MAKALAH
PRESENTASI
ILMU
GULMA
KELOMPOK
IV
GULMA
SEMUSIM
Disusun
Oleh :
Fahmi
Ekaputra 12147
Rivandi
Pranandita Putra 12175
Devi
Alvioliana 12183
Paulus
Bernie Budiono 12193
Ahmad
Zamzami 12227
PROGRAM STUDI AGRONOMI
JURUSAN
BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manajemen
suatu tanaman merupakan salah satu faktor yang mendukung suatu pertumbuhan
tanaman. Manajemen tanaman yang baik dan efektif serta efisien akan
mengoptimalkan pertumbuhan dan hasil tanaman serta dapat mencegah adanya
gangguan-gangguan pada tanaman yang berasal dari luar. Gangguan-gangguan yang
terjadi pada suatu tanaman dapat berasal dari organisme pengganggu tanaman,
seperti hama, pathogen, dan gulma. Oleh sebab itu diperlukan adanya suatu
pengelolaan yang tepat untuk dapat menangani gangguan-gangguan tersebut agar
tanaman dapat tetap memiliki hasil yang maksimal.
Pengelolaan
dan pengendalian gulma sering dilakukan pada hamparan pertanaman petani maupun
perkebunan besar yang sedang mengusahakan suatu pertanaman (komoditas).
Pengelolaan dan pengendalian ini dilakukan untuk melindungi tanaman yang sedang
dibudidayakan agar tetap tumbuh optimal. Pengelolaan dan pengendalian gulma
yang dilakukan sangat beragam, tergantung pada budaya, sosial, ekonomi, dan luas
lahan yang dimiliki. Semakin kecil suatu lahan yang dimiliki, maka tidak
mengherankan jika pemilik lahan menerapkan cara manual atau mekanik untuk
mengendalikan gulma. Namun pada skala perkebunan besar yang memiliki luasan
lahan ribuan hektar, maka pengendalian manual bisa jadi tidak digunakan,
melainkan penggunaan pengendalian skala besar seperti fisik, biologi, hayati,
bahkan kimia. Hal tersebut selalu dilakukan dengan mengetahui siklus hidup dan
ciri-ciri gulma yang banyak tumbuh di lingkungan tersebut. Oleh sebab itu,
dengan mengetahui ciri-ciri, siklus hidup, fase pertumbuhan, serta cara
penyebaran gulma tersebut dapat dilakukan suatu pengendalian ataupun
pengelolaan yang lebih efektif dan efisien.
B.
Tujuan
Tujuan
dari pemaparan materi ini adalah untuk mengetahui klasifikasi gulma berdasarkan
siklus hidupnya, yaitu pada gulma semusim.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Pada dasarnya gulma didefinisikan sebagai
tumbuhan yang telah beradaptasi dengan habitat buatan dan menimbulkan gangguan
terhadap segala aktivitas manusia. Gulma tumbuh pada pada tempat yang tidak
dikehendaki manusia, sehingga keberadaan gulma baik secara langsung atau tidak
langsung merugikan. Pengaruh negatif gulma yang penting adalah mempunyai daya
kompetisi yang tinggi, sebagai inang penyakit atau parasit, mengurangi mutu
hasil peertanian, dan menghambat kelancaran aktivitas pertanian. Gulma merupakan
tumbuhan yang mempunyai daya tumbuh yang kuat. Cara bereproduksi gulma yaitu
dengan menggunakan organ generatif dan organ vegetatifnya. Gulma yang
bereproduksi dengan biji lebih banyak ditemui pada gulma semusim. Berbeda
dengan jenis-jenis gulma menahun yang menggunakan organ-organ vegetatifnya
untuk bereproduksi. Organ perbanyakan ini dapat merupakan modifikasi dari
batang, yaitu umbi daun, umbi batang, rizom, stolon, dan umbi akar (tuber),
atau modifikasi akar. Beberapa jenis gulma menahun mempunyai lebih dari satu
organ perbanyakan vegetatif seperti pada Cynodon dactylon (stolon dan rizom),
dan Cyperus rotundus (rizom dan umbi akar) (Sastroutomo, 1990).
Dari
aspek ekologi, yang dimaksud gulma adalah tumbuhan pioneer atau perintis pada
suksesi sekunder terutama pada lahan pertanian. Di luar Jawa seperti Sumatera
dan Sulawesi, pada pertanian ladang setelah lahan ditinggalkan karena hasilnya
tidak layak lagi maka tumbuhan yang muncul pertama kali adalah Imperata cylindrical (L.) Bauv. Tumbuhan
tersebut di sebut gulma karena mempunyai kemampuan khusus untuk menguasai lahan
yang telah mengalami gangguan. Banyak jenis tumbuhan yang mempunyai sifat
seperti itu, tetapi sampai saat ini belum menjadi gulma yang menimbulkan
gangguan. Oleh garena itu tepat bila gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang
telah beradaptasi dengan habitat buatan dan menimbulkan gangguan terhadap
segala akitivitas manusia (Soejono, 2006 cit.
Sastroutomo, 1990).
Tumbuhan
yang mempunyai strategi ruderal kompetitif pada umumnya akan mempunyai kecepatan
pertumbuhan awal yang cepat, dan mempunyai masa kompetisi yang terjadi sebelum
waktu pembungaannya. Herba semusim seperti Ambrosia artemisiifolia, Polygonum
pensylvanicum merupakan beberapa contohyang mempunyai fase vegetatif yang
relatif lama. Rumput-rumputan juga mampu menghasilkan berat kering yang cepat
dan tinggi. Pendayagunaan secara optimal dari
sumberdaya yang diserap dan produksi biji yang tinggi merupakan kriteria
utamabagi jenis-jenis ruderal yang kompetitif. Banyak jenis tanaman pangan
seperti gandum, jagung, dan bunga matahari yang merupakan tumbuhan semusim
yangmempunyai kecepatan pertumbuhan awal dan menghasilkan indeks luas daun
yangtinggi. Jenis-jenis ini juga dapat dikelompokkan ke dalam ruderal yang
kompetitif (Siregar, 2008).
Ciri-ciri
ini sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh jenis-jenis ruderal
kompetitif.Meskipun banyak dari gulma yang dikelompokkan ke dalam jenis ruderal
kompetitif adalah gulma semusim, tetapi ada beberapa jenis lainnya yang
merupakan gulma menahun seperti Agropyron repens dan Sorghum halepense. Jenis-jenis ini
cenderung merupakan jenis tumbuhan yang mempunyai stolon dan rizoma yang
luasdan berkemampuan untuk pertumbuhan secara vegetatif yang tinggi.
Jenis-jenis ini mempunyai daya kompetisi yang tinggi tetapi pada saat fase
kecambahnya dapat dengan mudah digantikan oleh jenis-jenis semusim yang lebih
kompetitif terutama pada habitat yang sering mendapat gangguan (Arenloveu,
2007).
Gulma
dijumpai pada setiap peristiwa pemanfaatan penggunaan tanah dan air.
Permasalahan yang timbul berbeda intensitasnya, tergantung pada tempat dan tingkat
pemanfaatan tempat tersebut. Pada pertanaman yang berbeda akan mempunyai
permasalahan dan komposisi spesies gulma yang berbeda pula. Sebagai contoh
permasalahan dan komposisi spesies gulma pada pertanaman padi sawah, padi
gogo/ladang, padi gogo rancah dan padi pasang surut akan berbeda walaupun jenis
pertanaman yang dibudidayakan sama yaitu padi. Pada pertanaman perkebunan,
masalah yang timbul tentu akan berbeda dengan masalah pada pola pertanaman
tanaman pangan (Anonim, 2010).
III. GULMA SEMUSIM
A.
Ciri-ciri
Gulma Semusim
Gulma
adalah tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki, tumbuh pada
areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan tanaman
budidaya. Pengenalan suatu jenis gulma dapat dilakukan dengan melihat keadaan
morfologinya, habitatnya, dan bentuk pertumbuhanya. Gulma semusim didefinisikan
sebagai suatu gulma yang menghabiskan satu siklus hidupnya dalam satu musim
(umumnya satu tahun). Menurut Barus (2003), gulma setahun (gulma semusim, annual weeds) merupakan jenis gulma yang
menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu kurang dari satu tahun atau paling
lama satu tahun (mulai dari berkecambah sampai memproduksi biji dan kemudian mati).
Musim yang dimaksud adalah pada musim yang sama dan berkisar antara 4 - 16
minggu (bergantung pada spesiesnya). Tumbuhan tua mati dan tumbuhan muda muncul
dari biji-bijinya. Karena kebanyakan umurnya hanya seumur tanaman semusim, maka
gulma tersebut sering disebut sebagai gulma semusim. Walaupun sebenarnya mudah
dikendalikan, tetapi kenyataannya kita sering mengalami kesulitan, karena gulma
tersebut mempunyai beberapa kelebihan yaitu umurnya pendek, menghasilkan biji
dalam jumlah yang banyak dan masa dormansi biji yang panjang sehingga dapat
lebih bertahan hidupnya. Di Indonesia banyak dijumpai jenis-jenis gulma
setahun, contohnya Echinochloa crusgalli,
Echinochloa colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Fimbristylis
littoralis dan lain sebagainya.
Beberapa
ciri-ciri dari gulma semusim adalah sebagai berikut:
1.
Daur
Hidup
Gulma
semusim menghabiskan satu siklus hidupnya dalam satu musim. Artinya gulma ini
kemudian akan mati (mengalami senescence)
jika telah habis satu siklus hidupnya. Satu siklus hidup pada gulma semusim
biasanya berkisar antara 4 - 16 minggu (bergantung pada spesiesnya).
2.
Alat
perkembangbiakan
Alat
perkembangbiakan gulma semusim umumnya dengan biji. Umumnya biji terdiri dari embryo,
cadangan makanan, dan kulit biji. Biji mengandung semua bahan-bahan yang
diperlukan dari induknya. Selain itu karena mempunyai cadangan makanan, biji
mampu mempertahankan kecambahnya meskipun hanya sementara. Ukuran biji gulma semusim
sangat bervariasi dari yang sangat kecil seperti biji Striga asiatica hingga yang sangat besar seperti biji Momordica charantia. Simpanan makanan
ini menentukan daya hidupnya dan kemampuan untuk muncul ke permukaan tanah (Seedling emergence). Demikian juga
bentuk, warna, dan detail bentuk permukaan kulit biji gulma beragam antar
jenis. Ukuran dan bentuk biji berkaitan dengan cara dan kemampuan
pemencarannya. Dengan memperhatikan hal tersebut, selain sebagai alat
perbanyakan, biji gulma mempunyai peranan lain, yaitu:
a) Sebagai
alat pemencaran (dispersal)
b) Sebagai
alat perlindungan pada keadaan yang tidak menguntungkan untuk berkecambah
(dormancy)
c) Sebagai
sumber makanan sementara bagi lembaga
d) Sebagai
sumber untuk pemindahan sifat-sifat keturunan kepada generasinya (sifat hereditasi).
Biji
khususnya dari jenis-jenis gulma semusim mempunyai peranan penting dalam
kaitannya dengan keberhasilan usaha-usaha pencegahan dan pengendalian gulma.
Banyaknya biji yang mampu berkecambah dan tahan terhadap pengendalian akan
menentukan besarnya penurunan produksi tanaman pada tanaman yang dibudidayakan
(khususnya tanaman semusim) pada tahun berikutnya. Demikian juga banyaknya biji
dalam tanah yang dikenal dengan ”simpanan biji” (seed bank) dan banyaknya biji yang masuk ke dalam tanah akan menentukan
besarnya potensi gangguan di lahan tersebut. Dikarenakan gulma semusim
merupakan gulma berumur pendek, maka produksi biji dari gulma semusim biasanya
sangat banyak. Namun setelah biji gulma telah masak, maka gulma tersebut
kemudian akan mati dan biji yang telah masak tersebut kemudian akan memulai
siklus hidupnya kembali dari awal.
3.
Adaptasi
Gulma memiliki mekanisme yang sangat
efisien karena proses seleksi alam, sedangkan tanaman pertanian tidak seefisien
gulma karena dikembangkan lewat proses seleksi buatan. Gulma semusim memiliki
daya berkecambah tinggi dan tahan terhadap gangguan tanah, pertumbuhan cepat,
peka terhadap sinar matahari yang kuat (langsung akan merangsang
pertumbuhannya), memiliki daya penyesuaian iklim yang luas, dan memiliki tingkat
absorpsi air dan unsur hara yang tinggi. Pada gulma semusim perkembngbiakan
terutama secara generatif disertai dengan pertumbuhan anakan dan percabangan
yang amat banyak dan memungkinkan pembentukan biji yang amat banyak pula,
sedangkan gulma yang berkembangbiak secara vegetatif juga berjalan sangat
cepat.
4.
Strategi
pada respon tumbuhan
Gulma
memiliki beberapa respon pada saat berkompetisi dengan tanaman. Menurut Grime
(1970), terdapat dua faktor luar yang dapat membatasi jumlah bahan kering
tumbuhan dalam suatu lingkungan yang tertentu yaitu tekanan (stress) dan gangguan (disturbance). Grime mendefinisikan
tekanan sebagai fenomena luar yang membatasi produktivitas, misalnya
berkurangnya atau terbatasnya cahaya, air, zat hara, atau suhu yang optimum. Gangguan
merupakan kerusakan sebagian atau seluruhnya dari biomassa tumbuhan yang ada
sebagai akibat adanya kebakaran, pengolahan tanah, pemangkasan, perumputan, dan
lain-lain.
Terdapat
3 tipe strategi tumbuh-tumbuhan, yaitu :
a.
Ruderal (tahan terhadap tekanan)
Jenis-jenis
yang tahan terhadap tekanan akan mengurangi alokasi sumberdaya yang ada untuk
pertumbuhan vegetatif dan reproduksi. Jenis-jenis ini mempunyai sifat-sifat
yang mampu menumbuhkan individu-individu yang relatif dewasa pada lingkungan
yang terbatas dan tidak menguntungkan. Keterbatasan lingkungan dapat
ditimbulkan oleh faktor-faktor fisikal seperti timbulnya kekeringan atau banjir
ataupun faktor-faktor biotis seperti adanya tumbuhan jenis lain disekelilingnya
yang juga menggunakan sumberdaya yang ada. Jenis-jenis dengan strategi ini pada
umumnya dijumpai di lingkungan/habitat yang tidak produktif atau dapat juga
pada fase akhir dari suksesi yang terjadi di lingkungan yang produktif. Ruderal
selalu dijumpai pada lingkungan yang mengalami gangguan yang tinggi tetapi
berpotensi produktif. Pada umumnya terdiri dari jenis herba yang umumnya
mempunyai umur yang pendek dengan produksi biji yang sangat tinggi. Jenis-jenis
ini umumnya menempati fase awal dari suksesi.
b. Toleran
terhadap tekanan
c. Kompetitor
Jenis-jenis
yang tahan terhadap tekanan akan mengurangi alokasi sumberdaya yang ada untuk
pertumbuhan vegetatif dan reproduksi. Jenis-jenis ini mempunyai sifat-sifat
yang mampu menumbuhkan individu-individu yang relatif dewasa pada lingkungan
yang terbatas dan tidak menguntungkan. Keterbatasan lingkungan dapat
ditimbulkan oleh faktor-faktor fisikal seperti timbulnya kekeringan atau banjir
ataupun faktor-faktor biotis seperti adanya tumbuhan jenis lain disekelilingnya
yang juga menggunakan sumberdaya yang ada. Jenis-jenis dengan strategi ini pada
umumnya dijumpai di lingkungan/habitat yang tidak produktif atau dapat juga
pada fase akhir dari suksesi yang terjadi di lingkungan yang produktif.
Beberapa
sifat karakteristik dari tumbuhan yang kompetitif, toleran terhadap tekanan dan
ruderal (Grime, 1979) :
Kompetitor
|
Toleran terhadap Tekanan
|
Ruderal
|
|
Morfologi
|
|||
1. Bentuk Hidup
|
Herba,
semak dan pohon
|
Lumut,
herba, semak, dan pohon
|
Herba
|
2. Morfologi Batang
|
Kanopi
daun yang luas dan lebat, mempunyai percabangan yang luas baik di atas atau
di bawah tanah
|
Mempunyai
bentuk pertumbuhan yang sangat bervariasi
|
Berukuran
kecil, penyebaran ke samping yang terbatas
|
3. Bentuk Daun
|
Besar-besar,
mesoformik
|
Kecil-kecil
dan tipis atau seperti jarum
|
Bervariasi,
biasanya mesoformik
|
Siklus
Hidup
|
|||
1. Umur dari fase yang mantap
|
Panjang
atau relatif pendek
|
Panjang
ke sangat panjang
|
Sangat
pendek
|
2. Umur daun dan akar
|
Relatif
pendek
|
Panjang
|
Pendek
|
3. Fenologi daun
|
Puncak
produksi daun sangat nyata, biasanya bersamaan dengan maksimum produktivitasnya.
|
Selalu
hijau, dengan pola produksi daun yang bervariasi.
|
Fase
produksi daun singkat pada saat produktivitas maksimumnya
|
4. Fenologi pembungaan
|
Bunga
dihasilkan sesudah atau sebelum periode maksimum produktivitasnya
|
Tidak
ada hubungan antara waktu pembungaan dengan musim
|
Bunga
senantiasa dihasilkan di awal siklus hidupnya
|
5. Frekuensi pembungaan
|
Tumbuhan
dewasa berbunga setiap musimnya
|
Pembungaan
yang tidak menentu sepanjang umurnya
|
Frekuensi
pembungaan yang tinggi setiap tahunnya (musimnya)
|
6. Perbandingan produksi tahunan yang menjadi biji
|
Kecil
|
Kecil
|
Besar
|
7. Perbanyakan diri
|
Tunas
yang dorman (pada gulma tahunan) dan
biji
|
Bergantung
jenis herba
|
Kebanyakan
biji
|
8. Strategi regenerasi
Dengan :
V = perluasan bagian vegetatif
S = regenerasi musiman
W = biji atau spora yang penyebarannya oleh angin
Bs = persediaan biji yang tahan lama
B = persediaan kecambah yang banyak
|
V,
S, W, Bs
|
V,
B
|
V,
B, Bs
|
Fisiologi
|
|||
1. Potensi maksimum RGR
|
Cepat
|
Lambat
|
Cepat
|
2. Respon morfogenik
|
Respons
morfogenetik
yang
cepat (rasio akar
dan
batang, luas daun,
luas
permukaan akar),
pertumbuhan
vegetatif
yang
maksimum.
|
Respons
morfogenetik lambat dan kecil.
|
Perubahan
pertumbuhan
vegetatif
yang cepat
ke
arah pembungaan.
|
3.
Fotosintesis
dan penyerapan unsur hara
|
Musiman sejalan
dengan periode
pertumbuhan vegetatif
yang lama.
|
Oportunitis,
tidak
sejalan
dengan
pertumbuhan
Vegetatifnya.
|
Oportunitis,
sejalan
dengan
pertumbuhan
vegetatif
|
A.
Contoh
Gulma Semusim
1 1. Gulma Rumputan
a) Nama
Gulma : Eleusine indica L.
b) Nama
umum : rumput belulang, suket lulangan, jukut jampang (bahasa daerah), goose grass (bahasa Inggris)
c) Gulma
tanaman : kacang-kacangan, padi, dan ubi kayu
d) Akar
: berupa akar serabut yang tumbuh menyebar ke samping.
a e)
Batang : batang sering tumbuh tegak,
bercabang, mudah rebah, dapat berbentuk cekungan, dan menempel pipih.
b f) Daun
: daun seperti garis, lidah daun berbulu halus, meruncing ke ujung, lembut,
panjang 10-20 cm, pelepah daun kuat, daun terdiri dari 2 baris tetapi kasar
pada tiap ujung, dengan pangkal helai daunnya berambut.
c g) Bunga
: bulir bunga terdiri dari 2-12 cabang tersusun secara menjari, dihasilkan dari
ujung batang berkumpul pada sisi poros yang bersayap dan bertunas, anak bulir
berselang-seling tersusun seperti genting.
d h) Tinggi
: dapat mecapai 50 – 80 cm
e i) Habitat
: dapat tumbuh di mana-mana terutama pada tanah yang berkadar air rendah sampai
ketinggian 2000 m dpl
f) j) Siklus
hidup : tumbuhan semusim yang memerlukan waktu 5 minggu untuk menjalani siklus
hidup yang sempurna
g k) Perkembangbiakan
: melalui biji
h l)
Kerugian : dapat menjadi inang virus
tungro pada tanaman padi
2. 2. Gulma Tekian
a) Nama
Gulma : Cyperus iria L.
b) Nama
umum : jekeng, linggih alit (bahasa daerah), umbrella sedge (bahasa Inggris)
c) Gulma
tanaman : padi
d) Akar
: berupa akar serabut yang tumbuh menyamping berwarna merah kecoklatan.
e)
Batang : batang tumbuh tegak bersegi,
agak lunak, berwarna hijau sampai kekuning-kuningan
f)
Daun : daun licin, berbulu pada bagian
ujung di bagian pangkal batang dengan lebar 2-5 cm.
g)
Bunga : bunga terdapat di ujung berwarna
kekuning-kuningan, berbentuk payung, anak bulir berbentuk garis atau lanset,
tertekan dan meruncing, panjang 5-10 mm, lebar 0,8-1,0 mm, daun pembalut 2-3,
sering lebih panjang dari cabang karangan bunganya.
h)
Tinggi : dapat mecapai 50 cm.
e)
Habitat : di tempat-tempat yang basah
dan berlumpur terutama di sawah-sawah.
f)
Siklus hidup : tumbuhan semusim.
g)
Perkembangbiakan : melalui biji
h)
Kerugian : merupakan pesaing tanaman
padi dalam memperoleh unsur hara dan air.
3. Gulma Daun Lebar
a) Nama
Gulma : Ageratum conyzoides L.
b) Nama
umum : babandotan, wedusan, bandotan (bahasa daerah), chick weed (bahasa Inggris)
c) Gulma
tanaman : kacang-kacangan, tebu, teh, karet, ubi kayu, kopi, kakao, jagung dan
lain-lain
d) Akar
: berupa akar tunggang dan berkayu.
e)
Batang : batang bulat, tegak berbulu,
bercabang, dan berongga.
f)
Daun : daun berhadapan, bulat telur,
segitiga hampir bulat telur, ujungnya lancip, tepinya bergerigi dan berbulu,
bertangkai cukup panjang
g)
Bunga : bunga tidak menonjol keluar
dengan selaput pelindung gundul atau berbulu sedikit, bunga mengelompok
berbentuk bongkol/cawan, setiap bulir terdiri dari 60-75 bunga, berwarna biru
muda, putih atau violet, mahkota bunga dengan tabung sempit, berbentuk lonceng
lima (1-15 mm)
e)
Tinggi : dapat mecapai 90 cm.
f)
Habitat : dapat tumbuh di sembarang
tempat terutama di tempat terbuka atau agak terlindung dan tidak tergenang air
e)
Siklus hidup : tumbuhan semusim.
f)
Perkembangbiakan : melalui biji
g)
Kerugian : dapat mengeluarkan zat
allelopati untuk meracuni dan menekan pertumbuhan tanaman pesaing/kompetitor
dan menjadi inang penyakit virus pada tanaman kedelai
IV. PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Gulma
semusim merupakan gulma yang menghabiskan satu siklus hidupnya dalam satu musim
(satu tahun)
2. Gulma
semusim memiliki daur hidup, daya adaptasi, dan reproduksi yang khas jika
dibandingkan dengan gulma biennial dan perennial.
3. Contoh
gulma semusim adalah Eleusine indica (rumputan),
Cyperus iria (tekian), dan Ageratum conyzoides (daun lebar).
B.
Saran
Pengetahuan
akan gulma semusim umumnya masih disamakan (digeneralisir) dengan gulma secara
umum, sehingga pengendalian yang dilakukan masih kurang efektif (karena secara
umum). Oleh sebab itu, dengan mengetahui ciri-ciri dari gulma semusim, dapat
dilakukan cara pengendalian yang lebih tepat dan lebih efisien.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2010. Pengendalian Gulma. <http://responsitory.ipb.ac.id>.
Diakses pada 25 April 2013.
Arenloveu. 2007. Kendala Pertanian Lahan Kering Masam Daerah
Tropika. <http://www.arenloveu.blogspot.com>. Diakses pada 25
April 2013.
Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan:
Efektivitas dan Efisiensi Aplikasi Herbisida. Kanisius, Yogyakarta.
Sastroutomo, S. S. 1990. Ekologi Gulma. PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Soejono, A. T. 2006. Gulma dalam Agroekosistem : Peranan,
Masalah, dan Pengendaliannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar pada Fakultas
Pertanian. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar