Sabtu, 11 Mei 2013

Draft BTT Acara II


DRAFT LAPORAN PRAKTIKUM
BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN

ACARA II
TANGGAPAN BIBIT KAKAO DARI BAGIAN UJUNG, TENGAH,
DAN PANGKAL BUAH TERHADAP MACAM PUPUK ORGANIK

Disusun Oleh :
                                                         Nama                 : Rivandi Pranandita Putra
                                                         NIM                  : 10/ 304773/ PN/ 12175
                                                         Gol/ Kel             : B2/ III
                                                         Asisten               : 1. Putri Wulandari
                                                                                     2. Ria Arum Yuliana

                                                          
LABORATORIUM MANAJEMEN DAN PRODUKSI TANAMAN
PROGRAM STUDI AGRONOMI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GAJAH MADA
YOGYAKARTA
2013







ACARA II
TANGGAPAN BIBIT KAKAO DARI BAGIAN UJUNG, TENGAH,
DAN PANGKAL BUAH TERHADAP MACAM PUPUK ORGANIK

I.       PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang  umumnya tumbuh di daerah tropis.  Tempat asal dari tanaman kakao adalah di hutan hujan tropis yang gelap dan lembab, sehingga dalam pengelolaannya sekarang ini digunakan modifikasi iklim agar menyerupai habitat asalnya. Modifikasi iklim yang biasa digunakan adalah menambahkan bahan organik (pemupukan) agar diperoleh produksi optimal. Bagian dari buah kakao yang dimanfaatkan berupa biji, yang nantinya diolah menjadi bubuk coklat, biasa digunakan sebagai minuman penyegar dan makanan ringan.  Produk dari coklat banyak disukai dari mulai anak-anak sampai dewasa.  
Benih untuk pengembangan kakao bisa berasal dari biji, stek, dan cangkok. Pengembangan dengan biji lebih sering dilakukan karena cepat menghasilkan bibit dalam jumlah banyak, sedangkan cara vegetatif jarang dilakukan karena untuk mendapatkan bibit memerlukan waktu yang cukup lama dan jumlah bibit yang diperoleh lebih sedikit. Tanaman kakao dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik apabila ditanam pada kondisi ekologis yang sesuai. Salah satu faktor lingkungan yang berperan penting
terhadap pertumbuhan dan aktivitas fisiologi tanaman kakao yakni faktor edafik (tanah), salah satunya tingkat kesuburan tanah sebagai media penyedia unsure hara. Kebutuhan unsur hara, baik mikro maupun makro pada tanaman kakao tergantung pada umur tanaman. Kebutuhan unsure hara berangsur-angsur meningkat sesuai dengan peningkatan umur tanaman. Dengan adanya perbedaan tingkat kebutuhan unsur hara, maka diperlukan suatu teknik budidaya yang dapat menunjang aktivitas fisiologi tanaman sehingga mampu mendukung pertumbuhan tanaman kakao muda.
Pemupukan dengan bahan organik merupakan salah satu modifikasi aspek budidaya yang mempunyai peranan penting dalam sistem pengelolaan tanaman kakao muda.

B.     Tujuan
1.      Mengetahui pengaruh kedudukan biji dalam buah terhadap kualitas bibit kakao.
2.      Mengetahui pengaruh pemberian macam pupuk organik terhadap pertumbuhan bibit kakao.

II.      TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman kakao termasuk salah satu jenis tanaman tahunan yang memerlukan lingkungan khusus untuk dapat berproduksi dengan baik. Kemampuan berproduksi juga sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan awal. Hambatan-hambatan pada tanaman muda menyebabkan lambatnya pertumbuhan dan berdampak negatif pada saat pembungaan dan produksi. Tanaman muda yang tumbuh sehat dan seragam diperoleh dari bibit yang baik atau bibit unggul, persiapan lapangan yang matang dan diikuti dengan pemeliharaan yang teratur. Faktor lingkungan tumbuh yang berpengaruh besar terhadap kecepatan pertumbuhan bibit kakao antara lain curah hujan, temperatur, sinar matahari, dan tanah (Wood and Lass, 1985).
Tanaman kakao dapat diperbanyak secara vegetatif maupun secara generatif. Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan menggunakan metode okulasi dan sambung pucuk, sedangkan perbanyakan vegetatif dilakukan dengan menggunakan biji. Perbanyakan tanaman kakao juga dapat dilakukan dengan kombinasi antara perbanyakan vegetatif dengan perbanyakan generatif. Salah satu faktor yang turut menunjang tingkat keberhasilan sambung pucuk dan okulasi adalah ketersediaan batang bawah yang subur dan sehat. Batang bawah yang subur dan sehat pada umumnya diperoleh dari biji yang berasal dari tengah buah. Biji yang berasal dari tengah buah pada umumnya memiliki ukuran yang lebih besar daripada dari bagian yang lain (Muljana, 1982). 
Biji yang letaknya di bagian tengah memiliki ukuran lebih besar dibanding bagian pucuk maupun pangkal. Dengan demikian, secara kuantitatif, biji yang lebih besar jumlah cadangan makanannya akan ampu mencukupi kebutuhan hidup selama di persemaian. Pemberian pupuk pada saat tanaman masih dalam pembibitan amatlah diperhatikan karena disamping dapat memberikan unsur hara yang berguna bagi pertumbuhan tanaman juga dapat mempermudah tanaman tersebut mendapatkan unsur hara yang diperlukan. Bila akar bibit tanaman tersebut belum berkembang, belum dapat memanfaatkan kesuburan media tumbuhnya (Sutardi dan Hendrata, 2009).
Ukuran benih berkorelasi dengan vigor. Benih yang relatif berat lebih dipilih karena umumnya berhubungan dengan perkecambahan. Di dalam jaringan penyimpanan benih memiliki karbohidrat, protein, lemak dan mineral, dimana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio pada saat perkecambahan. Diduga bahwa benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan benih yang kecil, mungkin pula embrionya lebih besar (Sutopo, 2004).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik dan pupuk kimia pengaruhnya secara statistik hampir sama dengan pupuk kimia dalam hal peningkatan produktivias tanaman kakao. Kesuburan tanah secara alami tergantung pada unsur- unsur kimia tersedia di alam, yang terangkai menjadi bahan organik dan menjadi bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah. Kandungan bahan organik tanah banyak mempunyai manfaat, terutama mempertahankan struktur tanah, kemampuan tanah untuk menyimpan dan mendistribusikan air dan udara dalam tanah serta organisme dalam tanah. Manfaat penggunaan pupuk organik cair secara berkesinambungan dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil secara nyata, mengembalikan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah dan melarutkan sisa-sisa pupuk kimia pada tanah (soil conditioner), meningkatkan pembentukan klorofil, merangsang pertumbuhan tunas, bunga dan buah, mencegah/mengurangi gugur bunga dan buah, menyempurnakan pertumbuhan akar dan mempercepat perkecambahan biji. Meningkatkan aktivitas mikroba menguntungkan (beneficial microbes). Menguraikan racun dalam tanah, membunuh bakteri penyakit dan menjaga ketersediaan unsur hara. Meningkatkan penyerapan unsur hara, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit, sehingga penggunaan pestisida dan fungisida dapat dikurangi (Salim, 2013).
Kelebihan aplikasi gabungan organik dan pupuk anorganik adalah bahwa hal itu akan mengurangi jumlah pupuk yang dibutuhkan, dan bantuan rilis nutrisi dari sumber organik. Kakao kulit polong dan abu yang belum memadai diselidiki dalam nutrisi tanaman. Setelah pencarian literatur yang luas mencatat kelangkaan laporan penggunaan kulit kakao di pabrik nutrisi. Kakao yang diterapkan pada tanah sekam meningkatkan produksi kakao sebesar 124%, juga meningkatkan penyerapan P, K, dan Mg. Pengaruh kulit kakao abu sekam sebagai sumber unsur hara bagi bibit yang diselidiki (Ayeni, 2010).


 
III.             METODE PRAKTIKUM

Praktikum Budidaya Tanaman Tahunan Acara II yang berjudul Tanggapan Bibit Kakao dari Bagian Ujung, Tengah, dan Pangkal Buah Terhadap Macam Pupuk Organik dilaksanakan pada hari Selasa, 30 April 2013 yang bertempat di rumah kaca dan di Laboratorium Manajemen dan Produksi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan-bahan yang digunakan antara lain bibit kakao (Theobroma cacao L.), tanah, pupuk organik (pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing, pupuk kandang ayam, pupuk kompos, dan pupuk bekas cacing), kertas label, serta polibag. Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain alat tanam dan alat tulis.
Langkah kerjanya, benih kakao yang telah dikecambahkan pada acara I ditanam pada polibag berisi tanah yang telah disiapkan sesuai kebutuhan. Media tanam disiapkan dari tanah yang dicampur dengan pupuk organik sesuai dengan perlakuan sebagai berikut:
Pengaruh macam pupuk organik (takaran 15 ton/ ha)
M1       = Pupuk kandang sapi
M2       = Pupuk kandang kambing
M3       = Pupuk kandang ayam
M4       = Pupuk kompos
M5       = Tanah bekas cacing
Percobaan disusun menggunakan rancangan faktorial 3 x 5 percobaan yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (Complete Randomized Design/ CRD) dengan banyak kelompok dalam satu golongan praktikum sebagai blok. Faktor pertama adalah kedudukan biji dalam buah (U) dengan 3 aras, yaitu U1= ujung, U2 = tengah, dan U3 = pangkal. Faktor kedua adalah macam pupuk organik (M) yang terdiri atas 5 aras (M1, M2, M3, M4. M5). Tinggi tanaman diukur dan jumlah daun bibit dihitung dimulai pada umur 1 minggu setelah tanam dan diulang setiap minggu selama empat kali pengamatan. Pada saat panen, variabel yang diamati adalah : a) bobot segar tajuk dan akar, b) luas daun, dan c) bobot kering tajuk dan akar.
Kemudian data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis sidik ragam pada α = 5 %, dan untuk mengetahui beda-antar perlakuan diuji dengan DMRT pada α = 5 %.


 

DAFTAR PUSTAKA
Ayeni, L.S. 2010. Integrated application of cocoa pod ash and npk fertilizer: effect on soil and plant  nutrient status and maize performance – field experiment. Journal of American Science 6 : 96 – 102.

Muljana, W. 1982. Bercocok Tanam Coklat. Aneka Ilmu, Semarang. 

Salim, A. 2013. Pupuk Organik Cair Meningkatkan Produktivitas Kakao di Sulawesi Tenggara. <http://sultra.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=166:pupuk-organik-cair-meningkatkan-produktivitas-kakao-di-sulawesi-tenggara->. Diakses pada tanggal 6 Mei 2013.

Sutardi dan Hendrata R. 2009. Respon bibit kakao pada bagian pangkal, tengah, dan pucuk terhadap pemupukan majemuk. Jurnal Agrovigor 2: 103-109.

Sutopo, Lita. 2004. Teknologi Benih. Rajawali Pers, Jakarta.

Wood G. R. A. and R. A. Lass. 1985. Cocoa Fourth Edition Tropical Agriculture Series Longman, London.


Tidak ada komentar: