DRAFT LAPORAN
PRAKTIKUM
BUDIDAYA TANAMAN
TAHUNAN
ACARA II
TANGGAPAN BIBIT
KAKAO DARI BAGIAN UJUNG, TENGAH,
DAN PANGKAL BUAH
TERHADAP MACAM PUPUK ORGANIK
Disusun Oleh :
Nama
: Rivandi Pranandita Putra
NIM
: 10/ 304773/ PN/ 12175
Gol/
Kel : B2/ III
Asisten : 1. Putri Wulandari
2. Ria Arum Yuliana
LABORATORIUM MANAJEMEN DAN PRODUKSI TANAMAN
PROGRAM STUDI
AGRONOMI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GAJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
ACARA II
TANGGAPAN BIBIT
KAKAO DARI BAGIAN UJUNG, TENGAH,
DAN PANGKAL BUAH
TERHADAP MACAM PUPUK ORGANIK
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang umumnya tumbuh di
daerah tropis. Tempat asal dari tanaman
kakao adalah di hutan hujan tropis yang gelap
dan lembab, sehingga dalam pengelolaannya sekarang
ini digunakan modifikasi iklim agar menyerupai habitat asalnya. Modifikasi
iklim yang biasa digunakan adalah menambahkan
bahan organik (pemupukan) agar diperoleh produksi optimal. Bagian dari buah kakao yang dimanfaatkan
berupa biji, yang nantinya diolah menjadi bubuk coklat, biasa digunakan sebagai
minuman penyegar dan makanan ringan. Produk dari coklat banyak disukai dari mulai
anak-anak sampai dewasa.
Benih untuk pengembangan kakao bisa berasal dari biji,
stek, dan cangkok. Pengembangan dengan biji lebih sering dilakukan karena cepat
menghasilkan bibit dalam jumlah banyak, sedangkan cara vegetatif jarang
dilakukan karena untuk mendapatkan bibit memerlukan waktu yang cukup lama dan
jumlah bibit yang diperoleh lebih sedikit.
Tanaman
kakao dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik apabila ditanam pada kondisi
ekologis yang sesuai. Salah satu faktor lingkungan yang berperan penting
terhadap pertumbuhan dan aktivitas fisiologi tanaman kakao yakni faktor edafik (tanah), salah satunya tingkat kesuburan tanah sebagai media penyedia unsure hara. Kebutuhan unsur hara, baik mikro maupun makro pada tanaman kakao tergantung pada umur tanaman. Kebutuhan unsure hara berangsur-angsur meningkat sesuai dengan peningkatan umur tanaman. Dengan adanya perbedaan tingkat kebutuhan unsur hara, maka diperlukan suatu teknik budidaya yang dapat menunjang aktivitas fisiologi tanaman sehingga mampu mendukung pertumbuhan tanaman kakao muda. Pemupukan dengan bahan organik merupakan salah satu modifikasi aspek budidaya yang mempunyai peranan penting dalam sistem pengelolaan tanaman kakao muda.
terhadap pertumbuhan dan aktivitas fisiologi tanaman kakao yakni faktor edafik (tanah), salah satunya tingkat kesuburan tanah sebagai media penyedia unsure hara. Kebutuhan unsur hara, baik mikro maupun makro pada tanaman kakao tergantung pada umur tanaman. Kebutuhan unsure hara berangsur-angsur meningkat sesuai dengan peningkatan umur tanaman. Dengan adanya perbedaan tingkat kebutuhan unsur hara, maka diperlukan suatu teknik budidaya yang dapat menunjang aktivitas fisiologi tanaman sehingga mampu mendukung pertumbuhan tanaman kakao muda. Pemupukan dengan bahan organik merupakan salah satu modifikasi aspek budidaya yang mempunyai peranan penting dalam sistem pengelolaan tanaman kakao muda.
B.
Tujuan
1.
Mengetahui
pengaruh kedudukan biji dalam buah terhadap
kualitas bibit kakao.
2.
Mengetahui pengaruh pemberian macam pupuk
organik terhadap pertumbuhan bibit kakao.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Tanaman kakao termasuk salah satu jenis tanaman tahunan yang memerlukan lingkungan khusus untuk dapat berproduksi
dengan baik. Kemampuan berproduksi juga sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan
awal. Hambatan-hambatan pada tanaman muda menyebabkan lambatnya
pertumbuhan dan berdampak negatif pada saat pembungaan dan produksi. Tanaman
muda yang tumbuh sehat dan seragam diperoleh dari bibit yang baik atau bibit
unggul, persiapan lapangan yang matang dan diikuti dengan pemeliharaan yang
teratur. Faktor lingkungan tumbuh yang berpengaruh besar terhadap kecepatan
pertumbuhan bibit kakao antara lain curah hujan, temperatur, sinar matahari, dan
tanah (Wood and Lass, 1985).
Tanaman kakao dapat diperbanyak secara vegetatif maupun
secara generatif. Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan menggunakan
metode okulasi dan sambung pucuk, sedangkan perbanyakan vegetatif dilakukan
dengan menggunakan biji. Perbanyakan tanaman kakao juga dapat dilakukan dengan
kombinasi antara perbanyakan vegetatif dengan perbanyakan generatif. Salah satu
faktor yang turut menunjang tingkat keberhasilan sambung pucuk dan okulasi
adalah ketersediaan batang bawah yang subur dan sehat. Batang bawah yang subur
dan sehat pada umumnya diperoleh dari biji yang berasal dari tengah buah. Biji
yang berasal dari tengah buah pada umumnya memiliki ukuran yang lebih besar
daripada dari bagian yang lain (Muljana, 1982).
Biji yang letaknya di bagian tengah memiliki ukuran lebih
besar dibanding bagian pucuk maupun pangkal. Dengan demikian, secara
kuantitatif, biji yang lebih besar jumlah cadangan makanannya akan ampu
mencukupi kebutuhan hidup selama di persemaian. Pemberian pupuk pada saat
tanaman masih dalam pembibitan amatlah diperhatikan karena disamping dapat
memberikan unsur hara yang berguna bagi pertumbuhan tanaman juga dapat
mempermudah tanaman tersebut mendapatkan unsur hara yang diperlukan. Bila akar
bibit tanaman tersebut belum berkembang, belum dapat memanfaatkan kesuburan
media tumbuhnya (Sutardi dan Hendrata, 2009).
Ukuran benih berkorelasi dengan vigor. Benih yang relatif
berat lebih dipilih karena umumnya berhubungan dengan perkecambahan. Di dalam
jaringan penyimpanan benih memiliki karbohidrat, protein, lemak dan mineral, dimana
bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio pada saat
perkecambahan. Diduga bahwa benih yang berukuran besar dan berat mengandung
cadangan makanan lebih banyak dibandingkan benih yang kecil, mungkin pula
embrionya lebih besar (Sutopo, 2004).
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik dan pupuk kimia pengaruhnya secara
statistik hampir sama dengan pupuk kimia dalam hal peningkatan produktivias
tanaman kakao. Kesuburan tanah secara alami tergantung pada unsur- unsur kimia
tersedia di alam, yang terangkai menjadi bahan organik dan menjadi bahan
penting dalam menciptakan kesuburan tanah. Kandungan bahan organik tanah banyak
mempunyai manfaat, terutama mempertahankan struktur tanah, kemampuan tanah
untuk menyimpan dan mendistribusikan air dan udara dalam tanah serta organisme
dalam tanah. Manfaat penggunaan pupuk organik cair secara berkesinambungan
dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil secara nyata, mengembalikan
kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah dan melarutkan sisa-sisa pupuk
kimia pada tanah (soil conditioner),
meningkatkan pembentukan klorofil, merangsang pertumbuhan tunas, bunga dan
buah, mencegah/mengurangi gugur bunga dan buah, menyempurnakan pertumbuhan akar
dan mempercepat perkecambahan biji. Meningkatkan aktivitas mikroba
menguntungkan (beneficial microbes).
Menguraikan racun dalam tanah, membunuh bakteri penyakit dan menjaga
ketersediaan unsur hara. Meningkatkan penyerapan unsur hara, meningkatkan daya
tahan tanaman terhadap hama dan penyakit, sehingga penggunaan pestisida dan
fungisida dapat dikurangi (Salim, 2013).
Kelebihan aplikasi gabungan organik dan pupuk anorganik
adalah bahwa hal itu akan mengurangi jumlah pupuk yang dibutuhkan, dan bantuan
rilis nutrisi dari sumber organik. Kakao kulit polong dan abu yang belum
memadai diselidiki dalam nutrisi tanaman. Setelah pencarian literatur yang luas
mencatat kelangkaan laporan penggunaan kulit kakao di pabrik nutrisi. Kakao
yang diterapkan pada tanah sekam meningkatkan produksi kakao sebesar 124%, juga
meningkatkan penyerapan P, K, dan Mg. Pengaruh kulit kakao abu sekam sebagai
sumber unsur hara bagi bibit yang diselidiki (Ayeni, 2010).
III.
METODE
PRAKTIKUM
Praktikum Budidaya Tanaman
Tahunan Acara II yang
berjudul Tanggapan Bibit Kakao dari Bagian Ujung, Tengah, dan Pangkal Buah Terhadap Macam Pupuk Organik dilaksanakan pada hari Selasa, 30 April 2013 yang bertempat di rumah kaca dan di Laboratorium Manajemen dan Produksi Tanaman, Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan-bahan
yang digunakan antara lain bibit kakao (Theobroma cacao L.),
tanah, pupuk organik (pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing, pupuk kandang
ayam, pupuk kompos, dan pupuk bekas cacing), kertas label, serta polibag.
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain alat tanam dan
alat tulis.
Langkah
kerjanya, benih kakao yang telah dikecambahkan pada acara I ditanam pada
polibag berisi tanah yang telah disiapkan sesuai kebutuhan. Media tanam
disiapkan dari tanah yang dicampur dengan pupuk organik sesuai dengan perlakuan
sebagai berikut:
Pengaruh
macam pupuk organik (takaran 15 ton/ ha)
M1 = Pupuk kandang sapi
M2 = Pupuk kandang kambing
M3 = Pupuk kandang ayam
M4
= Pupuk kompos
M5 = Tanah bekas cacing
Percobaan
disusun menggunakan rancangan faktorial 3 x 5 percobaan yang disusun dalam
Rancangan Acak Kelompok Lengkap (Complete
Randomized Design/ CRD) dengan banyak kelompok dalam satu golongan praktikum
sebagai blok. Faktor pertama adalah kedudukan biji dalam buah (U) dengan 3 aras,
yaitu U1= ujung, U2 = tengah, dan U3 = pangkal. Faktor kedua adalah macam pupuk organik (M) yang terdiri
atas 5 aras (M1, M2, M3, M4. M5). Tinggi tanaman diukur
dan jumlah daun bibit dihitung dimulai pada umur 1 minggu setelah tanam dan
diulang setiap minggu selama empat kali pengamatan. Pada saat panen, variabel
yang diamati adalah : a) bobot segar tajuk dan akar, b) luas daun, dan c) bobot
kering tajuk dan akar.
Kemudian
data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis sidik ragam pada α = 5 %, dan
untuk mengetahui beda-antar perlakuan diuji dengan DMRT pada α = 5 %.
DAFTAR PUSTAKA
Ayeni, L.S. 2010. Integrated
application of cocoa pod ash and npk fertilizer: effect on soil and plant nutrient status and maize performance
– field experiment. Journal of American Science
6 : 96 – 102.
Muljana, W. 1982. Bercocok Tanam Coklat.
Aneka Ilmu, Semarang.
Salim, A. 2013. Pupuk Organik Cair
Meningkatkan Produktivitas Kakao di Sulawesi Tenggara. <http://sultra.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=166:pupuk-organik-cair-meningkatkan-produktivitas-kakao-di-sulawesi-tenggara->.
Diakses pada tanggal 6 Mei 2013.
Sutardi dan Hendrata R. 2009.
Respon bibit kakao pada bagian pangkal, tengah, dan pucuk terhadap pemupukan
majemuk. Jurnal Agrovigor 2: 103-109.
Sutopo, Lita. 2004. Teknologi
Benih. Rajawali Pers, Jakarta.
Wood G. R. A. and R. A. Lass. 1985. Cocoa Fourth Edition Tropical Agriculture Series Longman, London.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar