Selasa, 07 Mei 2013

Gulma Semusim (Annual Weeds)



MAKALAH PRESENTASI
ILMU GULMA

KELOMPOK IV
GULMA SEMUSIM





Disusun Oleh :
Fahmi Ekaputra                         12147
Rivandi Pranandita Putra          12175
Devi Alvioliana                          12183
Paulus Bernie Budiono              12193
Ahmad Zamzami                         12227


PROGRAM STUDI AGRONOMI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013




I.       PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manajemen suatu tanaman merupakan salah satu faktor yang mendukung suatu pertumbuhan tanaman. Manajemen tanaman yang baik dan efektif serta efisien akan mengoptimalkan pertumbuhan dan hasil tanaman serta dapat mencegah adanya gangguan-gangguan pada tanaman yang berasal dari luar. Gangguan-gangguan yang terjadi pada suatu tanaman dapat berasal dari organisme pengganggu tanaman, seperti hama, pathogen, dan gulma. Oleh sebab itu diperlukan adanya suatu pengelolaan yang tepat untuk dapat menangani gangguan-gangguan tersebut agar tanaman dapat tetap memiliki hasil yang maksimal.
Pengelolaan dan pengendalian gulma sering dilakukan pada hamparan pertanaman petani maupun perkebunan besar yang sedang mengusahakan suatu pertanaman (komoditas). Pengelolaan dan pengendalian ini dilakukan untuk melindungi tanaman yang sedang dibudidayakan agar tetap tumbuh optimal. Pengelolaan dan pengendalian gulma yang dilakukan sangat beragam, tergantung pada budaya, sosial, ekonomi, dan luas lahan yang dimiliki. Semakin kecil suatu lahan yang dimiliki, maka tidak mengherankan jika pemilik lahan menerapkan cara manual atau mekanik untuk mengendalikan gulma. Namun pada skala perkebunan besar yang memiliki luasan lahan ribuan hektar, maka pengendalian manual bisa jadi tidak digunakan, melainkan penggunaan pengendalian skala besar seperti fisik, biologi, hayati, bahkan kimia. Hal tersebut selalu dilakukan dengan mengetahui siklus hidup dan ciri-ciri gulma yang banyak tumbuh di lingkungan tersebut. Oleh sebab itu, dengan mengetahui ciri-ciri, siklus hidup, fase pertumbuhan, serta cara penyebaran gulma tersebut dapat dilakukan suatu pengendalian ataupun pengelolaan yang lebih efektif dan efisien.

B.     Tujuan
Tujuan dari pemaparan materi ini adalah untuk mengetahui klasifikasi gulma berdasarkan siklus hidupnya, yaitu pada gulma semusim.



II.    TINJAUAN PUSTAKA

 Pada dasarnya gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang telah beradaptasi dengan habitat buatan dan menimbulkan gangguan terhadap segala aktivitas manusia. Gulma tumbuh pada pada tempat yang tidak dikehendaki manusia, sehingga keberadaan gulma baik secara langsung atau tidak langsung merugikan. Pengaruh negatif gulma yang penting adalah mempunyai daya kompetisi yang tinggi, sebagai inang penyakit atau parasit, mengurangi mutu hasil peertanian, dan menghambat kelancaran aktivitas pertanian. Gulma merupakan tumbuhan yang mempunyai daya tumbuh yang kuat. Cara bereproduksi gulma yaitu dengan menggunakan organ generatif dan organ vegetatifnya. Gulma yang bereproduksi dengan biji lebih banyak ditemui pada gulma semusim. Berbeda dengan jenis-jenis gulma menahun yang menggunakan organ-organ vegetatifnya untuk bereproduksi. Organ perbanyakan ini dapat merupakan modifikasi dari batang, yaitu umbi daun, umbi batang, rizom, stolon, dan umbi akar (tuber), atau modifikasi akar. Beberapa jenis gulma menahun mempunyai lebih dari satu organ perbanyakan vegetatif seperti pada Cynodon dactylon (stolon dan rizom), dan Cyperus rotundus (rizom dan umbi akar) (Sastroutomo, 1990).
Dari aspek ekologi, yang dimaksud gulma adalah tumbuhan pioneer atau perintis pada suksesi sekunder terutama pada lahan pertanian. Di luar Jawa seperti Sumatera dan Sulawesi, pada pertanian ladang setelah lahan ditinggalkan karena hasilnya tidak layak lagi maka tumbuhan yang muncul pertama kali adalah Imperata cylindrical (L.) Bauv. Tumbuhan tersebut di sebut gulma karena mempunyai kemampuan khusus untuk menguasai lahan yang telah mengalami gangguan. Banyak jenis tumbuhan yang mempunyai sifat seperti itu, tetapi sampai saat ini belum menjadi gulma yang menimbulkan gangguan. Oleh garena itu tepat bila gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang telah beradaptasi dengan habitat buatan dan menimbulkan gangguan terhadap segala akitivitas manusia (Soejono, 2006 cit. Sastroutomo, 1990).
Tumbuhan yang mempunyai strategi ruderal kompetitif pada umumnya akan mempunyai kecepatan pertumbuhan awal yang cepat, dan mempunyai masa kompetisi yang terjadi sebelum waktu pembungaannya. Herba semusim seperti Ambrosia artemisiifolia, Polygonum pensylvanicum merupakan beberapa contohyang mempunyai fase vegetatif yang relatif lama. Rumput-rumputan juga mampu menghasilkan berat kering yang cepat dan tinggi. Pendayagunaan secara optimal dari  sumberdaya yang diserap dan produksi biji yang tinggi merupakan kriteria utamabagi jenis-jenis ruderal yang kompetitif. Banyak jenis tanaman pangan seperti gandum, jagung, dan bunga matahari yang merupakan tumbuhan semusim yangmempunyai kecepatan pertumbuhan awal dan menghasilkan indeks luas daun yangtinggi. Jenis-jenis ini juga dapat dikelompokkan ke dalam ruderal yang kompetitif (Siregar, 2008).
Ciri-ciri ini sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh jenis-jenis ruderal kompetitif.Meskipun banyak dari gulma yang dikelompokkan ke dalam jenis ruderal kompetitif adalah gulma semusim, tetapi ada beberapa jenis lainnya yang merupakan gulma menahun seperti  Agropyron repens dan Sorghum halepense. Jenis-jenis ini cenderung merupakan jenis tumbuhan yang mempunyai stolon dan rizoma yang luasdan berkemampuan untuk pertumbuhan secara vegetatif yang tinggi. Jenis-jenis ini mempunyai daya kompetisi yang tinggi tetapi pada saat fase kecambahnya dapat dengan mudah digantikan oleh jenis-jenis semusim yang lebih kompetitif terutama pada habitat yang sering mendapat gangguan (Arenloveu, 2007).
Gulma dijumpai pada setiap peristiwa pemanfaatan penggunaan tanah dan air. Permasalahan yang timbul berbeda intensitasnya, tergantung pada tempat dan tingkat pemanfaatan tempat tersebut. Pada pertanaman yang berbeda akan mempunyai permasalahan dan komposisi spesies gulma yang berbeda pula. Sebagai contoh permasalahan dan komposisi spesies gulma pada pertanaman padi sawah, padi gogo/ladang, padi gogo rancah dan padi pasang surut akan berbeda walaupun jenis pertanaman yang dibudidayakan sama yaitu padi. Pada pertanaman perkebunan, masalah yang timbul tentu akan berbeda dengan masalah pada pola pertanaman tanaman pangan (Anonim, 2010).



III. GULMA SEMUSIM

A.    Ciri-ciri Gulma Semusim
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki, tumbuh pada areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan tanaman budidaya. Pengenalan suatu jenis gulma dapat dilakukan dengan melihat keadaan morfologinya, habitatnya, dan bentuk pertumbuhanya. Gulma semusim didefinisikan sebagai suatu gulma yang menghabiskan satu siklus hidupnya dalam satu musim (umumnya satu tahun). Menurut Barus (2003), gulma setahun (gulma semusim, annual weeds) merupakan jenis gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun (mulai dari berkecambah sampai memproduksi biji dan kemudian mati). Musim yang dimaksud adalah pada musim yang sama dan berkisar antara 4 - 16 minggu (bergantung pada spesiesnya). Tumbuhan tua mati dan tumbuhan muda muncul dari biji-bijinya. Karena kebanyakan umurnya hanya seumur tanaman semusim, maka gulma tersebut sering disebut sebagai gulma semusim. Walaupun sebenarnya mudah dikendalikan, tetapi kenyataannya kita sering mengalami kesulitan, karena gulma tersebut mempunyai beberapa kelebihan yaitu umurnya pendek, menghasilkan biji dalam jumlah yang banyak dan masa dormansi biji yang panjang sehingga dapat lebih bertahan hidupnya. Di Indonesia banyak dijumpai jenis-jenis gulma setahun, contohnya Echinochloa crusgalli, Echinochloa colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Fimbristylis littoralis dan lain sebagainya.
Beberapa ciri-ciri dari gulma semusim adalah sebagai berikut:
1.      Daur Hidup
Gulma semusim menghabiskan satu siklus hidupnya dalam satu musim. Artinya gulma ini kemudian akan mati (mengalami senescence) jika telah habis satu siklus hidupnya. Satu siklus hidup pada gulma semusim biasanya berkisar antara 4 - 16 minggu (bergantung pada spesiesnya).
2.      Alat perkembangbiakan
Alat perkembangbiakan gulma semusim umumnya dengan biji. Umumnya biji terdiri dari embryo, cadangan makanan, dan kulit biji. Biji mengandung semua bahan-bahan yang diperlukan dari induknya. Selain itu karena mempunyai cadangan makanan, biji mampu mempertahankan kecambahnya meskipun hanya sementara. Ukuran biji gulma semusim sangat bervariasi dari yang sangat kecil seperti biji Striga asiatica hingga yang sangat besar seperti biji Momordica charantia. Simpanan makanan ini menentukan daya hidupnya dan kemampuan untuk muncul ke permukaan tanah (Seedling emergence). Demikian juga bentuk, warna, dan detail bentuk permukaan kulit biji gulma beragam antar jenis. Ukuran dan bentuk biji berkaitan dengan cara dan kemampuan pemencarannya. Dengan memperhatikan hal tersebut, selain sebagai alat perbanyakan, biji gulma mempunyai peranan lain, yaitu:
a)      Sebagai alat pemencaran (dispersal)
b)      Sebagai alat perlindungan pada keadaan yang tidak menguntungkan untuk berkecambah (dormancy)
c)      Sebagai sumber makanan sementara bagi lembaga
d)     Sebagai sumber untuk pemindahan sifat-sifat keturunan kepada generasinya (sifat hereditasi).
Biji khususnya dari jenis-jenis gulma semusim mempunyai peranan penting dalam kaitannya dengan keberhasilan usaha-usaha pencegahan dan pengendalian gulma. Banyaknya biji yang mampu berkecambah dan tahan terhadap pengendalian akan menentukan besarnya penurunan produksi tanaman pada tanaman yang dibudidayakan (khususnya tanaman semusim) pada tahun berikutnya. Demikian juga banyaknya biji dalam tanah yang dikenal dengan ”simpanan biji” (seed bank) dan banyaknya biji yang masuk ke dalam tanah akan menentukan besarnya potensi gangguan di lahan tersebut. Dikarenakan gulma semusim merupakan gulma berumur pendek, maka produksi biji dari gulma semusim biasanya sangat banyak. Namun setelah biji gulma telah masak, maka gulma tersebut kemudian akan mati dan biji yang telah masak tersebut kemudian akan memulai siklus hidupnya kembali dari awal.
3.      Adaptasi
Gulma memiliki mekanisme yang sangat efisien karena proses seleksi alam, sedangkan tanaman pertanian tidak seefisien gulma karena dikembangkan lewat proses seleksi buatan. Gulma semusim memiliki daya berkecambah tinggi dan tahan terhadap gangguan tanah, pertumbuhan cepat, peka terhadap sinar matahari yang kuat (langsung akan merangsang pertumbuhannya), memiliki daya penyesuaian iklim yang luas, dan memiliki tingkat absorpsi air dan unsur hara yang tinggi. Pada gulma semusim perkembngbiakan terutama secara generatif disertai dengan pertumbuhan anakan dan percabangan yang amat banyak dan memungkinkan pembentukan biji yang amat banyak pula, sedangkan gulma yang berkembangbiak secara vegetatif juga berjalan sangat cepat.

4.      Strategi pada respon tumbuhan
Gulma memiliki beberapa respon pada saat berkompetisi dengan tanaman. Menurut Grime (1970), terdapat dua faktor luar yang dapat membatasi jumlah bahan kering tumbuhan dalam suatu lingkungan yang tertentu yaitu tekanan (stress) dan gangguan (disturbance). Grime mendefinisikan tekanan sebagai fenomena luar yang membatasi produktivitas, misalnya berkurangnya atau terbatasnya cahaya, air, zat hara, atau suhu yang optimum. Gangguan merupakan kerusakan sebagian atau seluruhnya dari biomassa tumbuhan yang ada sebagai akibat adanya kebakaran, pengolahan tanah, pemangkasan, perumputan, dan lain-lain.
Terdapat 3 tipe strategi tumbuh-tumbuhan, yaitu :
a.       Ruderal (tahan terhadap tekanan)
Jenis-jenis yang tahan terhadap tekanan akan mengurangi alokasi sumberdaya yang ada untuk pertumbuhan vegetatif dan reproduksi. Jenis-jenis ini mempunyai sifat-sifat yang mampu menumbuhkan individu-individu yang relatif dewasa pada lingkungan yang terbatas dan tidak menguntungkan. Keterbatasan lingkungan dapat ditimbulkan oleh faktor-faktor fisikal seperti timbulnya kekeringan atau banjir ataupun faktor-faktor biotis seperti adanya tumbuhan jenis lain disekelilingnya yang juga menggunakan sumberdaya yang ada. Jenis-jenis dengan strategi ini pada umumnya dijumpai di lingkungan/habitat yang tidak produktif atau dapat juga pada fase akhir dari suksesi yang terjadi di lingkungan yang produktif. Ruderal selalu dijumpai pada lingkungan yang mengalami gangguan yang tinggi tetapi berpotensi produktif. Pada umumnya terdiri dari jenis herba yang umumnya mempunyai umur yang pendek dengan produksi biji yang sangat tinggi. Jenis-jenis ini umumnya menempati fase awal dari suksesi.
b.      Toleran terhadap tekanan
c.       Kompetitor
Jenis-jenis yang tahan terhadap tekanan akan mengurangi alokasi sumberdaya yang ada untuk pertumbuhan vegetatif dan reproduksi. Jenis-jenis ini mempunyai sifat-sifat yang mampu menumbuhkan individu-individu yang relatif dewasa pada lingkungan yang terbatas dan tidak menguntungkan. Keterbatasan lingkungan dapat ditimbulkan oleh faktor-faktor fisikal seperti timbulnya kekeringan atau banjir ataupun faktor-faktor biotis seperti adanya tumbuhan jenis lain disekelilingnya yang juga menggunakan sumberdaya yang ada. Jenis-jenis dengan strategi ini pada umumnya dijumpai di lingkungan/habitat yang tidak produktif atau dapat juga pada fase akhir dari suksesi yang terjadi di lingkungan yang produktif.
Beberapa sifat karakteristik dari tumbuhan yang kompetitif, toleran terhadap tekanan dan ruderal (Grime, 1979) :

Kompetitor
Toleran terhadap Tekanan
Ruderal
Morfologi



1.      Bentuk Hidup
Herba, semak dan pohon
Lumut, herba, semak, dan pohon
Herba
2.      Morfologi Batang
Kanopi daun yang luas dan lebat, mempunyai percabangan yang luas baik di atas atau di bawah tanah
Mempunyai bentuk pertumbuhan yang sangat bervariasi
Berukuran kecil, penyebaran ke samping yang terbatas
3.      Bentuk Daun
Besar-besar, mesoformik
Kecil-kecil dan tipis atau seperti jarum
Bervariasi, biasanya mesoformik
Siklus Hidup



1.      Umur dari fase yang mantap
Panjang atau relatif pendek
Panjang ke sangat panjang
Sangat pendek
2.      Umur daun dan akar
Relatif pendek
Panjang
Pendek
3.      Fenologi daun
Puncak produksi daun sangat nyata, biasanya bersamaan dengan maksimum produktivitasnya.
Selalu hijau, dengan pola produksi daun yang bervariasi.
Fase produksi daun singkat pada saat produktivitas maksimumnya
4.      Fenologi pembungaan
Bunga dihasilkan sesudah atau sebelum periode maksimum produktivitasnya
Tidak ada hubungan antara waktu pembungaan dengan musim
Bunga senantiasa dihasilkan di awal siklus hidupnya
5.      Frekuensi pembungaan
Tumbuhan dewasa berbunga setiap musimnya
Pembungaan yang tidak menentu sepanjang umurnya
Frekuensi pembungaan yang tinggi setiap tahunnya (musimnya)
6.      Perbandingan produksi tahunan yang menjadi biji
Kecil
Kecil
Besar
7.      Perbanyakan diri
Tunas yang dorman (pada gulma tahunan)  dan biji

Bergantung jenis herba
Kebanyakan biji
8.      Strategi regenerasi
Dengan :
V = perluasan bagian vegetatif
S = regenerasi musiman
W = biji atau spora yang penyebarannya oleh angin
Bs = persediaan biji yang tahan lama
B = persediaan kecambah yang banyak
V, S, W, Bs
V, B
V, B, Bs
Fisiologi



1.      Potensi maksimum RGR
Cepat
Lambat
Cepat
2.      Respon morfogenik
Respons morfogenetik
yang cepat (rasio akar
dan batang, luas daun,
luas permukaan akar),
pertumbuhan vegetatif
yang maksimum.
Respons morfogenetik lambat dan kecil.
Perubahan pertumbuhan
vegetatif yang cepat
ke arah pembungaan.
3.      Fotosintesis dan penyerapan unsur hara
Musiman sejalan
dengan periode
pertumbuhan vegetatif
yang lama.
Oportunitis, tidak
sejalan dengan
pertumbuhan
Vegetatifnya.
Oportunitis, sejalan
dengan pertumbuhan
vegetatif





A.    Contoh Gulma Semusim
1     1. Gulma Rumputan
a)      Nama Gulma  : Eleusine indica L.
b)      Nama umum : rumput belulang, suket lulangan, jukut jampang (bahasa daerah), goose grass (bahasa Inggris)
c)      Gulma tanaman : kacang-kacangan, padi, dan ubi kayu
d)     Akar : berupa akar serabut yang tumbuh menyebar ke samping.



a    e)   Batang : batang sering tumbuh tegak, bercabang, mudah rebah, dapat berbentuk cekungan, dan menempel pipih.
b    f)  Daun : daun seperti garis, lidah daun berbulu halus, meruncing ke ujung, lembut, panjang 10-20 cm, pelepah daun kuat, daun terdiri dari 2 baris tetapi kasar pada tiap ujung, dengan pangkal helai daunnya berambut.
c     g)  Bunga : bulir bunga terdiri dari 2-12 cabang tersusun secara menjari, dihasilkan dari ujung batang berkumpul pada sisi poros yang bersayap dan bertunas, anak bulir berselang-seling tersusun seperti genting.
d     h)  Tinggi : dapat mecapai 50 – 80 cm
e     i)   Habitat : dapat tumbuh di mana-mana terutama pada tanah yang berkadar air rendah sampai ketinggian 2000 m dpl
f)       j) Siklus hidup : tumbuhan semusim yang memerlukan waktu 5 minggu untuk menjalani siklus hidup yang sempurna
g    k)   Perkembangbiakan : melalui biji
h    l)   Kerugian : dapat menjadi inang virus tungro pada tanaman padi

2. 2. Gulma Tekian

a)      Nama Gulma  : Cyperus iria L.
b)      Nama umum : jekeng, linggih alit (bahasa daerah), umbrella sedge (bahasa Inggris)
c)      Gulma tanaman : padi
d)     Akar : berupa akar serabut yang tumbuh menyamping berwarna merah kecoklatan.


e)      Batang : batang tumbuh tegak bersegi, agak lunak, berwarna hijau sampai kekuning-kuningan
f)       Daun : daun licin, berbulu pada bagian ujung di bagian pangkal batang dengan lebar 2-5 cm.
g)      Bunga : bunga terdapat di ujung berwarna kekuning-kuningan, berbentuk payung, anak bulir berbentuk garis atau lanset, tertekan dan meruncing, panjang 5-10 mm, lebar 0,8-1,0 mm, daun pembalut 2-3, sering lebih panjang dari cabang karangan bunganya.
h)      Tinggi : dapat mecapai 50 cm.
e)      Habitat : di tempat-tempat yang basah dan berlumpur terutama di sawah-sawah.
f)       Siklus hidup : tumbuhan semusim.
g)      Perkembangbiakan : melalui biji
h)      Kerugian : merupakan pesaing tanaman padi dalam memperoleh unsur hara dan air.

     3. Gulma Daun Lebar

a)      Nama Gulma  : Ageratum conyzoides L.
b)      Nama umum : babandotan, wedusan, bandotan (bahasa daerah), chick weed (bahasa Inggris)
c)      Gulma tanaman : kacang-kacangan, tebu, teh, karet, ubi kayu, kopi, kakao, jagung dan lain-lain
d)     Akar : berupa akar tunggang dan berkayu.

e)      Batang : batang bulat, tegak berbulu, bercabang, dan berongga.
f)       Daun : daun berhadapan, bulat telur, segitiga hampir bulat telur, ujungnya lancip, tepinya bergerigi dan berbulu, bertangkai cukup panjang
g)      Bunga : bunga tidak menonjol keluar dengan selaput pelindung gundul atau berbulu sedikit, bunga mengelompok berbentuk bongkol/cawan, setiap bulir terdiri dari 60-75 bunga, berwarna biru muda, putih atau violet, mahkota bunga dengan tabung sempit, berbentuk lonceng lima (1-15 mm)
e)      Tinggi : dapat mecapai 90 cm.
f)       Habitat : dapat tumbuh di sembarang tempat terutama di tempat terbuka atau agak terlindung dan tidak tergenang air
e)      Siklus hidup : tumbuhan semusim.
f)       Perkembangbiakan : melalui biji
g)      Kerugian : dapat mengeluarkan zat allelopati untuk meracuni dan menekan pertumbuhan tanaman pesaing/kompetitor dan menjadi inang penyakit virus pada tanaman kedelai


IV. PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Gulma semusim merupakan gulma yang menghabiskan satu siklus hidupnya dalam satu musim (satu tahun)
2.      Gulma semusim memiliki daur hidup, daya adaptasi, dan reproduksi yang khas jika dibandingkan dengan gulma biennial dan perennial.
3.      Contoh gulma semusim adalah Eleusine indica (rumputan), Cyperus iria (tekian), dan Ageratum conyzoides (daun lebar).

B.     Saran
Pengetahuan akan gulma semusim umumnya masih disamakan (digeneralisir) dengan gulma secara umum, sehingga pengendalian yang dilakukan masih kurang efektif (karena secara umum). Oleh sebab itu, dengan mengetahui ciri-ciri dari gulma semusim, dapat dilakukan cara pengendalian yang lebih tepat dan lebih efisien.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Pengendalian Gulma. <http://responsitory.ipb.ac.id>. Diakses pada 25 April 2013.

Arenloveu. 2007. Kendala Pertanian Lahan Kering Masam Daerah Tropika. <http://www.arenloveu.blogspot.com>. Diakses pada 25 April 2013.

Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan: Efektivitas dan Efisiensi Aplikasi Herbisida. Kanisius, Yogyakarta.

Sastroutomo, S. S. 1990. Ekologi Gulma. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Soejono, A. T. 2006. Gulma dalam Agroekosistem : Peranan, Masalah, dan Pengendaliannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar pada Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.




Tidak ada komentar: