (2) kelapa Dalam berdasarkan
pengalaman tidak memerlukan pemeliharaan intensif untuk mencapai tingkat
produksi yang menguntungkan, serta lebih tahan terhadap cekaman lingkungan
terutama kekeringan dan serangan penyakit busuk pucuk, sehingga produksinya
lebih stabil dan berkesinambungan dibanding kelapa hibrida; (3) benih kelapa
Dalam lebih murah dibanding benih kelapa hibrida, karena petani dapat
menggunakan buah hasil panen dari kebunnya sebagai benih atau membeli benih
kelapa Dalam unggul yang relatif murah dari instansi terkait; dan (4) petani
memiliki pengalaman traumatis dengan menanam kelapa hibrida PB-121 dan MAWA,
yaitu Setelah kurang lebih 10 tahun mengusahakan kelapa hibrida PB- 121, 5-83%
tanaman kelapa dalam suatu areal terserang penyakit busuk pucuk dan gugur buah
(Akuba, 2002).
III. METODE PRAKTIKUM
Praktikum Budidaya Tanaman
Tahunan Acara IV yang berjudul Penaksiran Produktivitas Tanaman Kelapa
dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 7 Mei 2013 di beberapa kabupaten di DIY
meliputi Kabupaten Sleman, Bantul, atau Kulon Progo. Bahan yang digunakan pada
praktikum ini adalah kebun kelapa milik petani di Daerah Istimewa Yogyakarta. Alat yang digunakan antara lain busur derajat, roll meter, hand counter, alat tulis
menulis, dan kendaraan.
Cara kerja pada praktikum ini
dimulai dengan datang ke kebun milik petani di kabupaten yang terpilih di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian
dilakukan wawancara terhadap petani pemilik lahan tersebut dengan point
pertanyaan sebagai berikut: identitas petani (nama, umur, alamat, pekerjaan), luas halaman (lahan yang ditanami kelapa serta jumlah pohon kelapa yang
dimiliki), teknis budidaya (asal bibit, penanaman, jarak tanam), pemeliharaan (hama
dan penyakit, gulma, pemupukan), serta pemanenan dan pasca panen. Setelah itu, diambil 3 sampel tanaman kelapa yang ada disana.
Diamati beberapa parameter berikut: jenis tanaman kelapa (dalam, genjah,
hibrida, gading, dan sebagainya), tinggi tanaman, jumlah janjang per pohon,
jumlah buah per janjang, dan perkiraan waktu panen yang akan datang. Berdasarkan
data yang diamati, diperkirakan produktivitas tanaman kelapa milik petani
tersebut (dalam satuan butir kelapa per pohon per tahun). Selanjutnya, dibuat laporan kelompok berdasarkan data wawancara dan pengamatan lapangan
tersebut. Dibuat pula dokumentasi kegiatan yang telah dilakukan dengan
menunjukkan foto dan gambar yang menyertakan praktikan sehingga menunjukkan
bahwa praktikan benar telah melaksanakan kegiatan praktikum lapangan.
Rumus Metode Pengukuran
Tinggi Tanaman Pohon Kelapa :
tl : tinggi tanaman yang diamati
Jt0 : tinggi pengamat
l: jarak
pengamat ke pohon
t1= l tg J
Tinggi
pohon kelapa (Tp) = t0 + t1
Produktivitas Tanaman Kelapa (PTK)
= jumlah butir per janjang x jumlah janjang per pohon x jumlah panen per
tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Akuba, R. H. 2002. Breeding and Population Genetic Studies
on Coconut (Cocos nucifera L.) Composite Variety Using Morphological
and Microsatellite Markers. Trinity, Philipinnes.
Anonim. 2008. Deptan Targetkan Peremajaan Tanaman
Kelapa 380 ribu Ha. <http://www.hupelita.com/baca.php?id=55059>.
Diakses pada tanggal 3 April 2013.
Anonim. 2013. Kelapa <http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa>. Diakses
tanggal 10 Mei 2013.
Bahri, S. 1996. Bercocok
Tanam Tanaman Tahunan. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.
Effendi,
D.S. 2008. Strategi kebijakan peremajaan kelapa rakyat. Jurnal Pengembangan
Inovasi Pertanian 1 : 288 – 297.
Mahmud,
Z., H. Novarianto,
dan T. Rompas. 1990.
Penyebab patah tandan muda kelapa
hibrida KHINA dan penanggulangannya. Jurnal Penelitian Kelapa 4 : 8-13.
Maliangkay, R.B. dan
R.T.P. Hutapea. 2006. Analisis keunggulan teknologi tebang bertahap dalam peremajaan kelapa. Prosiding
Konferensi Nasional Kelapa VI. Revitalisasi
Perkelapaan Melalui Pengembangan
Kesehatan dan Energi Alternatif.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor.
Menon, K. P. U and K. M. Pandalai. 1960. The Coconut Palm. Monograph Central Coconut Committee, India.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar